Mengingkari janji

11 10 0
                                    

Setelah beberapa hari dinas luar kota, Abian merasa lelah dan rindu pada keluarganya. Dalam perjalanan pulang, dia ditemani oleh Ustadz Adam, seorang ustadz yang telah membantu keluarganya dalam banyak hal. "Abian, bagaimana keadaan Isabelle?" tanya Ustadz Adam dengan cemas.
"Aku mendengar beberapa hal dari teman-temannya bahwa dia terlihat berbeda belakangan ini." Abian menatap Ustadz Adam dengan raut wajah khawatir.
"Dia sebelumnya ceria dan penuh semangat. Aku khawatir ada yang tidak beres," jawabnya.
"Kenapa bisa begitu? Aku harap dia tidak mendapatkan perlakuan buruk dari teman-temannya," ujar Abian, mengingat wajah putrinya yang biasanya ceria, kini seolah tersimpan jauh di dalam dirinya. "Setiap anak merespons kehilangan dengan cara yang berbeda. Kita perlu membantunya, Abian. Dia butuh dukungan dari orangtuanya," kata Ustadz Adam, menatap Abian dengan penuh pengertian.

"Ya, aku tahu. Aku akan membicarakan hal ini dengan Isabelle. Aku ingin dia tahu bahwa dia tidak sendirian," jawab Abian, bertekad untuk mendukung putrinya.
Ketika mereka semakin mendekati rumah, Abian merasakan gelisah.
"Ustadz, ada sesuatu yang tidak beres. Kenapa pintunya terbuka?" tanyanya, gelisah.
"Tenanglah, Abian. Mungkin hanya kesalahan kecil. Mari kita masuk," Ustadz Adam berusaha menenangkan, tetapi Abian tidak bisa menghilangkan rasa khawatir yang terus mengganggu pikirannya.

Begitu mereka melangkah masuk, Abian terhenyak melihat pemandangan yang mengerikan. Ruangan berantakan, dan aroma busuk memenuhi udara.
"Aletta? Isabelle?" teriaknya, tetapi suaranya seolah tenggelam dalam kesunyian yang menakutkan.
Tatapannya langsung tertuju pada sosok yang tergeletak di tengah ruangan. Jantungnya seolah berhenti berdetak saat melihat Aletta, istrinya, terbaring tak bernyawa. Darah segar menggenangi lantai, dan dia melihat pemandangan yang lebih mengerikan dari yang bisa dibayangkannya. Kepala Aletta terpisah dari tubuhnya, tergeletak di samping, wajahnya tampak pucat dengan ekspresi ketakutan yang abadi. Sebuah pisau tergeletak tidak jauh darinya, menambah kesedihan di depan Abian.
"Tidak! TIDAK!" teriak Abian, melangkah maju dengan tergesa-gesa.
"Aletta, apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini?" Dia berlutut di samping tubuh istrinya, air matanya bercampur dengan darah yang menggenang. Ustadz Adam, tertegun dan pucat, berusaha untuk tetap tenang.
"Abian, kita harus memanggil bantuan. Ini sangat serius," ucapnya, suaranya bergetar.
"Bantuan? Apa yang bisa mereka lakukan? Dia sudah pergi! Semuanya sudah berakhir!" Abian merasa seolah dunianya runtuh. Penyesalan dan kemarahan membanjiri hatinya.
"Aku tidak ada di sini untuknya... Aku tidak tahu... Kenapa aku tidak memperhatikannya?" suaranya pecah, terombang-ambing antara kemarahan dan kesedihan.
"Ini bukan saatnya untuk terpuruk, Abian! Kita harus mencari tahu siapa pelakunya," kata Ustadz Adam, tetapi suaranya terdengar semakin jauh bagi Abian. Di sisi lain, di alam lain, Anita menyaksikan semua yang terjadi. Dia merasa campur aduk antara kebencian dan kesedihan.
"Kau sudah mengingkari janjimu, Abian. Sekarang saatnya aku menghancurkan semua yang kau cintai," pikirnya dengan penuh tekad.
Abian merasakan dorongan untuk bangkit, tetapi rasa kehilangan mengikatnya.
"Aku akan menemukan siapa yang melakukan ini. Aku akan membalas dendam untukmu, Aletta. Ini adalah janji terakhirku," ucapnya, suaranya bergetar dengan ketidakpastian, namun semangatnya mulai menyala di balik kesedihannya. Ustadz Adam menempatkan tangannya di bahu Abian.

"Kita harus segera bertindak, Abian. Ini bukan hanya tentangmu, tetapi juga tentang Isabelle. Dia butuh ayahnya," sarannya, berusaha memberikan harapan di tengah kegelapan.
"Isabelle..." Abian teringat pada putrinya. Rasa sakit di hatinya semakin dalam saat dia membayangkan wajahnya. Dia tahu bahwa semua ini harus dihentikan sebelum terlambat. Ketika mereka mencari-cari Isabelle di dalam rumah, Abian semakin cemas.
"Isabelle! Sayang, di mana kau?" teriaknya, tetapi tidak ada jawaban. Mereka menjelajahi setiap sudut, tetapi Isabelle tidak ada di mana pun.

Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang