Jalan Kembali

6 8 0
                                    

Isabelle berlari semakin jauh, dikuasai oleh dorongan untuk melanjutkan kekacauan. Namun, tindakan brutalnya segera mengundang perhatian lebih banyak warga. Mereka berkumpul, melihat kengerian yang telah terjadi. Dalam ketakutan dan kemarahan, mereka mulai mengusirnya.

“Gila! Dia gila!” teriak salah satu warga. “Kita harus menangkapnya sebelum dia membunuh lebih banyak orang!”

Isabelle terjebak dalam pandangan marah dan ketakutan, mendengar suara-suara itu bagaikan deru ombak yang menerpa pantai. “Aku tidak gila!” teriaknya, berusaha melawan. “Aku hanya melakukan apa yang seharusnya!”

Warga semakin mendekat, dan Isabelle merasakan kegelapan di dalam dirinya semakin mendominasi. Dalam keadaan putus asa, dia melawan, melayangkan pisau ke arah mereka, tetapi sekelompok orang yang lebih besar berhasil mengalahkannya. Dia terjatuh ke tanah, terkurung di antara mereka.

Namun, saat semua tampak gelap, suara yang familiar memanggil namanya. “Isabelle!” Suara itu datang dari Ustadz Adam, yang berlari ke arah kerumunan. “Hentikan! Ini bukan caranya!”

Warga terhenti sejenak, memberikan kesempatan bagi Adam untuk mendekati Isabelle. Dia melihat Isabelle, tampak liar dan penuh darah. Hatinya teriris, melihat Isabelle dalam keadaan seperti ini. “Isabelle, dengarkan aku. Aku di sini untuk membantumu. Ayo, pulanglah bersamaku.”

Isabelle memandangnya, matanya penuh kebingungan dan kemarahan. “Kau tidak mengerti! Mereka semua harus merasakan apa yang aku rasakan!” Dia berusaha bangkit, tetapi Adam berusaha menahannya.

“Ini bukanlah jalan yang benar, Isabelle. Kita bisa mencari cara lain untuk mengatasi semua ini. Tolong, percayalah padaku!” Adam mengulurkan tangannya, tetapi Isabelle terus melawan.

“Tidak! Aku tidak mau kembali! Mereka semua harus membayar!” Isabelle berteriak, terperangkap dalam kegelapan yang menguasainya.

Adam menyadari bahwa keadaan semakin genting. Warga semakin marah dan panik, menginginkan keadilan atas tindakan Isabelle. Dalam momen putus asa, Adam terpaksa mengambil langkah yang ekstrem. Dengan berat hati, dia mengeluarkan seutas rantai dari tasnya dan dengan cepat merantai Isabelle.

“Maafkan aku, Isabelle. Ini untuk melindungimu,” dia berbisik, merasakan air mata mengalir di pipinya. Isabelle menatapnya dengan penuh pengkhianatan, tetapi Adam tidak punya pilihan lain.

Setelah berhasil merantai Isabelle, Adam membawanya ke tempat persembunyian yang aman, jauh dari keramaian. Di dalam ruangan yang gelap dan sepi itu, Adam berusaha menenangkan Isabelle yang berjuang melawan rantai. “Isabelle, aku tahu ini sulit. Tapi aku berjanji, aku akan membantumu. Kita bisa melewati semua ini bersama-sama.”

Isabelle akhirnya terdiam, jiwanya terjebak antara kemarahan dan ketakutan. “Apa yang kau lakukan padaku, Adam?” suaranya melunak, tetapi nada ketidakpercayaan masih ada.

“Aku hanya berusaha menyelamatkanmu dari dirimu sendiri,” jawab Adam, berusaha menahan air mata. “Aku menyayangimu, Isabelle. Kita akan menemukan cara untuk mengalahkan semua ini.”

Dalam kegelapan itu, Isabelle merasa bingung dan terasing. Dia menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain, ada harapan kecil bahwa Adam benar. Mungkin, hanya mungkin, dia bisa menemukan jalan kembali dari kegelapan yang telah menguasainya.

Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang