Apa yang aku Lakukan?

6 8 0
                                    

Isabelle berlari ke jalanan yang gelap, napasnya memburu dan jantungnya berdegup kencang. Suara-suara dalam kepalanya semakin menguat, mendorongnya untuk melakukan tindakan yang lebih radikal. “Hancurkan semua yang menghalangi jalanmu!” suara Anita berbisik, mengisi ruang kosong di pikirannya dengan kebencian dan amarah.

Dengan tekad yang tak terelakkan, Isabelle menyusuri lorong-lorong sepi di kotanya. Bayangan hitam melintas di pikirannya, mengingatkan semua luka dan pengkhianatan yang pernah dia alami. Rasa sakitnya tumbuh, menciptakan dorongan yang tak tertahankan untuk membalas dendam.

Dia berhenti sejenak di depan sebuah rumah. Melihat ke dalam, dia melihat sekelompok orang berkumpul, tertawa dan berbicara, seolah-olah hidup mereka tidak terpengaruh oleh semua yang telah terjadi. "Mereka tidak tahu," bisiknya, "mereka tidak tahu betapa menyakitkannya."

Dengan satu gerakan cepat, Isabelle meraih pisau yang tersembunyi di balik bajunya. Tanpa berpikir panjang, dia melangkah ke depan, memasuki rumah itu. Suara tawa berubah menjadi teriakan panik saat Isabelle menyerang. Dia melayangkan pisau ke arah salah satu warga, merasakan kepuasan saat melihat ketakutan di wajah mereka.

“Siapa yang peduli dengan kalian semua?” teriak Isabelle, suaranya pecah oleh kemarahan. “Kalian tidak pernah peduli padaku! Sekarang rasakan apa yang aku rasakan!”

Dengan setiap serangan, dia merasakan kegelapan yang menggerogoti jiwanya semakin kuat. Dia berlari dari satu ruangan ke ruangan lain, menciptakan kekacauan di mana pun dia pergi. Warga yang berusaha melarikan diri hanya menambah kegilaan di pikirannya.

Suara teriakan dan jeritan menggema, tetapi Isabelle hanya merasakan kepuasan dari tindakan brutalnya. “Aku tidak akan berhenti!” dia berseru, seperti seseorang yang telah terlepas dari belenggu. “Aku akan menghancurkan semua yang menghalangiku!”

Satu per satu, warga jatuh di bawah serangannya. Isabelle merasa bagaikan ratu dalam kekacauan, merasakan kekuatan mengalir di dalam dirinya. Tidak ada lagi rasa sakit atau kesedihan, hanya dorongan untuk menghancurkan.

Namun, seiring dengan semakin dalamnya kegelapan dalam hatinya, dia mulai merasakan keraguan. Saat tubuh-tubuh tergeletak di lantai, bayangan-bayangan masa lalu mulai kembali menghantuinya. “Apa yang aku lakukan?” tanyanya pada diri sendiri, tetapi suara Anita menyela. “Kau melakukan apa yang seharusnya! Mereka layak mendapatkan ini!”

Isabelle terhuyung, terjebak dalam pertarungan antara sisi gelap dan sisa-sisa kemanusiaan yang masih ada di dalam dirinya. Dia menyadari bahwa meskipun semua tindakan ini memberinya dorongan, dia juga mulai kehilangan bagian dari dirinya yang pernah peduli.

Sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, Isabelle melanjutkan langkahnya, mencari korbannya berikutnya. Dalam perjalanan, dia melihat seorang anak kecil yang bersembunyi di sudut. Melihat ketakutan di wajah anak itu, hatinya bergetar. Dia teringat akan masa kecilnya, saat dia juga merasa sendirian dan tak berdaya.

“Tidak… aku tidak bisa melakukan ini,” gumamnya, suara hati nuraninya mulai kembali. Dia berusaha meraih kembali kendali, tetapi suara Anita menggeram dalam pikirannya. “Hancurkan dia! Dia hanya akan menghalangimu!”

Isabelle menggigit bibirnya, berjuang melawan dorongan untuk menyerang. Dia mundur selangkah, berusaha menenangkan diri. "Aku bukan monster," dia berbisik, berusaha mencari jalan keluar dari kegelapan yang mengikatnya.

Namun, saat dia melangkah mundur, langkahnya terhenti ketika dia mendengar suara sirene mendekat. Polisi datang untuk menanggapi kekacauan yang telah dia ciptakan. Dalam sekejap, semua dorongan untuk melanjutkan terhenti. Isabelle tahu bahwa dia harus melarikan diri.

Dengan cepat, dia berbalik dan berlari keluar dari rumah, berusaha menghindari konfrontasi lebih lanjut. Di luar, dia bisa merasakan mata dunia mengawasinya, dan meskipun ada keinginan untuk melanjutkan kekacauan, dia tahu bahwa dia harus mencari jalan keluar sebelum semuanya terlambat.

Satu-satunya yang bisa dipikirkan Isabelle adalah mencari tempat persembunyian, tempat di mana dia bisa merenung dan menemukan jati dirinya yang hilang.

Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang