Bayang bayang Gelap

11 9 1
                                    

Setelah Abian terjatuh dengan darah mengalir dari lukanya, Isabelle berdiri di samping tubuhnya yang tak berdaya, wajahnya penuh emosi yang tak terkatakan. Dalam kegelapan yang menguasai dirinya, dia tampak tidak mengenali kenyataan di sekelilingnya.

Ustadz Adam, yang terbaring dengan luka parah, mengangkat kepalanya dan menatap Isabelle dengan rasa ngeri. "Isabelle, hentikan! Ini bukan dirimu! Kau harus melawan!" Tetapi Isabelle tidak mendengarkan. Dia mengambil pisau dari mayat Abian dan melihatnya dengan tatapan kosong. "Dia telah menghancurkan hidupku! Kini, aku akan menghancurkan segala yang dia cintai!"

Tanpa peringatan, Isabelle mulai menggoreskan pisau di kulit Abian, mengulangi semua rasa sakit yang dia rasakan. Setiap goresan adalah manifestasi dari kemarahan dan pengkhianatan yang tertahan. Dia tertawa getir, seolah mendapatkan kepuasan dari pemandangan mengerikan di depannya.

Ustadz Adam berusaha bangkit, tetapi rasa sakitnya terlalu parah. "Isabelle, ingatlah siapa dirimu! Ini bukan jalanmu! Dia adalah ayahmu! Hentikan semua ini!" Namun, Isabelle mengabaikan seruan itu, terus melakukan tindakan kejam. "Ayah tidak pernah peduli padaku! Dia hanya membiarkanku menderita!"

Air mata mulai mengalir dari mata Ustadz Adam saat melihat betapa hancurnya Isabelle. "Isabelle, apa yang kau lakukan ini hanya akan menghancurkan dirimu lebih jauh! Dia menyayangimu!" Isabelle menatap Ustadz Adam sejenak, tetapi suara gelap kembali menggema dalam pikirannya. "Hancurkan semua yang menghalangimu! Dia tidak layak mendapatkan kasih sayangmu!"

Ustadz Adam menyadari bahwa dia harus menghentikan semua ini. Dalam keadaan terdesak, dia berusaha mengumpulkan tenaga. "Isabelle, kau harus menghentikannya sebelum semuanya terlambat! Ingat siapa dirimu!" Namun Isabelle semakin terperosok dalam kegilaan, melanjutkan penyiksaan mayat Abian. Ustadz Adam merasakan pergelangan tangannya masih bisa bergerak. Dalam momen genting itu, dia menggigit bibirnya dan memutuskan untuk bertindak.

Dengan sisa tenaga yang tersisa, dia merangkak menjauh, berusaha mencari jalan keluar. "Isabelle, aku akan menolongmu! Kita bisa menghadapi ini bersama-sama!" Ustadz Adam berhasil merayap ke sudut ruangan, sambil mendengar teriakan Isabelle. Dia menoleh dan melihat Isabelle terperosok dalam kegelapan, pisau berlumuran darah.

Menyadari bahwa dia harus segera pergi, Ustadz Adam menggunakan semua kekuatannya untuk melarikan diri. Dia berlari dengan penuh harapan, meskipun setiap langkah terasa menyakitkan. Dalam perjalanan, suara tawa Isabelle bergema di belakangnya. Dia tidak bisa melihat Isabelle yang terjebak dalam kegelapan.

Saat mencapai pintu keluar, hatinya hancur mengetahui apa yang terjadi di belakangnya. Ustadz Adam menoleh sekali lagi, berharap dapat melihat Isabelle kembali ke jalan yang benar.

Namun, bayang-bayang gelap menyelimuti pikirannya. Dia bertekad untuk kembali dan berjuang, tidak peduli seberapa sulit jalan yang harus dilalui. Satu hal yang pasti dia tidak akan pernah menyerah pada Isabelle.

Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang