Ayah Mencintaimu

9 9 0
                                    

Abian masih berusaha menenangkan diri setelah pertemuan dengan Andrian. Tiba-tiba, suara teriakan memecah keheningan, dan ia berlari menuju pintu, merasakan ketegangan merayap di sekujur tubuhnya.

Saat membuka pintu, pandangannya tertuju pada sosok putrinya, Isabelle. Dia merangkak di dinding, wajahnya dipenuhi darah, dan di tangannya terdapat pisau kecil berlumuran merah. Rambutnya kusut, mata yang biasanya cerah kini tampak kosong dan suram, sementara mulutnya penuh darah, seolah baru saja mengalami pertarungan yang brutal.

"Isabelle!" teriak Abian, berlari mendekatinya. "Apa yang terjadi?! Kenapa kau di sini?!"

Isabelle menatapnya dengan mata penuh ketakutan. "Ayah... mereka datang... mereka mencariku..." Suaranya terputus-putus, dan tubuhnya bergetar.

Abian merasa hatinya tercekik melihat kondisi putrinya. "Siapa yang mencarimu? Apa yang terjadi?"

Isabelle berusaha berdiri, tetapi kakinya goyah. "Aku... tidak bisa melindungi diriku... mereka... mereka bilang... aku harus..."

Di tengah kegelisahan itu, bisikan gelap mulai menguasai pikiran Isabelle. "Hancurkan dia, Isabelle! Dia adalah musuhmu!"

Abian merasa ada yang salah. "Isabelle, tenangkan diri! Ini semua hanya permainan pikiran! Kau bisa melawan!"

Tetapi Isabelle terhuyung, menatap Abian dengan campuran ketakutan dan kemarahan. "Aku tidak tahu, Ayah! Aku merasa... tidak berdaya

Dengan rasa panik, Abian berusaha mendekat. "Ingat saat kita pergi ke taman? Saat kau melihat kupu-kupu? Kau punya harapan, Isabelle!"

Namun, suara gelap semakin menguat. Isabelle mengangkat pisau ke arah Abian. "Kau telah menghancurkan hidupku! Sekarang, aku akan menghancurkanmu!"

Tanpa peringatan, Isabelle mulai menyiksa Abian, menekankan pisau di kulitnya. "Kau tidak pernah peduli padaku, Ayah! Semua ini adalah salahmu!"

Abian merasakan rasa sakit yang luar biasa, tetapi ia berusaha tetap tenang. "Isabelle, dengarkan aku! Aku mencintaimu! aku menyayangimu, Kita bisa mengatasi ini bersama!"

Tetapi Isabelle terjebak dalam kegelapan. Suaranya semakin dingin. "Hancurkan dia! Hancurkan semua yang menghalangimu!"

Dengan segenap kekuatannya, Abian berusaha membujuk Isabelle. "Ingatlah saat-saat indah kita! Kita bisa kembali ke sana! Jangan biarkan ini menghancurkanmu! ayah mohon Isabelle"

Namun, Isabelle tidak mendengarkan. Dia terus menyiksa Abian, menggoreskan ujung pisau ke kulitnya, membuatnya merasakan semua rasa sakit dan pengkhianatan. "Kau yang menghancurkan segalanya! Sekarang, saatnya untuk merasakan sakit yang kau berikan padaku!"

Dalam kekacauan yang terjadi, Ustadz Adam berusaha melindungi diri, tetapi Isabelle tidak memberi ampun. Dia menyerang, dan pisau itu menghujam ke perut Ustadz Adam.

"Ustadz!" teriak Abian, hatinya remuk melihat situasi ini. Ustadz Adam terjatuh, berjuang untuk tetap sadar. "Isabelle, tidak! Kau tidak harus seperti ini!"

Melihat Ustadz Adam tergeletak, Abian merasakan jiwa dan harapannya hancur. "Isabelle, hentikan! Ini tidak akan menyelesaikan apa pun!"

Tetapi Isabelle, yang kini sepenuhnya terjebak dalam kegelapan, tidak mendengarkan. Dia mengangkat pisau sekali lagi, menargetkan Abian dengan kemarahan yang membara. "Aku akan menghancurkanmu! Semua ini karena kamu!"

Abian berusaha meraih Isabelle, tetapi tanpa peringatan, Isabelle menikam jantung Abian, mengekspresikan semua rasa sakit dan kemarahan yang terpendam. "Ayah!" teriaknya, saat Abian terjatuh, darah mengalir deras.

Dalam detik-detik terakhirnya, Abian merasakan sakit yang luar biasa, tetapi di dalam hatinya, ia hanya bisa memikirkan Isabelle. "Isabelle... ayah mencintaimu..."

Tatapan terakhirnya tertuju pada putrinya yang terisak, dikelilingi oleh kegelapan yang semakin menyelimuti mereka.

Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang