Menghancurkan Segalanya

7 8 0
                                    

Meskipun Isabelle berhasil membebaskan diri dari cengkeraman gelap Anita, bayang-bayang itu masih mengikuti langkahnya. Setiap malam, saat dia mencoba tidur, suara bisikan Anita terus menggema di pikirannya.

"Isabelle... kau tidak akan pernah bebas. Aku akan selalu bersamamu," suara Anita merayap dalam kegelapan, menciptakan ketakutan yang tak kunjung sirna.

Isabelle terbangun dengan terengah-engah, keringat membasahi tubuhnya. Dia duduk di tempat tidur, menatap bayangan di sudut ruangan. "Pergi dari sini!" teriaknya, tapi suaranya tak lebih dari bisikan.

Ustadz Adam, yang masih tinggal bersamanya untuk membantu pemulihannya, mendengar teriakan itu dan bergegas ke kamar. "Isabelle, ada apa?" tanyanya dengan khawatir, menyadari betapa menderitanya Isabelle.

"Dia ada di sini lagi, Adam!" jawab Isabelle dengan ketakutan, suaranya bergetar. "Anita tidak mau pergi! Dia terus menggangguku!"

Ustadz Adam menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan Isabelle. "Kita harus menghadapinya bersama. Dia tidak memiliki kekuatan lebih dari kita jika kita bersatu."

Isabelle menggeleng, matanya penuh ketakutan. "Tapi dia selalu tahu bagaimana mengubah pikiranku. Dia menginginkan aku kembali ke kegelapan. Bagaimana aku bisa melawan seseorang yang sudah mati?"

"Anita tidak benar-benar mati, Isabelle," jawab Ustadz Adam. "Dia akan terus mengganggumu selagi ada rasa sakit dan dendam dalam hatimu. Kita perlu menemukan cara untuk menyembuhkan luka itu."

Isabelle mengangguk, meskipun ketakutan masih terlihat di wajahnya. "Tapi bagaimana? Apa yang harus kulakukan?"

Ustadz Adam berpikir sejenak. "Kau harus berani menghadapi kenanganmu. Mungkin kita bisa melakukan ritual untuk mengusirnya dari pikiranmu. Kita perlu menyalurkan semua emosi yang terpendam."

Dengan perlahan, Isabelle mulai memahami. "Baiklah, Adam. Aku akan berusaha. Aku tidak ingin hidup dalam bayangan lagi."

Malam itu, mereka menyiapkan ruang di dalam rumah, mengatur lilin dan mantra yang diucapkan Sheikh Umar. Saat lilin dinyalakan, atmosfer mulai berubah. Isabelle merasakan hawa dingin yang menyentuh kulitnya, tanda bahwa Anita sedang mendekat.

"Isabelle... kau benar-benar berpikir bisa melawan aku?" suara Anita menggema, penuh kekuatan. "Kau tidak bisa menghindar dariku. Aku akan selalu ada di sini, di dalam hatimu."

Isabelle merasakan ketegangan di dadanya. "Aku tidak akan membiarkanmu mengendalikan hidupku lagi! Ini adalah hidupku, dan aku yang memilih!"

Ustadz Adam berpegang pada tangan Isabelle, memberikan dukungan. "Katakan pada dirinya bahwa kau tidak membutuhkan dia. Sampaikan semua rasa sakitmu!"

Isabelle memejamkan mata dan mengumpulkan semua kenangan pahit yang ditinggalkan Anita. "Aku tahu kau menderita, tetapi aku tidak bisa lagi menanggung beban ini. Kau bukanlah bagian dari diriku!"

Cahaya dari lilin semakin terang, dan suara Anita terdengar semakin berang. "Kau tidak tahu betapa sakitnya hidup tanpaku! Kau hanya akan menjadi lemah tanpa aku!"

"Dari sekarang, aku akan berjuang untuk diriku sendiri," Isabelle berteriak, suaranya menggema dengan keyakinan. "Aku tidak akan membiarkan rasa sakit ini mengendalikan hidupku lagi!"

Dalam momen itu, cahaya yang diciptakan dari keyakinan Isabelle memancar lebih terang, berusaha menangkis bayangan gelap Anita. Namun, suara Anita semakin keras dan menusuk, "Kau tidak bisa melarikan diri dariku, Isabelle! Aku akan menghancurkan segalanya!"

Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang