Belum Berakhir

7 8 0
                                    

Setelah momen penaklukan yang menegangkan, Isabelle berusaha berdiri dengan tegak. Namun, meskipun bayangan Anita tampaknya telah pergi, ketidakpastian masih menghantui pikirannya. Suara-suara yang meragukan mulai kembali mengisi ruang hatinya.

"Apakah aku benar-benar bebas?" gumamnya, suara itu nyaris tak terdengar. "Atau ini hanya ilusi? Apakah ada yang lain yang akan datang menghantuiku?"

Ustadz Adam merasakan keraguan dalam diri Isabelle. Dia menghampiri dan meraih tangannya, memberikan dorongan semangat. "Ingat, Isabelle, perjalanan ini adalah tentang menemukan kekuatan dalam dirimu. Setiap kali kau merasa lemah, ingatlah betapa jauh kau telah melangkah."

Isabelle mengangguk, berusaha mengusir pikiran negatif itu. "Aku tahu, Adam. Tapi... ada saat-saat ketika rasa sakit itu kembali."

"Semua orang merasakannya, Isabelle," jawab Ustadz Adam lembut. "Yang penting adalah bagaimana kau memilih untuk meresponsnya. Jangan biarkan masa lalu mengendalikan masa depanmu."

Ketika mereka berbicara, Isabelle merasakan keraguan yang mengendap di jiwanya. "Aku takut, Adam. Takut jika bayangan itu kembali. Takut jika aku tidak bisa melawan lagi."

Ustadz Adam menatap Isabelle dengan penuh keyakinan. "Kau sudah menunjukkan keberanian yang luar biasa. Dan jika suatu hari bayangan itu kembali, kita akan menghadapinya bersama-sama. Kau tidak sendirian."

Isabelle tersenyum, meskipun ketakutannya masih mengintai. "Terima kasih, Adam. Aku akan berusaha keras untuk tidak menyerah."

Malam berganti hari, dan meskipun Isabelle merasa lebih baik, suara-suara dalam kepalanya masih belum sepenuhnya hilang. Dalam mimpinya, dia kembali bertemu dengan Anita. Wanita itu muncul di kegelapan, wajahnya dipenuhi kemarahan dan kekecewaan.

"Isabelle, kau tidak bisa mengabaikanku begitu saja!" suara Anita penuh amarah. "Kau akan selalu menjadi bagian dariku, dan aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang."

Isabelle terbangun dengan jantung berdebar, keringat dingin membasahi tubuhnya. Dia melihat sekeliling ruangan, merasakan kegelapan yang menyelimuti. Dia mengingat kata-kata Ustadz Adam dan berusaha menenangkan diri.

"Ini hanya mimpi," bisiknya, "Hanya bayangan dari masa lalu."

Dia bangkit dari tempat tidur dan memutuskan untuk pergi ke taman untuk mencari ketenangan. Saat berjalan di bawah sinar bulan, Isabelle merasakan angin malam berhembus lembut, tetapi bisikan Anita masih terngiang di telinganya.

"Saat kau merasa sendirian, ingatlah aku selalu ada," suara itu menggoda, penuh dengan nada memikat.

Isabelle menghentikan langkahnya dan berteriak ke arah kegelapan. "Aku tidak akan membiarkanmu mengendalikan hidupku! Pergilah dari pikiranku!"

Suara itu mereda sejenak, tetapi kemudian muncul kembali, "Apakah kau yakin bisa menghadapi semua ini? Apa kau tidak merasa kesepian?"

Isabelle mengeratkan tekadnya. "Kesepian bukanlah alasan untuk menyerah! Aku lebih kuat dari yang kau kira, dan aku tidak akan terjebak dalam rasa sakit itu lagi!"

Sinar bulan menyinari wajahnya, memberinya keberanian baru. Isabelle berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan masa lalu mengendalikan dirinya. Dia berjalan kembali ke rumah dengan keyakinan yang lebih kuat, siap untuk melanjutkan hidupnya.

Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa perjuangannya belum berakhir. Anita mungkin telah pergi untuk sementara, tetapi Isabelle bertekad untuk tetap waspada. Dia tidak bisa membiarkan bayangan itu kembali mengganggu hidupnya.

Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang