31. Truth & plan

2.3K 183 11
                                    

Asher pov

Aku duduk di atas kasur, gelisah. Pikiranku berputar-putar, membayangkan seperti apa masa depanku nanti. Mengugurkan kandungan ini bukanlah pilihan—terlalu berisiko bagi tubuhku.

Dengan perasaan resah, aku meraih ponsel yang tergeletak di tengah kasur. Mungkin ini saatnya untuk memberitahu Luke dan Tyler tentang kenyataan bahwa aku adalah seorang omega. Mungkin saja mereka bisa membantu, atau setidaknya memberi solusi.

Tanganku gemetar saat aku mengetik pesan di grup kecil kami—grup yang hanya berisi aku, Luke, dan Tyler.

“Kalian bisa ke kosan gue nggak nanti setelah pulang kerja?”

Gak lama kemudian, Luke membalas. “Tumben amat. Ada apa?”

“Ada yang mau gue omongin. Sekalian, kalo bisa, nitip buah mangga ya."

Setelah mengirim pesan itu, aku menatap layar ponsel, menunggu dengan napas tertahan. Detik demi detik berlalu, dan aku bisa merasakan kecemasan semakin menghimpit dada. Aku tahu, pada titik ini, tidak ada jalan kembali. Mereka harus tahu, atau aku akan hancur sendirian dalam ketidakpastian ini.

Ponselku bergetar, tanda pesan masuk dari Tyler.

“Mangga? Apa yang sebenernya terjadi? Lu baik-baik aja, kan?”

Aku tersenyum tipis, tapi tanpa emosi. Mereka selalu seperti itu, perhatian dan peduli, namun tidak akan pernah menyangka apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak pernah membayangkan harus membuka rahasia sebesar ini.

“Gue gapapa. Nanti aja pas ketemu, gue jelasin,” balasku cepat, mencoba menenangkan.

Aku mendesah panjang. Sejujurnya, aku tidak tahu bagaimana mereka akan bereaksi. Apakah mereka akan menerima kenyataan ini? Bagaimana jika mereka tidak siap dengan apa yang akan aku katakan?

Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan mondar-mandir di kamar sempitku. Pikiran tentang kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi membuat dadaku semakin sesak. Setiap langkah terasa berat, seperti menghitung detik yang tersisa sebelum semuanya berubah.

Tak lama kemudian, notifikasi lain masuk. Luke.

“Oke, kami bakal kesana sekitar jam 8. Gue bawain mangga, tapi lu beneran nggak kenapa-kenapa kan?”

Aku mengetik balasan terakhir sebelum menaruh ponselku kembali di kasur.

“Nggak. Gue cuma butuh kalian dengerin gue nanti.”

Selesai mengetik, aku duduk kembali di kasur. Rasa cemas kembali menyerang, tapi aku tahu, ini keputusan yang harus diambil. Tidak ada lagi pilihan lain. Aku hanya bisa berharap mereka siap mendengar yang sebenarnya, bahwa aku seorang omega dan ada kehidupan lain yang sedang tumbuh di dalam tubuhku.

Jam terus bergerak maju, dan setiap detiknya terasa seperti beban yang semakin berat. Aku hanya bisa menunggu, dengan hati yang tidak karuan.

Akhirnya, waktu menunjukkan pukul 8 malam. Suara ketukan di pintu membuatku terlonjak, jantungku berdegup kencang. Aku menarik napas dalam-dalam dan berusaha menenangkan diri sebelum membuka pintu. Begitu pintu terbuka, aku disambut oleh senyuman lebar Luke dan Tyler yang membawa kantong kresek berisi mangga.

Aku langsung mengambil kantong kreseknya dan mempersilakan mereka masuk. Setelah meletakkan kantong itu di meja, tanganku dengan cepat membuka dan memeriksa isinya, memilih mangga yang terlihat paling manis.

Tyler duduk di tepi kasur, sementara Luke melepaskan jaketnya dan menaruh tas di lantai dengan santai.

"Jadi, ada apa nih? Apa yang mau liu bicarain?" tanya Tyler, matanya menatapku penuh rasa ingin tahu.

Caught in boss's grip (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang