14. what should i do?

5.8K 371 3
                                    

---

Hari ini, Asher sengaja tidak masuk kerja. Rasa takutnya untuk bertemu Callum setelah kejadian kemarin masih menghantuinya.

Sekarang, ia hanya rebahan di kasurnya, menggenggam erat selimut yang menutupi tubuhnya. Pikiran tentang ucapan Callum terus berputar di benaknya, membingungkan dan menakutkan.

Ia ingin sekali bercerita pada Luke dan Tyler, tetapi ia tahu pasti mereka akan langsung mendatangi Callum untuk protes. Itu hanya akan memperburuk keadaan. Asher menghela napas lelah dan menatap layar ponselnya yang menunjukkan pukul satu siang.

Saat membuka ponselnya, ia melihat banyak panggilan tidak terjawab dari Luke dan Tyler, serta sebuah pesan dari Callum yang membuatnya ragu untuk membukanya.

Tiba-tiba, ia teringat pada Stefy, dokter langganan sekaligus temannya. Dengan cepat, ia menelpon Stefy, jantungnya berdegup kencang saat menunggu panggilan dijawab.

"Halo?"

Asher tersenyum mendengar suara Stefy. "Halo, Stefy. Hari ini kamu libur, kan?"

Suara Stefy terdengar ceria dan penuh semangat. "Ah, kebetulan sekali! Hari ini aku libur dan sekarang sedang nongkrong sama temanku. Ada apa, Ash? Mau check-up?"

"Enggak. Kamu di mana? Aku mau nyusul."

"Sure! Tunggu, ya. Aku akan share loc padamu."

"Okay."

Asher menunggu dengan cemas sambil melihat ponselnya. Tak lama kemudian, lokasi yang dibagikan Stefy muncul di layar. Ia segera beranjak dari tempat tidur, merapikan diri meski hanya mengenakan pakaian santai. Sebuah dorongan untuk berbicara dengan seseorang tentang perasaannya membuatnya bersemangat.

Setibanya di kafe tempat Stefy menunggu, Asher melihat temannya duduk di sudut dengan secangkir kopi di tangannya, dikelilingi oleh tawa dan obrolan. Senyum Stefy tampak cerah, dan saat melihat Asher, ekspresinya berubah menjadi lebih hangat.

"Asher!" Stefy melambaikan tangan, berdiri dan melangkah mendekat. "Akhirnya kamu datang! Kamu terlihat lelah, ada yang salah?"

Asher mengangguk pelan, merasa sedikit lega bisa berbicara dengan Stefy. "Ya, sedikit. Aku... aku mengalami hari yang sulit."

Stefy tersenyum simpul. "Oh iya, ini Aurellia, temanku."

Asher melirik ke arah Aurellia, jurnalis yang mewawancarainya beberapa waktu lalu. Kebetulan sekali bisa bertemu dengannya lagi. "Hai, senang bisa bertemu denganmu lagi."

Aurellia membalas senyuman itu. "Aku juga, Ash."

Stefy memandang keduanya dengan rasa heran. "Kalian saling kenal?"

"Iya, Aurellia ini jurnalis yang mewawancaraiku waktu itu," jelas Asher.

Stefy mengangguk mengerti. "Jadi, ada apa, Asher?"

Asher menarik napas dalam-dalam, lalu menjelaskan, "Itu... tentang Callum. suatu hari secara tiba-tiba aku mengalami heat dan Callum tahu serta membantuku. Kemarin, dia memaksaku untuk menerima perasaannya. Jika tidak, dia mengancamku akan membuat kehidupan ku menderita.

Aurellia mengerutkan dahi, jelas tidak terima. "Asher, aku tidak suka cara Callum memperlakukanmu. Dia seorang alpha, seharusnya dia lebih menghargai dan melindungimu, bukan mengancammu."

Asher terkejut mendengar pernyataan itu. "Tapi dia juga merasa tertekan. Dia berusaha untuk membantu ketika aku dalam keadaan heat."

"Aku mengerti itu," Aurellia menjawab, suaranya tegas. "Namun, ada batasan dalam membantu. Tidak seharusnya dia menggunakan perasaannya sebagai senjata untuk memanipulasi atau mengendalikanmu. Itu bukan cinta, itu manipulasi."

Caught in boss's grip (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang