42. Family ties

2K 126 0
                                    

"Beneran nih, sekarang banget ketemu ayah kamu?" Asher bertanya sambil memandangi Callum yang sibuk mengemas baju dari lemari. Rasa tak nyaman menyelimuti pikirannya, seolah-olah pertemuan itu semakin dekat dan tak terelakkan.

Asher awalnya ingin membereskan pakaiannya sendiri, tetapi Callum dengan tegas melarang. Mulai sekarang, Asher akan tinggal bersamanya. "Biar aku yang urus. Kamu istirahat saja," ucap Callum tadi, membuat Asher tak punya pilihan selain duduk di tepi ranjang, merasa canggung melihat Callum mengerjakan semuanya.

Callum menoleh sebentar, menatapnya dengan ekspresi serius. "Iya, aku nggak mau nunda terlalu lama, Ash. Ayah sudah nunggu, dan kita nggak bisa terus-terusan menghindar." Dia kembali mengambil sweater dari lemari Asher, melipatnya rapi, dan memasukkannya ke dalam koper.

Asher mendesah pelan, pikirannya penuh dengan kekhawatiran. "Tapi Callum... gimana kalau dia nggak suka sama aku? Atau... kalau dia malah bilang sesuatu yang bikin kita ribut?"

Callum berhenti sejenak, menatap Asher dengan lembut. "Aku nggak akan biarin itu terjadi. Kamu nggak perlu khawatir, aku di sini buat jaga kamu."

Asher terdiam, tatapannya kosong. Rasa takut yang selama ini dia coba tekan mulai muncul lagi. "Apa ini keputusan yang benar?", pikirnya. Dia tahu betapa pentingnya pertemuan ini bagi Callum, tapi dia juga tahu bahwa menghadapi ayah Callum akan lebih berat dari yang bisa dia bayangkan.

Setelah beberapa detik, Asher akhirnya berkata pelan, "Aku takut, Callum. Aku... takut ayahmu nggak bakal terima aku."

Callum menghampiri Asher, duduk di sampingnya, dan menggenggam tangannya erat. "Dengar, Ash. Ayahku mungkin keras, tapi dia bukan monster. Dia akan tahu kalau kamu adalah orang yang aku cintai. Kamu nggak perlu buktikan apa pun ke dia."

Asher menggigit bibirnya, masih tak yakin. "Tapi dia pengen kamu nikah sama Isabella, kan?"

Callum menghela napas. "Itu sebelum dia tahu soal kamu. Sekarang aku mau jujur sama dia, tentang kamu dan... kehamilanmu. Kita nggak bisa terus sembunyi."

Asher menunduk, menatap perutnya yang sudah mulai membesar. "Aku nggak bisa sembunyi lagi," pikirnya, meski hatinya masih ragu. Dia mengangguk pelan. "Oke, aku ikut kamu."

Callum tersenyum lembut, lalu mencium kening Asher. "Thank you, Ash."

Setelah berpamitan pada Maria dan beberapa warga desa, mereka segera berangkat menuju kediaman Mr. Edwards.

Beberapa jam kemudian, mereka berada di dalam mobil, menuju rumah keluarga Edwards. Jalanan yang sepi dan pemandangan ladang luas di sepanjang perjalanan hanya menambah ketegangan yang dirasakan Asher. Dia meremas tangannya sendiri, sesekali mengalihkan pandangannya ke luar jendela, mencoba menenangkan pikirannya yang terus berputar.

"Everything's gonna be okay, Ash. I promise," ujar Callum dengan nada meyakinkan sambil melirik Asher dari balik kemudi. Tangan Callum terulur, meraih tangan Asher yang dingin, memberikan sentuhan hangat yang seolah mencoba meredakan keresahan yang melanda.

"Tapi kalau ada apa-apa, kamu janji nggak bakal ninggalin aku, ya?" suara Asher terdengar pelan, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya di balik nada suaranya.

Callum menatap Asher dengan tatapan penuh ketegasan. "Aku janji. Apapun yang terjadi, kita hadapi bareng-bareng."

Tak lama kemudian, mereka tiba di depan gerbang besar yang mengarah ke rumah keluarga Edwards. Rumah besar dengan arsitektur klasik berdiri kokoh di hadapan mereka, tampak angkuh namun megah, membuat perasaan Asher semakin tak menentu. Perutnya mulai terasa mual-bukan hanya karena kehamilan, tetapi juga karena gugup yang tak tertahankan.

Caught in boss's grip (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang