38. Look after you

1.8K 149 4
                                    

Callum pov

Setelah mendengar berita tentang kehamilan Asher, kepanikan mulai menyelimuti pikiranku. Aku tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana dia menjalani semuanya sendirian tanpa memberitahuku. Aku merasa harus melakukan sesuatu. Pasti ada alasan kenapa dia menghindariku, dan aku yakin Luke dan Tyler tahu lebih banyak dari yang mereka biarkan. Mereka berdua terlalu dekat dengan Asher. Dia pasti sudah bercerita kepada mereka, terutama Luke.

Ketika Isabella memasuki ruangan untuk menyerahkan dokumen dari Luke, aku melihat kesempatan itu. "Isabella, tolong sampaikan pesan ke Luke dan Tyler. Aku ingin bertemu mereka di kafe persimpangan jalan setelah jam kerja," kataku dengan nada tegas namun penuh harap.

Isabella tampak ragu sejenak, tapi dia mengangguk dan keluar dari ruanganku tanpa bertanya lebih lanjut. Aku berharap mereka akan datang, karena aku benar-benar butuh jawaban.

***

Ketika sore tiba, aku sudah duduk di kafe yang kusebutkan, menunggu mereka datang. Tidak lama, aku melihat Luke dan Tyler masuk, mereka tampak sedikit canggung ketika melihatku. Mereka mungkin sudah menduga ini tidak akan menjadi percakapan yang menyenangkan. Namun, aku tidak ingin memperumit keadaan.

Saat mereka duduk di depanku, aku memutuskan untuk memulai dengan nada yang lebih bersahabat. "Mari kita bicara antara teman," ucapku dengan suara rendah tapi penuh emosi. "Anggap aku sebagai teman kalian, seperti saat kita bersama Asher."

Luke dan Tyler saling bertukar pandang sejenak, kemudian duduk dengan lebih serius. Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan diriku, tapi rasa cemas terus menggerogoti.

"Aku tahu kalian pasti tahu sesuatu," lanjutku, menatap mereka dengan mata yang penuh harap. "Di mana Asher? Kenapa dia menghindariku terus?" Suaraku mulai pecah saat kalimat terakhir, dan tanpa sadar air mata mulai menggenang di mataku.

Tyler menggerakkan tangannya gelisah, sedangkan Luke tampak lebih tegang. Mereka berdua diam, seolah berusaha memilih kata yang tepat.

Aku tidak bisa menahan diriku lagi. "Tolong," suaraku semakin parau, dan kini air mata mulai jatuh satu per satu. "Aku butuh tahu. Aku sudah terlalu lama bingung. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Asher menjauh dariku? Aku akan melakukan apa saja, aku hanya ingin tahu kenapa."

Luke menarik napas dalam, akhirnya memutuskan untuk berbicara. "Callum, ini bukan hal yang mudah untuk dibicarakan...," katanya pelan. "Tapi, Asher... dia takut sama kamu."

Aku terdiam, menatap Luke dengan tatapan penuh keterkejutan. "Takut?" bisikku, hampir tidak bisa mempercayai kata-katanya. "Kenapa dia takut?"

Tyler akhirnya angkat bicara, suaranya terdengar hati-hati. "Sikapmu, Callum. Kadang kamu terlalu keras... dan manipulatif."

Kata-kata mereka menghantamku seperti pukulan yang tak terlihat. Aku mencoba mencerna apa yang mereka katakan, tapi sulit. "Aku nggak pernah berniat seperti itu...," gumamku dengan suara gemetar. "Aku nggak mau menyakiti dia."

"Kami tahu," kata Luke dengan tenang. "Tapi itu yang Asher rasakan. Dia merasa tertekan, takut akan reaksimu. Dia merasa terkekang."

Aku tak bisa lagi menahan air mata yang tumpah. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan, isakan pelan mulai terdengar. "Aku nggak mau kehilangan dia... aku cuma mau minta maaf. Aku nggak tahu harus gimana tanpa dia..." isakku, tak peduli lagi dengan harga diri atau perasaan malu.

Tyler menatapku, raut wajahnya melunak. "Callum, kami mengerti perasaanmu, tapi kamu harus paham. Ini bukan hanya tentang minta maaf, kamu harus berubah kalau kamu mau Asher kembali. Dia butuh waktu untuk merasa aman, untuk percaya lagi sama kamu."

Aku mengangguk pelan, masih terisak. "Tolong... tolong bantu aku. Kalian tahu di mana dia, kan? Aku butuh bicara sama dia..."

Luke dan Tyler kembali saling memandang, tampak ragu, tapi aku bisa melihat simpati di mata mereka. "Kami nggak bisa langsung memberitahumu di mana dia," kata Luke dengan hati-hati. "Tapi kami bisa bantu kamu pelan-pelan. Biar Asher merasa lebih nyaman dulu."

Aku mengangguk lagi, meskipun dalam hati terasa perih karena tidak ada jawaban langsung. Tapi aku tahu ini bukan sesuatu yang bisa diatasi dalam semalam. Mereka benar-aku harus membuktikan kalau aku bisa berubah. Dan aku bersumpah, aku akan lakukan apa pun untuk membuat Asher merasa aman lagi.

***

Aku duduk di sofa ruang tamu, menatap kosong ke arah jendela yang memantulkan cahaya lampu jalanan. Malam sudah cukup larut, tapi pikiranku tak kunjung tenang. Percakapan dengan Luke dan Tyler sore tadi terus berputar di kepalaku. Meskipun mereka akhirnya mengakui bahwa Asher takut padaku, Aku masih merasa ada sesuatu yang mereka sembunyikan.

Saat itu, ponselku tiba-tiba berdering, membuat Aku tersentak dari lamunanku. Aku menatap layar, melihat nama yang muncul-Ben, teman lamaku yang aku percayakan untuk mencari tahu keberadaan Asher. Perasaan campur aduk menyelimutiku, antara harapan dan ketakutan. Dengan cepat, aku mengangkat telepon itu.

"Ben?" suaraku terdengar penuh harap meski bergetar.

"Callum, aku tahu di mana Asher," kata Ben tanpa basa-basi.

Napasku tercekat. "Apa? Kamu yakin?"

"Yeah, aku nggak mungkin salah. Aku dapat informasi dari sumber yang bisa dipercaya. Asher ada di rumah ibunya, di luar kota. Itu sebabnya dia nggak mudah ditemukan."

Aku berdiri dari sofa, berjalan mondar-mandir di ruang tamu. "Rumah ibunya...," gumamku, mengulang kata-kata Ben. Ini semua mulai masuk akal. Asher pasti mencari tempat yang aman, jauh dari jangkauanku, dan kembali ke rumah ibunya adalah pilihan yang logis.

"Terima kasih, Ben. Aku benar-benar nggak tahu harus berkata apa," ujarku, suaraku dipenuhi rasa lega yang mendalam.

"Ya, jangan lupa bayaran ku seperti biasanya." Ucap Ben lalu mematikan telfonnya.

Aku tidak bisa diam disini saja, aku harus segera bertemu dengan Asher. Sejenak aku teringat oleh saran dari Luke dan Tyler untuk tidak menemui Asher terlebih dahulu, persetan dengan itu aku akan menemuinya malam ini juga.

"Semua orang bisa memberi saran, tapi ini tentang aku dan Asher," gumamku pada diri sendiri, mencoba menepis semua kekhawatiran yang mengganggu. "Aku butuh dia sekarang."

Caught in boss's grip (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang