Setelah sarapan, Asher dan Callum duduk berdua di sofa ruang tengah, suasana di antara mereka begitu kaku. Mereka sama-sama bingung bagaimana memulai percakapan.
"Ini yang kamu inginkan, kan?" Asher akhirnya memecah keheningan, suaranya sedikit gemetar. Callum menoleh padanya dengan ekspresi kaget dan bingung.
"Aku hamil anakmu," lanjut Asher, matanya berusaha menatap lurus ke depan.
Callum terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Kamu benar, Asher. Aku... Aku tidak ingin kehilanganmu." Dia menghela napas dalam-dalam, seakan kata-katanya sulit keluar. "Aku tahu hubungan kita selama ini hanya sebatas atasan dan karyawan, tidak lebih. Dan itu membuatku frustasi. Mungkin itu yang membuatku berpikir tentang ide gila ini... Aku tidak menyadari apa yang kamu rasakan saat itu." Suaranya mulai bergetar. "Aku menyesal, sungguh."
Asher terdiam, meremas ujung bajunya. Pikirannya penuh dengan campuran emosi yang tak terdefinisikan. "Menyesal? Itu tidak akan mengubah apapun, Callum," katanya pelan, namun ada kekuatan tersembunyi di balik suaranya. "Aku tahu kita tidak punya ikatan sebelumnya. Tapi sekarang... semuanya berubah. Aku berubah."
Callum mengusap wajahnya, kali ini lebih lama, seolah mencoba menahan air mata yang tak bisa dia cegah. Bahunya mulai bergetar, dan tanpa bisa ditahan, dia mulai terisak pelan.
"Asher... aku benar-benar bodoh. Aku beneran nggak tahu harus gimana lagi," suaranya pecah di tengah-tengah, membuat Asher menoleh. "Aku nggak tahu harus ngapain untuk memperbaiki ini. Aku takut... aku takut kehilanganmu."
Asher terdiam, tak menyangka melihat Callum, yang selama ini selalu terlihat tenang dan kuat, kini begitu rapuh di depannya. Air mata Callum mulai mengalir, dia terisak seperti anak kecil yang kehilangan sesuatu yang berharga.
"Aku nggak tahu gimana caranya minta maaf yang benar... aku cuma..." Callum terhenti, menarik napas tersendat. "Aku cuma nggak bisa bayangin hidup tanpa kamu. Aku terlalu egois untuk ngakuin itu selama ini. Aku pikir dengan melakukan ini, kita bisa terhubung, bisa lebih dekat. Tapi aku malah nyakitin kamu."
Asher menatapnya, bingung antara marah dan iba. "Callum..." suaranya melembut tanpa ia sadari. "Aku nggak tahu harus bilang apa. Menangis nggak akan mengubah apapun sekarang. Kamu nggak bisa menangis dan berharap semuanya baik-baik saja."
"Tapi aku beneran menyesal, Asher. Aku serius kali ini." Callum terisak semakin keras, tangannya gemetar saat dia berusaha meraih tangan Asher. "Aku cuma pengen kesempatan lagi... untuk bisa melakukan semuanya dengan benar."
Asher menghela napas panjang, membiarkan Callum memegang tangannya. "Aku nggak bilang aku akan pergi sekarang. Tapi aku butuh waktu, Callum. Aku nggak bisa langsung percaya lagi begitu saja."
Callum mengangguk cepat, air matanya masih mengalir. "Aku paham, aku akan tunggu... Aku akan tunggu sampai kamu siap."
Callum terdiam sejenak, masih terisak-isak, lalu dengan suara kecil, dia berkata, "Bisa... bisa kamu peluk aku, Asher?"
Asher menoleh cepat, sedikit kaget. "Apa?"
Callum mengusap air mata di pipinya, wajahnya tampak memelas. "Aku cuma... butuh pelukan. Rasanya dunia ini hancur, aku nggak bisa mikir, aku butuh... ya, pelukan gitu. Sekali aja, plis." Dia memandang Asher seperti anak kecil yang minta permen, sambil sesekali mengisap hidung.
Asher mengangkat alis. "Callum, kamu ini serius nggak sih? Kita lagi ngomongin hal besar, terus tiba-tiba kamu minta pelukan?"
Callum menatap Asher dengan mata yang begitu memelas, seperti anak anjing yang baru saja ditinggalkan. "Please?" katanya dengan nada yang sangat manja, membuat Asher hampir tergelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught in boss's grip (BL)
Fiksi Remaja(diusahakan untuk update setiap hari) Asher Roth adalah seorang omega pria yang bekerja di sebuah perusahaan ternama. Hidupnya berjalan baik-baik saja hingga suatu hari, ia tiba-tiba mengalami heat, dan situasi tersebut diketahui oleh bosnya, Callum...