18. this is for your own sake

3.8K 192 0
                                    

Callum pov

***

Sudah lima hari Asher terkurung di vilaku yang terletak di pinggiran kota. Dia selalu menyebut tempat ini penjara, padahal aku melakukan semua ini demi kebaikannya.

Anehnya, aku sendiri tidak sepenuhnya tahu mengapa aku melakukan ini. Ada dorongan kuat dalam diriku yang membuatku merasa seolah-olah ini adalah satu-satunya pilihan.

Kesan pertamaku saat bertemu Asher sebenarnya tidak terlalu istimewa. Itu terjadi ketika aku mewawancarainya dan memberinya tes masuk ke perusahaan. Saat melihatnya, pikiranku hanya berkata, "Ah, dia seorang alpha." Namun, ada sesuatu yang berbeda tentangnya, sesuatu yang terus membuatku penasaran dan ingin lebih dekat. Meskipun begitu, aku tetap menjaga jarak. Bagaimanapun, aku tidak mungkin bisa berpasangan dengan seorang alpha, kan?

Namun, pada hari Asher mengalami heat, perasaanku berubah. Aku bukan hanya senang-aku sangat senang, sampai rasanya ingin menjaganya hanya untuk diriku sendiri.

Ketika Asher mengalami heat, sampai tanpa sadar aku melakukan knotting padanya dan menandainya. Semua terjadi begitu cepat, seolah naluri mengambil alih tanpa bisa aku kendalikan.

Saat itu, ketika Asher diwawancarai oleh seorang jurnalis, aku merasa sedikit tidak nyaman. Aku tahu jurnalis itu adalah seorang alpha, dan aku tidak suka Asher bertemu dengan alpha lain selain aku. Bagaimanapun, Asher sudah menjadi milikku, bukan? Namun, demi menjaga citra perusahaan, aku menahan diri sepanjang wawancara.

Setelah wawancara selesai, aku mengatakan sesuatu yang sangat mengerikan pada Asher. Ucapanku membuatnya bolos kerja keesokan harinya. Aku menyesal telah mengatakannya-aku tahu dia pasti sangat ketakutan.

Sepulang dari kunjungan bisnis, rencanaku adalah pergi ke kosan Asher untuk meminta maaf. Namun, saat melihatnya sedang mengobrol dengan jurnalis yang kubenci di sebuah kafe, amarahku langsung meledak.

Tanpa berpikir panjang, aku menyeret Asher dengan paksa ke mobil dan membawanya ke villa ini. Sepanjang perjalanan, sebuah ide muncul di benakku-agar Asher tidak pernah pergi dari sisiku lagi, aku harus menghamilinya. Marking saja tidak lagi cukup.

Pukul tujuh pagi, dan aku sudah berpakaian rapi, siap untuk pergi bekerja. Aku tidak bisa meninggalkan perusahaan terlalu lama. Saat keluar dari kamar, mataku langsung tertuju pada Asher yang duduk di sofa dengan ekspresi cemberut.

Lucu, bagaimanapun ekspresinya, Asher selalu terlihat menggemaskan di mataku. Aku terkekeh pelan, menghampirinya, lalu mengacak-acak rambutnya. "Kenapa cemberut gitu?"

Asher mendongak, menatapku dengan tatapan penuh keluhan. "Bosen... Biarin aku pergi."

Aku tersenyum tipis, lalu mengacak-acak rambutnya lagi. "Kamu kan bisa nonton TV, atau baca buku di perpustakaan. Itu semua nganggur, loh," ucapku, mencoba meringankan suasana.

Asher mendengus, menepis tanganku dengan ekspresi kesal. "Gak mau! Buku-buku di perpustakaanmu isinya tentang bisnis semua. Ngebosenin!"

Aku tertawa pelan, tak bisa menahan senyum melihat betapa keras kepalanya dia. Aku mengambil tas kerja yang sudah tergeletak di atas meja, siap untuk berangkat. "Kamu memang payah soal itu. Padahal kalau mau, bisa belajar banyak dari buku-buku itu," kataku, setengah bercanda. "Mungkin aku bakal lihat kamu jadi pengusaha besar suatu hari nanti."

Asher menghela napas, jelas frustrasi. "Aku gak butuh belajar bisnis, Cal. Yang aku butuhkan sekarang itu kebebasan. Aku bener-bener gak bisa terus-terusan di sini. Aku pengen balik kerja lagi, nongkrong bareng Luke dan Tyler."

Aku mengangkat alis, agak terkejut dengan kejujuran yang tiba-tiba dari Asher. Namun, alisku segera turun, dan senyum sinisku muncul. "Luke dan Tyler?" tanyaku, sedikit menyindir. "Apa segitu susahnya diem di sini? Kamu cuma perlu jadi... ya, partnerku yang baik." Aku terkekeh kecil, kemudian menambahkan dengan nada otoritas yang membuat suasana berubah. "Maksudku, istriku."

Caught in boss's grip (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang