5. semoga duit lu hilang tiba-tiba

5.4K 394 3
                                    

---

Setelah satu jam tertidur, Asher perlahan membuka matanya. Ia menggosok-gosok wajahnya yang masih lelah, kemudian melirik jam tangan—sudah hampir pukul setengah dua belas malam. Asher tersentak kaget, kepanikan merayapinya. Dengan buru-buru, ia mulai memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

Tubuhnya terasa panas, sensasi yang tak asing: gejala heat mulai muncul kembali.

“Kamu mau ke mana?” Suara Callum yang tenang namun tegas memecah kesunyian. Lelaki itu bersandar dengan santai di dinding, tangan terlipat di dada.

Asher refleks menoleh. "Eh, pak... kok Anda belum pulang?"

Callum tersenyum tipis, tidak beranjak. "Kalau saya pulang, siapa yang menemani kamu di sini?"

Asher baru teringat, hari ini ia lembur. Matanya segera menangkap jas milik Callum yang tergeletak di kursi. Dengan tergesa, ia meraihnya dan menyerahkannya. "Ini, Pak... Terima kasih sudah menemani saya. Tapi saya harus pulang sekarang."

Callum menerima jas itu dengan alis sedikit terangkat. "Kenapa buru-buru sekali?"

Asher berusaha mengatur napas, tubuhnya mulai bereaksi lebih kuat. "Ada... sesuatu yang mendesak." Ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Pheromone Callum semakin membuatnya sulit berpikir jernih, heat-nya seperti bangkit lebih cepat dari yang ia duga meski sudah meminum dua suppressant kemarin.

“Mau saya antar?” Callum mulai meraih tasnya, bergerak lebih dekat ke arah Asher.

Panikan, Asher mundur selangkah, takut kehilangan kontrol jika terlalu lama berada dekat dengan Callum. "Tidak perlu, Pak. Saya naik taksi saja." Tanpa menunggu respon, Asher segera bergegas meninggalkan ruangan, nyaris berlari saat rasa panik mulai merayap. Ia segera memanggil taksi, berharap bisa segera menjauh sebelum semuanya lepas kendali.

Callum menatap Asher bingung ia berjalan ke arah tempat Asher tadi berdiri secara samar ia mencium harum laut segar bercampur dengan citrus seperti kemarin dirumahnya, baunya sangat enak dan menenangkan dirinya.

Callum tidak ambil pusing kenapa Asher pergi begitu saja, ia juga segera pulang ke rumahnya.

Asher bernafas lega ketika akhirnya memasuki taksi, lelaki itu merasa bingung dengan apa yang terjadi pada tubuhnya. Mengapa gejala heatnya kembali lagi? Padahal ia sudah minum dua suppresant.

Asher bersandar pada jok mobil, menutup matanya sambil berpikir ia harus ke dokter besok. Asher juga baru ingat bahwa dirinya tidak pernah melakukan pemeriksaan rutin lagi semenjak disibukkan oleh pekerjaannya.

***
T

epat pukul 4 pagi, Asher terbangun dengan napas terengah-engah. Seluruh tubuhnya terasa panas membara, seolah terbakar dari dalam. Tanpa berpikir panjang, ia meraih laci di samping tempat tidur dan mengambil suppressant. Tangan gemetar, ia menelannya begitu saja, tanpa sempat mencari air.

Namun, jantungnya tetap berdebar kencang, tak kunjung tenang. Rasa panik semakin menguasai dirinya. Dengan tangan yang masih bergetar, ia meraih ponsel, mencoba menghubungi Callum. Tidak mungkin ia bisa bekerja dalam kondisi seperti ini. Sesak di dadanya membuatnya sadar: ia harus meminta izin.

Mr. Callum Edwards (monkey)

Selamat pagi pak, maaf mendadak saya ingin meminta izin untuk tidak masuk bekerja hari ini, karena alasan kesehatan.

(Mr. Callum Edwards menelfon)

Asher mendesah kesal sebelum akhirnya mengangkat telepon.

Caught in boss's grip (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang