35. when you lose something you cannot replace

2.4K 171 8
                                    

Callum pov

Aku tahu aku butuh lebih dari sekadar menunggu. Aku harus menemukannya. Memikirkan satu-satunya orang yang bisa membantuku dalam situasi seperti ini, aku mengambil ponselku dan menghubungi seorang kenalan yang punya akses ke teknologi yang jarang dipakai oleh orang biasa.

Telepon berdering sebentar sebelum akhirnya dijawab. "Halo, ini Callum. Aku butuh bantuan. Temukan lokasi ponsel seseorang untukku." Suaraku penuh dengan determinasi, meski di baliknya ada kecemasan yang tak tertahankan. "Nomornya Asher. Aku akan kirimkan segera."

Tidak ada waktu untuk menunggu. Aku butuh menemukan Asher, sekarang.

Beberapa hari berlalu dengan ketegangan yang semakin menumpuk. Setiap kali ponselku bergetar, jantungku berdebar kencang, berharap ada kabar baik tentang Asher. Namun, hari demi hari hanya dipenuhi dengan keheningan yang membuatku semakin frustrasi dan marah pada diri sendiri. Aku sudah mengerahkan segala cara untuk menemukannya, tetapi masih belum ada titik terang.

Hingga akhirnya, panggilan itu datang.

"Callum, kami menemukan sinyal ponsel Asher," suara di ujung telepon terdengar serius, membuat jantungku berdetak lebih cepat.

"Di mana?" tanyaku tanpa sabar, hampir setengah berteriak.

"Sinyalnya muncul di tepi sungai di luar kota," katanya. "Tapi... sepertinya ponselnya sudah tidak aktif lagi. Kami menemukan lokasinya berdasarkan sinyal terakhir yang tertangkap."

Tepi sungai? Hatiku langsung mencelos, membayangkan segala kemungkinan terburuk. Mengapa ponselnya ada di sana? Dan kenapa tiba-tiba ponselnya tidak aktif? Semua pertanyaan itu berputar di kepalaku, membuatku semakin panik.

"Aku akan ke sana sekarang," kataku cepat sebelum menutup telepon, tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan lebih lanjut.

Dalam perjalanan ke lokasi yang mereka sebutkan, pikiranku penuh dengan kecemasan. Gambar-gambar buruk terus menerobos masuk-Asher terluka, atau lebih buruk lagi, sesuatu yang tidak bisa kubayangkan. Semua ini tidak masuk akal. Apa yang terjadi padanya? Mengapa dia tidak menghubungiku?

Saat sampai di tepi sungai yang dimaksud, mataku langsung mencari tanda-tanda keberadaan Asher. Tapi yang kutemukan hanyalah ponselnya, tergeletak di tepi sungai, setengah tenggelam di lumpur, seolah-olah telah dibuang dengan sengaja.

Aku meraih ponselnya dengan tangan gemetar. Ponsel itu basah dan dingin di tanganku. Menatap benda itu, aku merasa seolah-olah sebagian besar harapanku hancur. Mengapa ponsel ini ada di sini? Dan ke mana Asher?

"Asher...," bisikku, menatap kosong ke arah air sungai yang mengalir perlahan. Tidak ada jawaban, hanya kesunyian yang kembali menghantui. Perasaan frustasi dan ketakutan makin menyesakkan dada. Sesuatu yang besar sedang terjadi, dan aku tak punya petunjuk lagi.

Aku menggenggam ponsel Asher erat-erat, tak tahu harus berbuat apa. Tapi satu hal yang pasti-aku tidak akan berhenti sampai menemukan Asher, apa pun yang terjadi.

Setelah ponsel Asher ditemukan di tepi sungai, perasaanku semakin kacau. Mungkin Luke tahu sesuatu, atau mungkin orang lain-Tyler, ibu kos, bahkan orang yang kuberi tugas melacak ponsel Asher. Mereka semua mungkin menyembunyikan sesuatu dariku, atau lebih buruk lagi, ikut terlibat dalam sesuatu yang jauh lebih besar dari yang kubayangkan.

Aku menatap ponsel Asher yang kutemukan, basah dan rusak, seolah-olah benda itu menyimpan jawaban. Tapi tidak ada yang memberiku petunjuk. Dan sekarang, aku merasa sendirian, dikelilingi oleh kebohongan dan ketidakpastian. Setiap orang tampak seperti musuh potensial. Bagaimana jika semuanya memang bersekongkol? Bagaimana jika Asher... tidak ingin ditemukan?

Caught in boss's grip (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang