28

72 12 0
                                    

Halilintar terpaku, ia terdiam.

Solar dan blaze juga ikut diam, manik biru langit milik lelaki tersebut membulat

"H-hali?" Gumam lelaki tersebut.

Halilintar mengkode kepada dirinya untuk tetap diam, ya, ternyata lelaki tersebut adalah taufan askara.

Taufan mengganguk, ia berjalan perlahan kearah mereka bertiga, solar dan blaze masih terdiam, mereka berdua menatap taufan dengan tatapan horror.

Taufan terkekeh pelan, ia mengusap pelan surai kedua adik laki-lakinya.

Brum..

Halilintar menghela nafas lega, solar mengalihkan pandangannya kearah halilintar.

"Mereka sudah pergi?" Tanya solar, halilintar terdiam, ia menyandarkan tubuhnya di pintu.

"Ya.." Lirih halilintar, halilintar menolehkan pandangannya kearah Taufan.

"..." Keduanya sama sama terdiam, halilintar mengelus pipi taufan.

Taufan menundukkan kepalanya, "bagaimana..." Gumam taufan.

"Bagaimana kalian bisa sampai disini?"

"Panjang ceritanya" Ucap blaze, blaze memeluk tubuh taufan dengan erat.

Taufan tersentak kaget, ia menatap blaze dengan tatapan datar.

Taufan celingak celinguk seperti mencari seseorang, "dimana ice dan thorn?" Tanya taufan.

Ketiga saudaranya terdiam, mereka tak menjawab sama sekali, taufan pun kesal karena tak ada satu pun saudaranya yang menjawab pertanyaannya

Dan taufan menanyakan pertanyaan yang sama, "dimana ice dan thorn?, hei aku bertanya kepada kalian!"

"Eee..., kakak serius belum tau?" Gumam blaze, taufan tentu saja kebingungan.

Hei!, bagaimana dirinya bisa mengetahui dunia luar?, dirinya saja sudah dikurung disini selama beberapa tahun!

Ingin melihat dunia luar saja sangat sulit, apalagi mendengar berita dari saudaranya.

Taufan tentu saja menggelengkan kepalanya pelan, "kenapa?"

Halilintar menghela nafasnya pelan, "mereka..., mereka sudah tidur bersama bunda dan ayah"

Pupil mata milik taufan membesar, dirinya tak percaya.

"T-tunggu!, la-lalu... C-catatan yang aku dan thorn buat..?" Ucap taufan dengan terbata bata.

"Tak masalah, kami sudah mengetahuinya" Gumam halilintar, taufan masih tak percaya.

Tapi ini bukan waktunya untuk dirinya bersedih.

Blaze berdehem, "ehkm, jadi?, rencana kita bagaimana?" tanya blaze berusaha untuk mengalihkan topik.

Solar melirik sekilas kearah tiga saudaranya, namun ia malah tertarik pada seisi rumah ini

Solar seperti sedang memperhatikan seisi ruangan yang sedang mereka tempati, cukup janggal.

Rumahnya terlalu banyak pernak pernik, namun tak ada yang mencurigakan dari hiasan dinding tersebut.

Solar menghampiri salah satu lukisan yang cukup menarik perhatiannya, ia memegang dan memperhatikan setiap inci dari lukisan tersebut.

Lalu ia mencium bau busuk dan bau amis yang sangat menyengat dari foto itu, karena tak kuat dengan bau yang dihasilkan dari lukisan itu, solar menyimpan kembali ke tempatnya.

"Aneh..." Gumam solar, solar melamun.

Crack

Suara seperti benda jatuh dapat ia dengar dari arah sampingnya, solar refleks menengok kearah lantai.

| |•TERHEBAT•| |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang