KAGUM

141 13 0
                                    


             Honey tersenyum tipis, matanya berbinar, alisnya mulai berpisah, dan dahinya mulai lebih rileks. Angin berhembus tipis membelai rambut panjangnya. Poninya berkibar lembut. Wajahnya terlihat sangat kagum dan merasa nyaman. Hamparan hijau dari sayur-sayuran membuatnya merasa berada di dimensi yang berbeda. Dihirupnya udara dalam-dalam sambil menutup matanya.

"Waah, aku tidak menyangka, hamparan sayuran pun seindah ini ya, Kak?" Giaw dengan tatapan kagumnya berbicara pada Clay.

"Aku terbiasa melihat taman bunga dan bukit. Aku kira keindahan hanya milik mereka, namun ternyata hamparan hijau sayur memiliki tempat tersendiri di hatiku," sahut Dew.

"Ya, itulah tujuan pelatihan ini. Mengajak orang untuk menelisik ketenangan hati di ruang yang berbeda dari yang lain. Ini adalah obat organik bagi kalian yang bingung ingin berbuat apa saat sudah merasa buntu," jelas Clay.

"Ya, kurasa aku akan menghabiskan waktu yang lama di tempat ini," jawab Honey dengan suara mengambang dan tatapan penuh cinta terhadap pemandangan di depannya.

               Clay menatap Honey dan membalasnya dengan senyuman tipis. Clay mengajak anak-anak itu menuju ruang penyemaian. Sebelum memasuki ruangan, Clay memberikan celemek kepada masing-masing mereka. Dew dan Giaw saling memasang dan mengikatkan sedangkan Honey sibuk dengan dirinya sendiri.

"Biar kubantu," Clay meraih tali celemek dan mengikatkannya di belakang. Honey pun menoleh dan mengucapkan terima kasih. Clay membalasnya dengan anggukan canggung.

"Kami siap!" Dew mengagetkan Clay dan Honey. Clay memipin jalan menuju ruang penyemaian.

              Clay mempraktikan proses menanam benih di sebuah papan tray. Satu tray itu berisi 45 lubang yang bisa ditanami benih. Benih yang dijadikan contoh ialah benih sawi pagoda. Clay mempraktikannya dengan sangat telaten dan lincah. Honey pun ingin mencobanya. Clay mengizinkan dan menuntunnya dengan sabar. Sungguh sangat berbeda saat presentasi di ruang rapat sebelumnya. Giaw dan Dew pun tidak kalah penasarannya. Mereka seketika lupa dengan suasana menegangkan sebelumnya.

              Clay mengarahkan Honey untuk mencampurkan media tanamnya terlebih dahulu. Honey menyerok satu sekop kecil tanah subur dan satu sekop kecil pupuk kandang dan dicampurkan pada sebuah wadah. Setelah itu, Clay mengarahkan Honey untuk memasukkan tanah itu ke tiap lobang tray.

               Honey bingung. Ia melihat lubang tray itu sangat kecil sedang sekopnya cukup besar.                       "Lalu, bagaimana caranya agar bisa memasukkannya?" pikirnya dalam hati. Melihat ekspresi Honey yang bingung, Clay meraih sekop yang digenggam Honey dan mencontohkannya. Dengan hati-hati Clay menuangkan tanah secara sembarang di atas tray lalu meratakannya.

               "Jika kau berpikir memasukkannya satu per satu, tentu rumit. Terkadang hidup ini perlu sedikit sembarang agar tahu mana yang tidak rata. Jika sudah ketemu, kau tinggal meratakannya," jelas Clay sambil menambah dan meratakan tanah pada tray. Giaw dan Dew memandang kagum dengan cara dan penjelasan Clay. Honey pun begitu. Dia hanya mengangguk tertarik. Lalu, Honey pun mencobanya.

              "Gunakan sarung tangan ini," Clay memberikan sarung tangan untuk Honey. Honey menoleh dan menatapnya bingung. Clay mengarahkan matanya ke tangan dan kuku Honey yang lentik dengan kuku palsu yang tidak kalah cantiknya. Honey pun paham lalu mengambilnya dan memakainya dengan cepat. Ia senang mencampur tanah dan meratakan tanah di atas tray.

                Setelah semua lubang penuh dengan tanah, Clay mengajak tiga orang itu untuk membuat lubang kecil lagi di masing-masing lubang tray menggunakan sebuah tusuk sate. Mereka pun antusias. Ekspresi mereka memang benar-benar polos. Layaknya anak orang kaya yang tidak pernah bermain tanah dan bekerja kotor. Akhirnya, sekadar membuat lubang kecil benih pun membuat mereka sebahagia itu.

Chapter Kehidupan: My TherapyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang