SALAH TINGKAH

100 11 3
                                    

              Alarm berbunyi pukul 05.30 pagi. Seperti biasa, Clay lari pagi untuk menjaga kebugaran tubuhnya. Setelah itu, ia melakukan beberapa gerakan workout yang menunjang tubuhnya tetap terlihat bagus dan prima seperti push up, pull up, dan sit up. Terkadang, ia juga akan pergi ke tempat gym jika tidak latihan boxing. Meskipun ia seorang perempuan, itu semua dilakukan bukan semata-mata gegayaan saja melainkan memang hobi dan kebetulan ia memang menguasainya.

               Setelah berolah raga, Clay menyiapkan diri untuk pergi ke kantor sekaligus kebunnya. Kali ini ia pulang ke apartemennya yang tidak jauh dari kebun organiknya. Kala tengah bersiap-siap, telfonnya berdering.

"Mmm, ada apa kau menelepon? Ada masalah?" tanya Clay.

"Kapan kau akan datang?" tanya sang penelepon.

"Nanti, jika sudah saatnya. Kau urus saja dulu. Aku percayakan padamu," jawab Clay malas sambil bersiap-siap.

"Hhh, apa kau tidak merindukanku?" tanya penelepon lagi.

"Tidak," jawab Clay singkat.

"Aww, sakit sekali hatiku mendengarmu berkata seperti itu," penelepon itu meringis menjawab pernyataan Clay.

"Sudahlah, jangan berdrama. Aku akan berangkay, kututup telfonnya," Clay memotong perdramaan itu.

"Eh tunggu, tunggu!" cegah perempuan yang menelepon Clay itu.

"Apa lagi?" tanya Clay sambil mengerutkan dahinya.

"Aku akan berkunjung ke kantormu, tidak boleh menolak!" pinta si perempuan.

"Ya, datang saja. Jika aku tidak ada, itu bukan salahku," jawab Clay seadanya.

"Hmm, baiklah. Dasar manusia penuh misteri. Untung kau milikku!" jawabnya lagi ketus.

              Telepon pun terputus. Clay hanya tersenyum simpul setelah menjawab telepon dari adiknya, Kaluna. Ya, mereka kakak adik yang sudah lama ditinggal oleh orang tua mereka. Kini, mereka tinggal berdua dan ya, begitulah kehidupan mereka.

              Clay yang sudah siap pun berangkat menuju kantornya. Hari ini agendanya adalah memantau proses panen brokoli, sayur hijau, dan buah-buahan. Selain itu, ia juga memeriksa kesehatan ikan di kolam ikan yang ada di kebunnya. Kolam tersebut sesungguhnya sekaligus menjadi media tanam tanaman kangkungnya. Ya, ia menggunakan sistem aquaponic.

              Sistem aquaponic ia gunakan guna memaksimalkan pemanfaatan lahan dan hobinya saja. Selain dapat memanen sayuran di atasnya, ia juga bisa memanen ikan lele yang ada di kolam di bawahnya. Ikan-ikan itu sesekali dijadikan menu dari katering sehatnya, sesekali ia bagikan kepada pegawai dan para petani yang mengurus kebunnya, bahkan sesekali ia pancing sendiri dan dipanggang di pondok sederhana di kebunnya. Ya, back to nature. Indah bukan?

...

                Honey dan Manow sedang memeriksa berkas-berkas talent di agensinya. Mereka memilah dan mengelompokkan para talen ke beberapa bidang. Ada yang khusus iklan di tv, host live, pemain series singkat, hingga yang akan dipromosikan ke dalam sebuah film.

"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri," ucap Honey memecahkan ketegangan antara Manow dan Honey saat mengelompokkan talent.

"Maksudmu?" jawab Manow sambil mengernyitkan dahinya.

"Mulailah buka hatimu untuk menerima seseorang yang akan mengisinya, jangan kaku menjalani hidup," jelas Honey.

"Seriously? Kalimat ini keluar dari manusia yang bahkan tidak tahu cara membuka hati?" tanya Manow terheran-heran.

Chapter Kehidupan: My TherapyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang