CEMBURU

94 12 0
                                    

"Wah! Dew! Lihat! Mulutku mengeluarkan asap!" seru Giaw saat menghembuskan nafasnya di udara.

"Wahahaah iya! Aku juga!" Dew menimpalinya.

            Pagi hari di MineGreen ternyata sangat sejuk dan menyenangkan. Udara yang dingin tidak menyurutkan perasaan bahagia mereka. Teh hangat dan salad telah tersedia di atas meja di depan pondok Clay. Clay sengaja meminta karyawannya untuk menyiapkan itu agar peserta pelatihannya dapat sarapan terlebih dahulu sebelum pulang.

"Itu bukan asap. Itu embun," ucap Clay sambil membawa beberapa piring untuk mereka sarapan.

"Wahahaha iya, Kak. Wah hari ini sarapan salad, Kak? Sangat segar sepertinya," Dew sangat antusias melihat makanan di atas meja.

"Iya, sayuran ini baru dipanen subuh tadi. Jadi, kalian bisa menikmatinya lebih segar," jelas Clay.

"Apakah rasanya berbeda jika panennya bukan subuh, Kak?" suara yang tiba-tiba muncul dari dalam pondok.

             Clay menoleh, "Oh, Kau. Iya tentu. Rasa pahit dari sayuran akan berkurang jika dipanen saat subuh atau saat matahari belum menyentuh sayuran," jelas Clay sambil menyajikan salad di setiap piring.

"Mengapa demikian?" tanya Honey lagi sambil duduk dan membantu Clay menyajikan makanan.

"Sinar matahari merangsang tumbuhan untuk berfotosintesis. Zat itulah yang membuat sayuran terkadang terasa pahit karena getahnya menjadi lebih banyak. Saat matahari belum menyentuh daun-daunnan, maka proses fotosintesis belum dimulai. Itu adalah fase tumbuhan beristirahat. Tentu saja getahnya juga tidak banyak," Clay menjelaskan dengan detail sambil menahan dagunya dengan kedua tangan yang di kepal di atas meja.

               Dew, Giaw, dan Honey kompak menganggukkan kepala. Ada ilmu baru lagi yang mereka dapatkan. Setelah semua makanan siap, mereka sarapan bersama. Senda gurau di antara mereka mengalir dengan alami. Tidak lagi ada ketegangan yang dirasakan oleh Dew dan Giaw. Meskipun ekspresi Clay masih kaku dan datar, kini mereka tahu bahwa isi hati Clay tidaklah demikian. Maka, kini mereka jauh lebih santai dari sebelumnya.

*drrtt

*drrttt

*drrrttt

"Halo, ada apa, Now?" Honey mengangkat telefon dari Manow.

"Baiklah. Aku akan ikut denganmu. Aku ingin melihat langsung proses syuting itu. Apakah ada hal yang membuat artis kita merasa tidak nyaman dengan prosesnya. Lebih baik jangan sampaikan bahwa aku akan datang. Biarkan mereka bekerja dengan alami saja. Jika mereka tahu aku akan datang, tentu sudah menyiapkan berbagai siasat untuk mengatur semuanya menjadi baik," jelas Honey sambil memakan saladnya.

"Oke. Sampai bertemu di kantor. Satu jam lagi aku akan pulang ke rumah. Kau tunggu saja," jelas Honey lagi lalu menutup teleponnya.

"Oh iya, Kak. Hari ini, jadwal kita apa ya?" tanya Giaw penasaran.

"Apakah kalian tidak memiliki kesibukan?" tanya Clay heran. Baru kemarin mereka menghabiskan waktu seharian hingga menginap, kini bertanya jadwal selanjutnya.

"Hehehe, seru, Kak. Aku merasa sangat hidup di sini," Dew menimpali.

"Untuk hari ini, kalian boleh melihat bibit kalian. Saya rasa mereka sudah sprout. Jika sudah, kalian buka saja bungkus hitamnya dan tetap biarkan di sana. Jika sudah ada daunnya, pindahkan tray kalian ke ruang pembibitan agar terkena sinar matahari tidak langsung," jelas Clay.

"Namun, untuk kegiatan itu kalian bisa lakukan sendiri. Saya akan meminta Dawan membantu kalian. Saya rasa kalian lebih akrab dengannya. Saya tidak bisa menemani kalian hari ini karena harus mengurus pekerjaan yang lain," jelas Clay kembali.

Chapter Kehidupan: My TherapyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang