CLAY DAN RUN

686 23 6
                                    

Suara denting wajan, riuh koki, dan pekerja menyiapkan berbagai macam menu masakan organik. Semua tampak senang dan fokus pada pekerjaan masing-masing. Koki dengan atraksi wajan dan apinya. Pemotong bawang dengan kelihaiannya memotong tanpa melihat. Pencuci sayuran yang sangat jeli dalam menyingkirkan kotoran pada sayuran. Semua bekerja keras dan bersungguh-sungguh.

Di tempat lain, di kebun organik yang tidak jauh dari dapur, Clay memupuk sayuran dengan sangat ulet. Ia memeriksa dedaunan selada, sayur hijau, dan pakcoy yang sudah berusia enam puluh hari. Ya, sayuran-sayuran itu sudah siap panen. Clay mengepik sehelai daun pakcoy.

"Hhh... yang ada nanti habis itu pakcoy kamu cemilin satu persatu," ucap Run yang tiba-tiba sudah ada di dalam greenhouse.

"Tenang, kebun ini menggunakan tekhnik regenerasi," jawab Clay lugas dengan senyum tipisnya.

Melihat ekspresi Clay yang sedang mengunyah sayur pakcoy seolah sayuran itu enak dan manis, Run pun mencobanya. Run memilih daun pakcoy bagian terluar dengan warna hijau tua dan pekat.

"Hueeekk! Gila ya kamu. Ini pahit! Bisa-bisanya pasang ekspresi senikmat itu?" keluh Run kepada Clay. Clay hanya tertawa melihat sahabatnya itu. Sambil mengambil helai pakcoy dari tangan Run, Clay mengejek Run, "Pinter banget sih. Ada kemampuan manusia yang disebut dengan bertanya. Tanya dulu, mana yang enak untuk dimakan mentah,"

"Daun yang kamu makan sudah terlalu tua. Tentu saja ada rasa pahitnya. Ah sudahlah, tidak berpengaruh besar juga jika aku jelaskan padamu," lanjut Clay. Run mengiyakan ucapan Clay dengan menggaruk lembut kepalanya yang tidak gatal itu. Clay memakan sisa daun pakcoy milik sahabatnya itu. Run mendelik geli mengingat rasa pahit dari daun itu.

"Untuk apa kau datang ke sini? Ini kan hari Jumat." Tanya Clay pada Run.

"Apakah ada hari tertentu aku datang ke tempat ini? Aku salah satu pendiri tempat ini, apa kau lupa?" jawab Run menggoda Clay.

"Baiklah, Nyonya Pendiri. Apa kiranya yang bisa hamba bantu?" balas Clay sambil memberikan minum kepada Run.

Sambil menegakkan badan dan menyilangkan kakinya, Run menjawab dengan candaan yang setimpal, "Terima kasih, Ki Sanak. Mungkin air ini berasal dari kebun organik, rasanya sangat organik," sambil menyeruput dengan ekspresi jahil. Mereka pun tertawa bersama. Itu adalah hal yang sering mereka lakukan. Itu sebabnya persahabatan mereka bertahan lama dan kuat.

"Jadi, ada sebuah perusahaan yang juga peduli dengan kesehatan karyawannya, mereka ingin memesan catering dari Green Catering kita," jelas Run kepada Clay yang sedang menyeruput es kopinya.

"Okey, lalu?" tanya Clay, Run pun menjelaskan bahwa perusahaan tersebut ingin mereka memberikan beberapa sampel untuk dicicipi oleh CEO dari perusahaan tersebut. Cukup lama mereka berdiskusi mengenai sampel menu apa saja yang akan mereka bawa ke perusahaan tersebut. Meski catering sehat ini belum cukup besar, Run dan Clay sudah bertekad sejak awal untuk tetap mengutamakan kualitas produk mereka.

Setelah sekian lama, mereka pun telah menentukan menu sehat yang akan dipresentasikan nanti. Menu yang ditentukan disesuaikan dengan kebutuhan kalori manusia setiap hari. Semua dihitung secara garis besar yang terdiri atas 20gram protein, 15gram lemak, dan 35gram karbohidrat. Jika dikalkulasi, kalori pada satu porsi makan itu sejumlah 355 kalori. Hal ini dianggap ideal oleh Clay dan Run untuk pekerja kantoran. Tentu saja mereka telah menyiapkan materi presentasi ini dengan sangat matang dan apik.

"Baiklah, sisanya kuserahkan padamu ya, Ki Sanak. Ada hal yang harus Tuan Putri kerjakan di kantor. Selamat bekerja, Ki Sanak," goda Run kepada Clay. Clay hanya mengangguk dengan senyuman kecilnya itu. Run mengambil tas dan bergegas pergi. Namun, saat hendak pergi ia teringat sesuatu, "Clay, kau akan mengajar hari ini?" Run bertanya mengerutkan dahinya.

"Ya, apa lagi?" jawabnya.

"Tidakkah seharusnya kau istirahat? Beberapa hari ini kau sangat sibuk," Run mengkhawatirkan kesehatan sahabatnya itu.

"Pelatihan ini sudah dijadwalkan sejak lama. Tidak profesional jika aku membatalkannya. Ini akan menjadi metode healingku juga, bukan?" jawab Clay menenangkan sahabatnya.

"Baiklah. Bagaimana pun itu, keras kepalamu tidak akan bisa kutaklukan," jawab Run.

"Begitulah aku. Bukankah kau sudah biasa, Run?" goda Clay.

"Hmmmm. Ya, ya. Ada berapa peserta kali ini? Dan berapa lama? Sekali pertemuan durasi berapa jam? Dan apa hasil akhirnya?" tanya Run bertubi-tubi.

"Oiih, oiih, oihhhh... Bisakah kau bertanya satu persatu?" jawab Clay sambil menertawakan sahabatnya itu.

"Pelatihan ini mungkin akan memakan waktu cukup lama karena memulai dari proses pembenihan hingga panen. Sayuran yang akan kucanangkan hanya sayuran hijau saja. Agar mudah. Hehe," Clay menjelaskan.

"Untuk durasi, itu akan menyesuaikan. Program ini disusun untuk menyembuhkan rasa kesendirian dan mental orang-orang yang mengikutinya. Jadi, let see," imbuhnya.

"Yaaa, yaaa. Sebelum kau mengajar, pastikan mentalmu juga sehat. Entah apa yang membuat mereka nyaman belajar denganmu. Manusia tanpa ekspresi, dingin, cuek, dan hanya memberikan mereka kesempatan melakukan apa yang mereka mau. Apa pun itu, jagalah kesehatanmu. Aku sudah terlambat ada meeting kenegaraan. Bye!" Jawab Run dengan masih khawatir.

"Mmmm... siap, Nyonya Run," balas Clay sambil membungkukkan badannya tanda bercanda. Clay melanjutkan kegiatannya dalam mempersiapkan alat dan bahan untuk workshopnya nanti. 

Chapter Kehidupan: My TherapyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang