LUPA WAKTU

108 18 13
                                    

        Clay melangkah dari mobilnya menuju lift yang membawanya ke ruang shooting. Setelah mendapat izin dari Honey, Clay akhirnya berangkat ke lokasi shooting promosi kateringanya setelah jam makan siang. Tentu saja ia telah menyediakan makanan dan camilan untuk kekasihnya selama menunggunya pulang.

         Kali ini penampilannya sungguh berbeda dari kemarin. Baju kaus putih dengan lengan yang dilipat dan celana jeans biru serta sepatu olah raga membuatnya terlihat lebih santai. Rambutnya yang diikat setengah menunjukkan kesan badboy pada dirinya. Ia berjalan santai tanpa memedulikan orang yang selalu terpana dengan penampilannya. Ia berjalan sembari melepaskan kaca mata hitamnya dan meletakkannya di atas kepala.

"Bagaimana malammu?" goda Run berbisik sambil menyaksikan proses shootinh.

"Mmm," Clay mengangguk dan melirik sombong ke arah Run.

"Meski sudah tertutup, tanda itu tetap terlihat," bisik Run lagi menggoda Clay.

           Clay hanya menoleh dengan alis berkerut. Clay membenahi leher bajunya agar menutupi tanda merah di dadanya. "Harusnya kukenakan kemeja," gumamnya. Tidak lama kemudian, Dew membawakan minuman untuk Run dan Clay. Dua gelas es americano.

"Ini minuman kegemaran Run. Aku menyukai coffee latte dingin," ucap Clay datar saat Dew menawarkan minuman.

"Oh, maaf Kak. Aku tidak tahu. Aku akan memesankan yang baru," ucap Dew gugup.

"Kau tidak perlu tahu kesukaannya apa. Cukup fokus padaku saja," ujar Run menggoda Dew.

          Clay mengangkat alisnya ke arah Run. Dew yang mendengar ucapan Run pun tersenyum tipis. Tatapan Clay penasaran dengan sahabatnya itu. Ia mengira bahwa Run telah menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka. Ini terlihat dari ekspresi Run yang sudah tidak kaku dan cuek seperti kemarin. Dew juga tampak lebih santai dengan godaan yang dilontarkan oleh Run.

"Sudah berbaikan?" tanya Clay berbisik mendekatkan badannya kea rah Run.

"Mmm," Run mengangguk dan tersenyum.

           Clay menjalani hari yang cukup melelahkan. Ia beberapa kali harus memilah setiap scene yang akan dimasukkan ke dalam video promosinya. Dew dan Giaw pun terpaksa lembur di kantor Honey untuk menyelesaikan penyortiran video. Selain itu, Clay juga ikut memilah latar musik dan lagu yang akan menghiasi video promosinya. Sungguh terlihat sosok perfectionist dan ketelitian Clay ketika melakukan pekerjaannya.

          Setiap orang yang memandangnya kagum dengan dedikasi Clay. Sesungguhnya Clay tidak kaku, hanya saja begitu teliti dan penuh pertimbangan. Ada adegan-adegan yang tidak digunakan karena menurut Clay tidak natural. Bahkan ada yang harus diulang hanya karena posisi properti tidak sama dengan pengambilan gambar sebelumnya. Run yang telah bersahabat lama dengannya tidak membantah apa pun. Ia justru memberikan masukan yang serupa dan mendukung kritikan dan saran dari Clay.

"Kamu akan pulang atau tidur di kantorku, huh?" tanya Honey ketus dalam panggilan telepon.

"Aku pulang sekarang, Babe," jawab Clay cepat.

          Ketika tengah mendiskusikan musik latar dan peletakan teks promosinya, Honey tetiba menelepon dan meminta Clay pulang. Meskipun kalimat yang dilontarkan adalah sebuah pertanyaan, menurut Clay itu adalah sebuah perintah. Maka, tanpa berpikir panjang ia mengiyakan dan menyerahkan sisanya kepada Run.

"Sisanya kuserahkan padamu. Aku harus pulang," ucap Clay sembari membereskan barangnya.

"Takut istri?" tanya Run tertawa.

"Huh?" Giaw merespon heran.

"Nanti juga kau begitu. Cepat selesaikan!" ucap Clay berdiri.

"Iya, Ki Sanak. Aku akan menyelesaikannya," jawab Run lagi.

Chapter Kehidupan: My TherapyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang