CARA MEMAHAMI PASANGAN

87 17 4
                                    

           Clay pun tidak berani untuk melanggar ucapan Honey. Ia tahu kekasihnya tengah marah. Namun, tenaganya tidak begitu kuat untuk menghibur kekasihnya. Ia pun akhirnya tertidur sambil memeluk bantal guling menghadap punggung Honey. Clay tertidur begitu pulas. Itu membuat hati Honey semakin sesak dan panas. Honey merasa kekasihnya tidak mencintainya karena tidak membujuknya sama sekali. Air matanya menetes. Ia terisak karena menahan suara tangisnya agar tidak keluar.

            Saking lamanya menangis, Honey pun tertidur. Tepat pukul delapan pagi alarmnya berbunyi. Honey terbangun dan mematikan alarmnya. Honey menatap wajah kekasihnya yang masih tertidur pulas. Ingin rasanya ia memukuli orang di sebelahnya itu. Namun, ia tidak berani melakukan itu karena ia merasa wajar jika Clay meninggalkannya.

           Clay memiliki paras yang menarik perhatian baik laki-laki maupun perempuan. Wajahnya yang tegas, tubuhnya tegap, kecerdasannya, bahkan perlakuan manisnya. Itu membuat Honey merasa bahwa sungguh pantas jika banyak yang menanti Clay di luar sana. Dan merasa wajar jika Clay berpaling darinya. Kembali ia meneteskan air matanya. Bergegas ia ke kamar mandi dan bercermin.

            Dipandanginya tubuhnya yang dibalut baju oversize Clay. Ia merasa dirinya sangat tidak menarik. Honey melepaskan bajunya dan memandangi tubuhnya lagi di cermin. Dilihatnya dada yang tidak sebesar perempuan di foto itu. Tubuhnya yang sangat mungil dan wajahnya yang terlihat seperti anak-anak. Mungkinkah Clay meninggalkannya karena ini? Pikirannya meracau. Ia membasuh wajahnya dengan kasar.

              Honey berjalan keluar dan duduk di sofa depan tv. Dinyalakannya tv agar tidak merasa sepi. Selang beberapa menit, ia merasa muak dan ingin pergi. Ia bangkit dan merapikan pakaiannya. Ia mengambil tas dan teleponnya dan hendak pergi tanpa membangunkan Clay.

"Sayang, kamu mau ke mana?" tiba-tiba Clay muncul dengan rambut sedikit basah karena baru saja membasuh wajahnya.

"Pulang," jawab Honey singkat.

"Kenapa tidak membangunkanku?" tanya Clay menghampiri Clay sambil memeluknya dari belakang.

"Lepaskan aku, kau beraroma rokok dan alkohol!" dengus Honey yang tak mampu melepaskan pelukan Clay.

"Aku tahu kamu marah. Tapi, bisakah kita membicarakannya? Hmm?" ucap Clay lembut dan mengecup bahu Honey.

"Apa yang ingin kau katakana?" tanya Honey ketus sambil menunggu pelukannya dilepas.

"Aku hanya menemani Run. Di sana juga ada Kaluna dan Giaw. Aku pun baru tahu setelah aku sampai di sana. Ya, aku salah karena aku terlalu banyak meminumnya," jelas Clay.

"Aku rasa kau lupa menyebutkan satu orang lagi," jawab Honey makin kesal karena Clay tidak menyebutkan perempuan di foto itu.

"Huh? Tidak ada. Hanya kami berempat, Sayang," Clay masih berucap lembut dan hendak memeluk Honey.

          Honey mendorong tubuh Clay, "Aku tahu, aku tidak semenarik itu. Bukankah sangat menjijikkan jika kau harus berbohong menggunakan nama sahabatmu itu?!" suara Honey bergetar.

           Clay bingung mendengarkan Honey yang sangat marah. "Aku tidak mengerti maksudmu, Sayang," Clay menjawab dengan tatapan bingung.

"Mengapa kau pandai sekali memasang wajah seolah tidak tahu apa-apa?! Pantas saja kamu tidak pernah mau menyentuhku. Alasanmu ingin menjagaku 'kan? Tapi kau justru membuat dadaku sesak tak tertahan!" Honey kembali merajuk dengan keras.

"Bisa kau jelaskan dulu apa maksudmu? Aku benar-benar tidak mengerti," Clay bingung dan panik karena Honey menepis tangannya.

*plak!

Chapter Kehidupan: My TherapyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang