JADILAH PASANGANKU

104 12 0
                                    

Chapter 18

Honey meletakkan handphonenya dengan kasar di atas meja saat hendak memeriksa laporan kegiatan awarding yang disusun oleh karyawannya. Tiga orang yang berada di depannya itu pun kaget bukan kepalang.

Setelah lelah bermain-main, Honey dan Run kembali ke ruangannya. Saat pintu lift terbuka, ia melihat seseorang sedang merebahkan dirinya dan memejamkan matanya di sebuah sofa yang berhadapan langsung dengan pintu lift. Lehernya jenjang terpampang jelas dari depan lift. Kancing kemeja yang terbuka tiga buah pun memamerkan dada bidang si empunya. Honey yang melihat itu pun mengerutkan alisnya.

"Apa maksudnya dia duduk seperti itu?" dengus Honey pelan.

"Oh, Ibu Honey. Ibu Clay ingin bertemu dengan ibu," suara lembut dan senyum manis Marissa membangun Clay dari tidur ayamnya.

Honey pun hanya mengangguk. Clay yang tahu Honey sudah berada di sebelahnya hanya menatapnya dengan penuh harapan. Alis matanya mengangkat lemah. Sorot matanya memohon pengampunan. Persis seperti anak anjing yang minta digendong oleh majikannya.

"Masuklah," ucap Honey sambil menarik kerah baju Clay yang terbuka itu agar tertutup.

Entah mengapa hatinya panas melihat Clay yang sengaja memamerkan keindahan tubuhnya itu. Run yang melihat itu hanya tersenyum. Tidak ada komentar darinya. Clay bangun dan mengikuti Honey masuk ke ruangannya.

"Ada hal apa yang membuat Anda datang kemari?" tanya Honey datar dan duduk di sofa sebelah Clay.

"Saya ingin mengajakmu makan malam nanti. Saya akan menjelaskannya," jelas Clay.

"Untuk apa? Saya bukan siapa-siapa Anda," jawab Honey ketus dengan tatapan tajamnya.

"Iya sekarang, tidak tahu jika nanti," jawab Clay lembut.

Pesona wanita matang ini semakin membuat pertahanan Honey hampir roboh. Kesan angkuh yang ia coba pertahankan sejak tadi hampir saja runtuh karena melihat dandanan Clay yang begitu memesona. Jas dan celana hitam dengan kemeja hitam yang kancingnya dibiarkan terbuka seolah satu nada dengan dress yang ia gunakan terlihat sangat pas di badan Clay. Namun, Honey telah bertekad tidak mau jatuh ke lubang yang sama.

"Lagi pula ini masih sore. Jika Anda mau menunggu. Silakan saja. Banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan," jawab Honey sambil mengalihkan wajahnya dari kilau kalung yang menghiasi dada lebar Clay.

"Saya akan menunggumu di sini. Kerjakanlah dulu pekerjaanmu," jawab Clay dengan lembut.

Honey hanya mengangguk tidak peduli. Ia memanggil Manow dan mulai mengerjakan beberapa pekerjaan yang memang mendesak. Terutama mengenai hasil supervisi dadakannya tadi. Clay yang melihat itu hanya tersenyum simpul. Gadis itu terlihat semakin seksi ketika sedang marah dan fokus bekerja. Manow yang mengetahui situasi itu pun membiarkan mereka bermain dengan perasaan mereka.

Manow tahu betul bahwa Honey sedang terkungkung oleh perasaannya sendiri. Namun, Manow berusaha mengikuti permainan Honey dengan bersikap seprofesional mungkin. Cukup lama mereka bekerja. Keluar masuk ruangan berkali-kali. Dan Clay sangat setia menunggu tanpa memasang wajah bosan sedikit pun. Clay pun sesekali mengotak-atik ponselnya untuk memeriksa pekerjaannya. Sesungguhnya ia banyak kerjaan, namun ia limpahkan semuanya kepada Run. Seperti biasa.

Waktu sudah menunjuk pukul 17.30 petang. Honey dan Manow masih merapikan beberapa berkas. Mereka menyusunnya di atas meja kerja Honey dan menyimpan beberapa di rak besi di sebelahnya.

"Oke, cukup untuk hari ini, Hon. Kau sudah terlalu keras. Pergilah," bisik Manow sambil merapikan kertas-kertas pajak.

Honey hanya menoleh dan menekuk alisnya. Manow memberi tanda dengan menunjuk Clay dengan menggerakkan kepalanya. Manow paham bahwa Honey sedang menghukum perempuan maskulin itu. Namun, ia juga tahu bahwa Honey tidak ingin melakukan itu.

Chapter Kehidupan: My TherapyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang