Bab 5. Keluarga Hana

362 8 3
                                    

Setelah berlarut-larut dalam dunia malam, Hana yang dikuasai oleh arwah pria cabul semakin tergoda oleh godaan baru-judi. Malam itu, dia berjalan memasuki sebuah kasino yang mewah, dengan lampu-lampu gemerlap dan suara koin yang berjatuhan dari mesin slot. Adrenalin membanjiri tubuhnya saat dia duduk di meja judi.

Awalnya, Hana hanya mencoba peruntungannya, tetapi tak lama kemudian, sensasi menang dan kalah itu menciptakan dorongan tak terkendali. Pria cabul yang ada dalam dirinya menyukai perasaan dominasi, mengambil risiko besar, dan merasakan kekuasaan yang ia peroleh dari taruhan besar.

"Dengan uang ini, aku bisa membuatmu melakukan apa saja, Hana," pria itu tertawa dalam hati. Setiap kali Hana kehilangan uang, dia merasa semakin terdorong untuk terus bermain. Semakin banyak uang yang hilang, semakin kuat keinginannya untuk mengembalikan semua yang hilang dengan taruhan yang lebih besar.

Beberapa minggu berlalu, dan kebiasaan berjudi Hana semakin tak terkendali. Harta yang dia miliki mulai habis. Tabungannya terkuras, bahkan perhiasan yang dulunya disayanginya kini dijual untuk memenuhi hasrat berjudi yang semakin parah.

Sementara itu, di tempat lain, Raka yang masih terluka karena keputusan Hana untuk membatalkan pernikahan mulai merasa ada sesuatu yang salah, jauh lebih dari sekadar perubahan sikap biasa. Raka merasa tidak tenang sejak pertemuan terakhir mereka. Kata-kata Hana, tatapan dinginnya, dan tindakan impulsifnya seolah bukan berasal dari wanita yang dia kenal.

Akhirnya, Raka memutuskan untuk menghubungi keluarga Hana, berharap mereka bisa memberinya penjelasan atau setidaknya membantu mengatasi situasi ini. Di telepon, Raka berbicara dengan suara penuh kekhawatiran.

"Tante, Om... saya minta maaf karena harus mengatakan ini, tapi saya dan Hana... kami membatalkan pernikahan. Hana telah berubah, dia bukan lagi seperti dulu. Saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi saya khawatir dia berada dalam masalah besar," kata Raka dengan suara berat.

Orang tua Hana terkejut mendengar kabar itu. Ayah Hana, Pak Gunawan, langsung bertanya, "Apa maksudmu, Raka? Hana membatalkan pernikahan? Kenapa kami tidak tahu apa-apa soal ini?"

"Saya juga tidak tahu kenapa dia bertindak seperti itu. Tapi, yang lebih mengkhawatirkan, dia terlihat sangat berbeda. Saya melihat dia terlibat dalam hal-hal yang berbahaya. Saya pikir ada sesuatu yang lebih dari sekadar perubahan sikap."

Ibu Hana, Bu Santi, langsung merasakan ada sesuatu yang sangat salah. "Apa yang terjadi pada anak kami?" katanya, dengan suara hampir menangis. "Dia tidak pernah bertindak seperti ini sebelumnya."

Setelah mendengar kabar dari Raka, keluarga Hana memutuskan untuk bertindak. Mereka tidak bisa tinggal diam melihat putri mereka berubah tanpa penjelasan. Pak Gunawan dan Bu Santi segera mencari tahu lebih banyak tentang perilaku Hana. Mereka mencoba menghubungi teman-teman dekatnya, berharap ada yang bisa memberi petunjuk.

Namun, setiap orang yang mereka hubungi menceritakan hal yang sama-Hana telah menjauh dari mereka, tidak lagi mau berkomunikasi, dan mulai memasuki dunia yang jauh dari kehidupan yang sebelumnya dia jalani. Beberapa teman bahkan melaporkan melihat Hana di tempat-tempat yang tidak biasa, seperti klub malam dan kasino.

"Apa yang terjadi dengan Hana?" tanya Pak Gunawan kepada dirinya sendiri, semakin bingung dengan semua informasi yang masuk. Tidak ada satu pun dari semua itu yang cocok dengan gambaran putrinya.

Puncak kekhawatiran terjadi ketika Pak Gunawan akhirnya mendengar dari salah satu kenalannya yang bekerja di kasino bahwa Hana telah terlihat di sana beberapa kali, terlibat dalam perjudian besar. Kabar itu menghancurkan hati mereka.

"Judi? Hana? Bagaimana ini bisa terjadi?" Bu Santi tidak bisa menahan air matanya.

Tanpa menunda lagi, keluarga Hana memutuskan untuk mengonfrontasi putri mereka secara langsung. Mereka tidak bisa membiarkan putri satu-satunya tenggelam lebih jauh ke dalam kebiasaan buruk yang mengancam masa depannya.

Mereka menuju ke rumah Hana dengan penuh harapan untuk menemukan jawaban dan menyelamatkannya sebelum semuanya terlambat.

Ketika keluarga Hana tiba di rumahnya, mereka langsung mengetuk pintu dengan keras. Hana yang dikuasai oleh pria cabul membuka pintu dengan tatapan tidak peduli, penampilannya jauh berbeda dari sebelumnya. Tato di tubuhnya, rambut pendek berwarna mencolok, serta seringai dingin di wajahnya membuat kedua orang tuanya terkejut.

"Hana! Apa yang terjadi denganmu?" seru Pak Gunawan dengan nada bergetar.

Hana hanya tertawa kecil, "Apa yang salah, Ayah? Aku hanya menjadi diriku sendiri."

Bu Santi hampir tak bisa berkata-kata melihat perubahan drastis pada putrinya. "Ini bukan dirimu, Nak. Kamu bukan Hana yang kami kenal. Ada apa denganmu? Apa yang telah terjadi?"

Namun, pria cabul yang mengendalikan Hana tidak peduli. Dia hanya tersenyum sinis dan berkata, "Mungkin aku hanya lelah jadi anak baik-baik. Sekarang aku bebas. Kalian harus menerima itu."

Dengan keluarga Hana yang akhirnya menyadari betapa besar perubahan yang dialami putri mereka, konflik semakin memanas. Keluarga Hana kini dihadapkan pada tantangan besar untuk memahami apa yang telah terjadi pada putri mereka dan mencari cara untuk membawanya kembali sebelum dia benar-benar hilang dalam kegelapan. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Pria Cabul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang