Lokasi: Rumah Pribadi Yusuf, pagi hari yang mendung.
Yusuf, sang bodyguard setia keluarga Lim, berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke halaman rumahnya. Matanya menerawang jauh, pikirannya penuh dengan kekhawatiran yang menggelayut sejak insiden pertengkaran karena perselingkuhan dengan suaminya Budi Lim dan perubahan besar pada putrinya Vivi. Veronica Lim-atau Nyonya Lim, seperti yang biasa ia panggil-belum juga pulih dari syok setelah kejadian itu. Yusuf tak tega melihat kondisi majikannya membawanya pulang kerumahnya, saat ini nyoya Lim hanya bisa berbaring lemah di tempat tidur, matanya sayu tanpa ekspresi, seolah jiwanya terperangkap dalam kesedihan mendalam.
"Aku harus bicara dengan Vivi," gumam Yusuf pelan, menyadari bahwa sesuatu yang sangat buruk telah terjadi pada nona mudanya. Vivi yang dulu ceria dan penuh kasih pada keluarganya, kini berubah menjadi sosok yang asing, dingin, dan penuh dendam. "Apapun risikonya, aku harus mencari tahu apa yang terjadi."
Dengan tekad bulat, Yusuf mengambil jaketnya dan keluar dari rumah pribadinya, meninggalkan majikannya yang masih terbaring dalam kesunyian. Ia tahu bahwa berbicara dengan Vivi mungkin akan membawa konsekuensi yang tak diinginkannya, tapi hati kecilnya tak bisa membiarkan keadaan terus seperti ini.
---
Lokasi: Jalan menuju rumah keluarga Lim, siang hari.
Di tengah perjalanan, saat Yusuf sedang melaju dengan sepeda motornya menuju rumah keluarga Lim, sebuah mobil melaju cepat dari arah berlawanan. Yusuf nyaris tak sempat menghindar, dan dalam hitungan detik, sepeda motornya kehilangan kendali dan ia terjatuh. Sebuah mobil sedan hitam berhenti mendadak tak jauh dari tempatnya terjatuh.
Dari dalam mobil itu, keluar tiga orang pria yang tampak terkejut dengan kecelakaan yang baru saja terjadi. Raka, paman Hana, Andi-paman Hana lainnya-dan Pak Rahman, ahli supranatural yang terkenal dengan kemampuannya.
"Maafkan kami! Apakah Anda baik-baik saja?" tanya Raka dengan nada panik, menghampiri Yusuf yang tengah memegangi pergelangan tangannya yang terluka.
Yusuf bangkit perlahan, menahan rasa sakit di pergelangan tangannya. "Tidak apa-apa... hanya kecelakaan kecil." Meski ia tampak baik-baik saja, ada sedikit darah mengalir dari lengannya.
Pak Rahman, yang melihat kondisi Yusuf, segera mendekat. "Pergelangan tanganmu terluka. Sebaiknya kau biarkan kami mengantarmu ke tempat tujuan."
Yusuf yang awalnya menolak tawaran itu, akhirnya merasa tak punya pilihan lain. "Baiklah, jika kalian tidak keberatan," jawabnya, meskipun sebenarnya ia merasa sedikit canggung menerima bantuan dari orang yang tak dikenal. Ia belum menyadari bahwa orang-orang ini memiliki tujuan yang sama dengannya.
Di dalam mobil, mereka mulai berbincang-bincang.
"Kemana tujuanmu?" tanya Andi sambil mengemudi perlahan.
"Ke rumah keluarga Lim," jawab Yusuf singkat.
Raka, yang duduk di kursi penumpang depan, menoleh dengan cepat. "Rumah Lim? Kami juga menuju ke sana. Apa urusanmu dengan mereka?"
Yusuf terdiam sesaat, berpikir apakah ia harus menceritakan semuanya kepada orang-orang ini. Tapi melihat keseriusan di wajah mereka, ia akhirnya memutuskan untuk jujur. "Aku bodyguard mereka. Kondisi di rumah itu... sudah tidak normal lagi. Nona Vivi... dia berubah. Aku datang untuk mencari tahu apa yang terjadi."
Pak Rahman, yang duduk di kursi belakang, dengan tenang berkata. "Kamu bisa ceritakan detail nya pada kami jika berkenan."
Yusuf menghela napas panjang. "Nona Vivi dulu adalah gadis yang baik hati, tapi sekarang dia seperti orang lain. Penampilannya berubah total, membawa orang-orang yang tidak kukenal, dan ibunya-Nyonya Lim-jatuh sakit setelah insiden itu. Aku tak tahu siapa yang bisa dipercaya lagi di sana."
Raka menatap Yusuf dengan tatapan penuh empati, kemudian berbicara dengan nada serius. "Aku mengerti kenapa kau bingung. Vivi yang sekarang memang bukan lagi Vivi yang kau kenal. Dia telah dirasuki oleh roh jahat... oleh jiwa pria bernama Anton."
Yusuf terperangah mendengar penjelasan itu. "Anton? Siapa dia? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"
Raka melanjutkan penjelasannya, mengisahkan bagaimana Anton, seorang pria cabul yang merasuki tubuh orang-orang tak bersalah, telah menghancurkan hidup Hana, tunangannya, dan kini mencoba melakukan hal yang sama pada Vivi.
Yusuf masih berusaha mencerna cerita itu. "Awalnya aku tak percaya hal-hal seperti ini, tapi setelah melihat perubahan pada nona Vivi... aku rasa ada sesuatu yang memang tidak wajar."
Pak Rahman menatap Yusuf dengan tenang. "Kau tak salah. Roh jahat seperti Anton bisa menghancurkan kehidupan seseorang dengan cara yang tak terbayangkan. Tapi kita tidak bisa sembarangan menyerbu rumah itu. Kita harus punya rencana."
Raka mengangguk setuju. "Benar. Kita harus hati-hati. Jika kita bergerak gegabah, Vivi dan keluarganya bisa dalam bahaya lebih besar."
Yusuf terdiam sejenak, memikirkan apa yang telah terjadi pada keluarga yang ia layani selama bertahun-tahun. "Baiklah, kalau begitu... mari kita ke rumahku. Kita bisa menyusun rencana di sana."
---
Lokasi: Rumah Keluarga Lim, sore hari.
Sementara itu, di rumah keluarga Lim, Vivi yang kini sepenuhnya dikendalikan oleh Anton telah memulai langkah-langkah lebih jauh untuk menguasai rumah itu. Ia memecat hampir semua pembantu dan staf lama, menggantinya dengan orang-orang baru yang tak dikenal, yang semuanya merupakan kaki tangan Anton.
Roy, yang sebelumnya mengagumi Vivi dan menjadi sekutunya, kini merasa terancam dengan perubahan sikap Vivi. Semakin hari, ia semakin tidak mengenali Vivi, yang dulu hanya seorang gadis muda yang polos, kini berubah menjadi sosok yang dingin dan penuh ambisi. Namun, ketika ia mencoba untuk menarik diri dari kerjasama ini, Anton-melalui tubuh Vivi-dengan cepat menyadari niatnya.
"Kau mau pergi, Roy?" tanya Vivi dengan suara pelan tapi penuh ancaman, sambil menatap Roy dengan tatapan tajam.
Roy, yang terkejut dengan nada suaranya, mencoba menjawab dengan tenang. "Aku hanya berpikir... mungkin sudah saatnya aku mundur dari rencana ini. Aku tak ingin terlibat lebih jauh."
Vivi menyeringai dingin. "Mundur? Setelah semua ini? Kau lupa apa perjanjian kita, Roy? Kau pikir bisa lepas begitu saja?"
Roy menelan ludah, merasa semakin tak nyaman. "Tapi Vivi, ini sudah terlalu jauh. Aku tak bisa terus seperti ini... Aku hanya ingin hidup normal lagi."
Anton, melalui tubuh Vivi, berdiri mendekat ke arah Roy. "Normal? Normal tak ada artinya bagiku. Kau tak bisa keluar, Roy. Kalau kau mencoba, aku akan memastikan hidupmu lebih buruk daripada neraka. Kau mengerti?"
Roy gemetar, merasa terancam oleh kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki Anton melalui tubuh Vivi. Ia tak punya pilihan lain selain menunduk dan mematuhi. "Baiklah... aku akan tetap bersama kalian," ucapnya dengan suara pelan, penuh rasa takut.
Vivi tersenyum puas. "Bagus. Kita masih punya banyak pekerjaan, Roy. Bisnis baru ini akan membawa kita kembali ke puncak-ke masa kejayaan Anton yang sesungguhnya."
Roy hanya bisa mengangguk pelan, meskipun di dalam hatinya ia merasa semakin terjebak dalam rencana yang semakin berbahaya ini.
Rencana berikutnya sudah jelas: Anton akan membangun bisnis gelap untuk memulihkan kekuasaannya seperti dulu. Dan kini, dengan kekayaan serta pengaruh keluarga Lim, jalannya semakin mulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Cabul
EspiritualBrengsek...! gara-gara mengejar wanita ini, aku jadi mengalami kecelakaan hingga dinyatakan tewas ditempat..! untung saja keberuntungan berada di pihak ku, entah kenapa aku masih diberikan kesempatan untuk bisa merasakan hidup sekali lagi, dan yang...