Sesampainya di kediaman Vivi Lim, Anton, yang kini bersemayam dalam tubuh gadis itu, tertegun melihat kemewahan rumah tersebut. Villa besar itu terletak di kawasan elit dengan gerbang tinggi dan taman yang terawat sempurna, memberikan kesan kehidupan yang jauh dari apa yang pernah dialaminya. Rumah tersebut memiliki desain arsitektur modern dengan dinding kaca besar yang memancarkan kemewahan di setiap sudutnya.
Ketika Anton melangkah ke dalam rumah, dia langsung disambut oleh Nyonya Lim, ibu dari Vivi, seorang wanita berusia 50-an yang tetap terlihat anggun dan elegan. Wajah Nyonya Lim menyiratkan kekhawatiran, dan tanpa basa-basi, ia mulai menanyai "anaknya" dengan nada tegas namun penuh kasih sayang.
"Apa yang kamu lakukan semalam, Vi? Kamu tidak pernah begini. Kenapa tidak pulang sama sekali?" suara Nyonya Lim terdengar penuh curiga.
Anton, dengan kemampuannya berimprovisasi, dengan cepat membuat alasan. "Maaf, Ma. Ada urusan mendadak di hotel untuk bisnis. Aku pikir tidak akan lama, tapi akhirnya terpaksa menginap," jawab Anton dengan suara Vivi yang lembut, namun penuh kepalsuan.
Nyonya Lim menatap anaknya dengan ragu, tetapi akhirnya mengangguk. "Baik, lain kali beri tahu Mama. Kamu tahu Mama selalu khawatir," katanya, sebelum akhirnya memeluk tubuh Vivi yang kini dikuasai oleh Anton. Dalam hati, Anton menyeringai. Dia baru saja berbohong, namun berhasil mengelabui Nyonya Lim.
Sementara itu, Anton mulai menggali informasi tentang latar belakang keluarga yang kini menjadi miliknya. Melalui percakapan dan pengamatan dari smartphone Vivi, Anton mengetahui bahwa ayah Vivi adalah Mr. Lim, seorang pejabat tinggi di kota itu, sementara ibunya menjalankan salah satu bisnis besar yang kini dikelola oleh Vivi. Keluarga Lim adalah sosok berpengaruh dan kaya raya, membuat Anton merasa semakin diuntungkan. Dia mulai menyusun rencana besar, menyadari bahwa tubuh baru ini bisa membawanya ke puncak kekuasaan yang dia impikan.
Di sisi lain, di hotel Grand Lux, Paman Andi, Pak Rahman, dan Raka tengah mencari informasi mengenai Vivi Lim, berharap bisa menemukan jejak Anton di tubuh baru ini. Namun, sesampainya di hotel, mereka terlambat. Vivi sudah check-out lebih awal. Meski begitu, mereka berhasil mendapatkan informasi penting: Vivi Lim adalah putri salah satu pejabat tinggi kota. Ketiganya saling bertukar pandang, menyadari bahwa situasi kini jauh lebih rumit. Mereka harus menemukan cara untuk mendekati Vivi secara pribadi tanpa memancing perhatian keluarga besar Lim, yang jelas memiliki pengaruh besar di kota.
"Kita tidak bisa bertindak gegabah. Ayahnya sangat berpengaruh," ucap Pak Rahman dengan nada prihatin.
Raka menatap tajam. "Aku tidak peduli. Dia-Anton-harus dihentikan. Tidak peduli di tubuh siapa dia berada."
Pak Rahman mengangguk. "Tapi kita harus lebih hati-hati. Kalau salah langkah, kita bisa berhadapan dengan kekuatan yang jauh lebih besar."
Malam harinya, di kamar tidur Vivi, Anton tertidur dengan tubuh Vivi terbaring di atas tempat tidur empuk berlapis sutra. Suara dengkuran halus terdengar, kontras dengan penampilan cantik Vivi yang biasanya anggun dan berkelas. Namun, tiba-tiba, dalam tidurnya, Anton merasa terlempar ke sebuah tempat asing. Dia mendapati dirinya berada di suatu ruang gelap, seolah tidak ada ujung. Bayangan hitam pekat mengelilinginya, dan suara berat serta menakutkan memanggil namanya.
"Anton..." suara itu bergema.
Anton merasa tubuhnya bergetar. "Siapa kamu?" dia mencoba berteriak, tetapi suaranya teredam oleh kegelapan. Sosok misterius mulai muncul dari bayangan, tidak jelas bentuknya, tapi cukup untuk membuat Anton merasakan ketakutan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Aku adalah kekuatan di balik kemampuanmu. Tanpa aku, kamu hanyalah jiwa lemah yang berkeliaran. Sepak terjangmu yang mulus... keberhasilanmu dalam mengambil tubuh-tubuh... itu semua karena aku."
Anton terperangah. Semua kejadian yang selama ini dia pikir merupakan buah dari kecerdasannya sendiri ternyata hanyalah ilusi. Suara itu tertawa lirih, membuat suasana semakin mencekam. Anton mencoba berteriak lagi, tapi dia tak kuasa.
Saat Anton terbangun, keringat bercucuran di wajah cantik Vivi. Dia mencoba menenangkan dirinya, meyakinkan bahwa itu hanya mimpi buruk. Tapi di balik kesadarannya, dia tahu bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar mimpi. Namun, dia memilih untuk mengabaikan peringatan itu.
"Paling cuma halusinasi," gumamnya sambil menyeka keringat dari dahinya.
Anton lalu mengambil smartphone Vivi dan mulai melihat jadwal hari itu. Di tengah rasa takutnya yang samar, dia kembali menyeringai senang. Dengan semua kekuatan yang kini dia miliki, dia merasa dunia ada dalam genggamannya.
Esok paginya, Anton menjalani rutinitas Vivi. Berdasarkan daftar kegiatan yang tercatat di smartphone, dia tahu ke mana Vivi biasa pergi, siapa yang dia temui, dan apa yang dilakukan. Namun, ada satu hal yang membuatnya gusar: pengawalan bodyguard baru yang disiapkan oleh mamanya. Seorang pria tegap bernama Yusuf, yang tampaknya sangat loyal dan tidak mudah dikelabui. Keberadaan Yusuf menjadi penghalang rencana Anton. Dia sadar, dia harus berhati-hati dalam setiap tindakannya. Yusuf bukan sekadar pengawal biasa; dia juga informan yang setia kepada Nyonya Lim.
Anton mulai berpikir, mencari cara untuk menyingkirkan pengawalan ketat ini. Jika ingin melanjutkan rencana besarnya, dia harus menyingkirkan Nyonya Lim, atau setidaknya, membuat sang ibu tidak mencampuri urusan pribadinya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Cabul
SpiritualBrengsek...! gara-gara mengejar wanita ini, aku jadi mengalami kecelakaan hingga dinyatakan tewas ditempat..! untung saja keberuntungan berada di pihak ku, entah kenapa aku masih diberikan kesempatan untuk bisa merasakan hidup sekali lagi, dan yang...