Ketika Hana memutuskan untuk meninggalkan rumah, dia tidak hanya melepaskan ikatan keluarganya, tetapi juga seluruh pegangan moral yang pernah ia pegang. Malam itu, ketika berjalan tanpa tujuan, dia sudah tahu bahwa tidak ada jalan kembali. Kegelapan yang selama ini menyelimuti pikirannya, dikuasai oleh arwah pria cabul, semakin dalam menjeratnya.
Langkah pertama yang ia ambil menuju dunia gelap adalah ketika dia bertemu dengan Lina, seorang wanita yang sudah lama terjun ke dunia prostitusi. Lina tampak berpengalaman dan tidak memiliki rasa malu atau takut ketika berbicara tentang pekerjaannya. "Hidup ini kejam," katanya, "Dan jika kamu ingin bertahan, kamu harus tahu bagaimana menggunakan apa yang kamu miliki."
Hana hanya diam mendengarkan, mencoba memahami bagaimana Lina bisa begitu terbuka tentang pekerjaannya. Namun, di dalam hatinya, pria cabul yang menguasainya sudah tertawa puas. "Dia akan mengajarimu bagaimana caranya bertahan hidup di sini," suara itu berbisik.
Lina kemudian mengajak Hana ke sebuah bar kecil di sudut kota yang biasa digunakan sebagai tempat berkumpulnya para wanita penghibur dan pria yang mencari layanan mereka. Tempat itu kotor, penuh asap rokok dan bau alkohol yang menyengat. Hana merasa asing, tetapi tidak lama kemudian, ia merasa ada sesuatu yang membebaskan di sana. Tidak ada aturan, tidak ada yang peduli. Di tempat ini, Hana merasa untuk pertama kalinya dia bisa lepas dari semua tekanan yang selama ini menghimpitnya.
"Aku akan membantumu," kata Lina, dengan senyum penuh arti. "Kamu bisa mulai di sini. Para pelanggan di sini tidak terlalu pilih-pilih, dan kamu bisa mendapatkan uang cepat."
Malam pertama Hana bekerja sebagai pelacur adalah pengalaman yang menghancurkan, tetapi pria cabul yang menguasainya melihatnya sebagai kemenangan besar. Ketika seorang pria mendekatinya di bar dan menawarkan uang untuk "membeli" waktunya, Hana merasa dirinya seperti tersedot ke dalam lubang hitam. Dia hampir menolak, tetapi suara dalam dirinya mendesaknya untuk melangkah maju.
"Ambil uangnya. Kamu butuh ini. Hidupmu sudah hancur, jadi apa lagi yang bisa kamu lakukan?" suara itu menggema di kepalanya.
Hana mengikuti pria itu ke kamar kecil di belakang bar. Seluruh waktu, tubuhnya terasa mati rasa, pikirannya terpecah antara rasa jijik dan dorongan untuk bertahan hidup. Pria itu tidak peduli dengan perasaannya; yang dia inginkan hanyalah tubuh Hana, dan itu membuat pria cabul di dalam dirinya semakin puas.
Setelah semuanya selesai, Hana hanya duduk terdiam di sudut ruangan, menghitung uang yang dia dapatkan. Tangannya gemetar, tetapi pria cabul itu merasa bangga. "Lihat? Tidak seburuk itu, kan? Kamu hanya menggunakan apa yang kamu punya," dia membisikkan kata-kata itu dengan nada kemenangan.
Setiap malam setelah itu, Hana semakin tenggelam dalam pekerjaan itu. Awalnya, ia merasa tertekan, tubuh dan jiwanya seakan dipaksa menyerah pada sesuatu yang ia benci. Tapi seiring berjalannya waktu, ia mulai mati rasa. Setiap transaksi menjadikannya semakin terasing dari dirinya sendiri, tetapi pria cabul itu terus mengendalikan, menikmati kehancurannya.
Di bar tempat dia sering bekerja, Hana mulai dikenal karena kemampuannya menenggak minuman keras. Setiap kali dia duduk di meja, botol-botol bir atau vodka akan segera menyusulnya. Pengaruh alkohol memberikan ilusi kekuatan dan keberanian yang dia butuhkan untuk melupakan siapa dirinya sebenarnya. Setiap tegukan menghilangkan sedikit demi sedikit rasa bersalah yang masih tersisa.
Pria cabul di dalam dirinya merasa semakin berkuasa. "Itu bagus, Hana. Biarkan dirimu tenggelam. Kamu lebih kuat dari yang kamu kira. Nikmati hidupmu," katanya setiap kali Hana mengangkat gelas.
Namun, alkohol juga membuat Hana semakin kehilangan kendali. Setelah beberapa bulan, ia sudah tidak lagi peduli tentang apa yang ia lakukan dengan tubuhnya. Setiap malam berlalu dengan kabur; ia tidak ingat nama pria yang datang dan pergi dari hidupnya, hanya bahwa semuanya terasa seperti kabut yang tak berujung.
Setelah terjebak dalam siklus prostitusi dan alkohol, Hana mulai merasakan efek dari kehidupan yang keras ini. Tubuhnya mulai lelah, jiwanya semakin hancur. Tapi pria cabul dalam dirinya tidak membiarkan Hana berhenti. la terus mendorongnya lebih jauh ke dalam kegelapan, mencari jalan baru untuk mengontrol hidup Hana sepenuhnya.
Pada suatu malam, saat Hana berada di belakang bar setelah melayani beberapa pelanggan, seorang pria mendekatinya. Dia bukan pelanggan biasa-dia tampak licik, dengan tatapan yang dingin. Dia menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar uang.
"Kamu terlihat lelah, Hana. Kamu butuh ini," katanya, sambil menyodorkan sebuah paket kecil berisi serbuk putih. "Ini akan membuatmu merasa lebih baik, percayalah. Semua orang di sini melakukannya."
Hana memandang paket itu dengan ragu, tetapi pria cabul dalam dirinya langsung melompat ke kesempatan ini. "Cobalah. Kamu sudah melalui banyak hal. Ini akan membuatmu merasa lebih kuat, lebih hidup."
Dengan tangan gemetar, Hana mengambil paket itu. Malam itu, dia mencoba narkoba untuk pertama kalinya, dan efeknya langsung terasa. Semua rasa sakit, semua ketakutan, semua kecemasan yang telah menghantuinya hilang seketika. la merasa tak terkalahkan, seolah-olah dunia di sekelilingnya tiba-tiba menjadi lebih mudah untuk dihadapi.
Namun, efek itu tidak berlangsung lama. Setelah euforia awal itu hilang, Hana merasa lebih hancur dari sebelumnya. Tubuhnya mulai menuntut lebih, dan seiring waktu, narkoba menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupannya. la mulai membelanjakan lebih banyak uang untuk membeli zat terlarang itu, semakin terperosok dalam kecanduan.
Pria cabul yang mengendalikan Hana semakin kuat setiap kali ia menyentuh narkoba. la merasa mendekati puncak kendali penuh atas tubuh dan jiwa Hana. Setiap kali Hana merasa tak berdaya, pria itu tertawa puas. "Ini adalah hidup yang kamu pilih, Hana. Tidak ada jalan kembali. Nikmati kegelapan ini."
Kini, hidup Hana sepenuhnya berada di bawah kendali pria cabul dan kehancuran yang ia ciptakan. la tidak hanya menjual tubuhnya untuk uang, tetapi juga tenggelam dalam alkohol dan narkoba untuk melupakan rasa bersalah yang semakin menumpuk. Hari-hari Hana dipenuhi dengan kekosongan, dan setiap malam berlalu dalam lingkaran kebencian terhadap dirinya sendiri.
Namun, Hana sudah terlalu jauh untuk kembali. Semua harta bendanya hilang, tubuhnya semakin rusak, dan jiwanya terikat pada kegelapan yang tak berujung. Keluarga dan tunangannya sudah tidak bisa lagi menjangkaunya, dan dia dibiarkan sendirian, berjuang melawan dirinya sendiri di bawah kendali pria cabul yang semakin kuat.
Hana kini sepenuhnya terjebak dalam dunia gelap yang ia masuki. Prostitusi, alkohol, dan narkoba telah menjadi bagian dari hidupnya, dan setiap langkah yang diambilnya hanya membawa dia lebih jauh ke dalam kehancuran. Kendali pria cabul atas tubuh Hana semakin kuat, sementara kepribadian asli Hana semakin menghilang di balik bayang-bayang kegelapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Cabul
SpiritualBrengsek...! gara-gara mengejar wanita ini, aku jadi mengalami kecelakaan hingga dinyatakan tewas ditempat..! untung saja keberuntungan berada di pihak ku, entah kenapa aku masih diberikan kesempatan untuk bisa merasakan hidup sekali lagi, dan yang...