Bab 30. Kebangkitan terencana.

252 7 0
                                    

Semalam sebelum kejadian....

Malam terasa sunyi di kediaman Pak Ardi. Lampu-lampu ruangan temaram, memancarkan cahaya redup yang memantul di dinding kayu tua rumah tersebut. Di sebuah meja panjang, Hana, Raka, Pak Rahman, dan Pak Hardi sedang duduk serius membahas rencana mereka untuk menghadapi Vivi dan Anton.

"Jadi, semua ini dimulai dari ciuman itu, ya?" tanya Raka sambil mengusap dagunya yang kasar.

Hana mengangguk. "Iya, saat Anton merasuki Wina dan Clara, mereka berdua merasakan hal yang sama. Aksi ciuman itu bukan sekadar pelecehan, tapi ritualnya untuk berpindah tubuh."

Pak Hardi yang duduk di sudut ruangan menambahkan, "Ini penting. Jika Anton pindah melalui ciuman, berarti kita harus waspada terhadap siapa pun yang dia coba dekati."

Pak Rahman mengangguk setuju. "Kita harus memanfaatkannya. Jika kita bisa memancingnya ke dalam tubuh yang terjebak, kita bisa menangkapnya secara permanen."

Seketika ruangan itu hening, hanya terdengar suara angin yang berdesir di luar jendela. Mereka semua tahu bahwa rencana ini penuh dengan risiko, tapi ini adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri semua kekacauan yang diciptakan Anton. Setelah berdiskusi lebih lanjut tentang detail rencana penyerangan, mereka semua beristirahat dengan harapan bisa mengalahkan Anton keesokan harinya.

Kembali ke Masa Sekarang...

sudut bangunan tua yang terletak di pinggiran perkampungan, Anton yang kini mengendalikan tubuh Hana tampak semakin terpojok. Nafasnya memburu, dan keringat bercucuran di wajah Hana yang dipenuhi amarah Anton. Di depannya, Pak Rahman terus mengawasi dengan seksama, sementara Pak Hardi dan Raka bergegas mendekat setelah berhasil melumpuhkan sisa bawahan Anton.

"Anton, ini sudah berakhir!" teriak Pak Rahman sambil terus mendekat perlahan.

Anton tersenyum tipis, matanya liar mencari jalan keluar. Dia tahu tidak ada banyak waktu lagi sebelum dia tertangkap. Ketika matanya menangkap sebatang besi yang tergeletak di dekat tembok, dia segera mengambilnya. Dengan cepat, Anton menodongkan besi tersebut ke leher Hana, mengancam akan melukai tubuh yang ia huni.

"Jangan mendekat atau aku bunuh dia!" ancam Anton, suaranya menggema di antara reruntuhan bangunan tua itu. Pak Hardi dan Raka langsung berhenti.

Raka yang panik melihat ancaman itu berusaha maju, "Anton, hentikan! Jangan sakiti dia!"

Namun, Pak Rahman segera menahannya. "Raka, tenang. Jangan gegabah. Kita harus tetap fokus."

Anton tertawa sinis. "Kalian tidak punya pilihan! Lepaskan aku, atau kalian akan kehilangan Hana!"

Pak Hardi yang berdiri di samping Pak Rahman meraih sebuah batu kecil di tanah. Dengan kecepatan yang mengejutkan untuk pria seusianya, dia melemparkan batu itu tepat ke pergelangan tangan Anton. Besi yang dipegang Anton terlepas dan jatuh ke tanah dengan bunyi denting keras. Dalam sekejap, Raka melompat maju dan meringkus Hana, mengikat tangannya ke belakang.

Anton berteriak marah, "Dasar brengsek! Aku akan menghancurkan kalian semua!"

Raka menahan tubuh Hana yang berusaha memberontak dengan kekuatan yang luar biasa. Mereka segera memasukkan Hana ke dalam mobil untuk membawanya pulang ke rumah keluarga Hana, tempat ritual pengusiran roh Anton akan dilakukan.

Di Rumah Keluarga Hana

Sesampainya di rumah, suasana di sana tegang. Keluarga Hana, termasuk Ibu Santi dan Ayahnya, sudah menunggu dengan cemas. Mereka tahu bahwa malam ini akan menjadi malam yang panjang dan penuh tantangan. Di salah satu kamar yang sudah dipersiapkan, Pak Rahman dan Pak Hardi menata perlengkapan untuk ritual pengusiran. Lilin-lilin diletakkan di sekeliling ruangan, dan aroma dupa menyelimuti udara. Suasana mistis memenuhi kamar itu.

Pria Cabul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang