Bab 19. Sosok yang lebih mengerikan.

166 8 1
                                    

Di gedung perusahaan Lim, suasana di ruang meeting sangat formal. Vivi, dengan tubuh yang kini dikuasai Anton, duduk di salah satu kursi mewah, terlihat bosan dan tidak tertarik dengan pembicaraan yang berlangsung. Di hadapannya duduk seorang pria gemuk bernama Roy, yang tampak bersemangat membahas kerjasama besar yang selama ini tertunda. Sementara Anton, yang kini sepenuhnya berada dalam tubuh Vivi, hanya memasang ekspresi malas, meskipun Roy berbicara dengan penuh semangat tentang peluang besar di depan mereka.

Setelah diskusi yang tampaknya hanya sepihak, Roy tiba-tiba mendekat dengan senyum menyeringai, mencoba untuk lebih intim. "Kalau kita bisa bekerja sama, kita berdua akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar," bisiknya dengan suara rendah dan penuh maksud. "Dan, mungkin... kita bisa lebih dekat lagi?"

Anton yang mendengar hal itu terkejut, namun segera menyadari bahwa ini adalah kesempatan sempurna. "Vivi" tersenyum licik, merespon dengan lirikan menggoda. "Tentu, Pak Roy... mungkin ada beberapa kesepakatan pribadi yang bisa kita buat juga," jawabnya dengan nada yang membuat Roy tersenyum lebar, tak menyangka perubahan sikap Vivi yang sebelumnya dingin dan menjaga jarak.

Di luar ruangan meeting, Yusuf, bodyguard yang setia, tetap berjaga tanpa menyadari apa yang terjadi di dalam. Anton, melalui tubuh Vivi, sudah mulai merencanakan langkah berikutnya untuk memanfaatkan Roy dalam rencananya yang lebih besar, memanfaatkan posisi dan koneksi pria itu untuk mencapai tujuannya.

Sementara itu, Raka yang terus memantau aktivitas Vivi dari kejauhan, mulai menyusun rencana untuk mendekatinya. Setelah beberapa jam pengintaian, dia menyadari bahwa langsung menyerang akan sia-sia, terutama dengan keberadaan Yusuf yang selalu ada di dekat Vivi. Tapi Raka tidak akan menyerah. Tujuannya jelas: melenyapkan jiwa Anton yang kini bersembunyi di tubuh gadis kaya itu.

Raka akhirnya menemukan celah ketika melihat bahwa ada pengiriman makanan rutin ke gedung perusahaan. Dia merancang rencana penyamaran sebagai kurir makanan, berharap bisa masuk ke dalam gedung dan menemui Vivi tanpa dicurigai. Raka tahu ini adalah kesempatan terbaiknya, meskipun dia menyadari risiko besar yang mengintainya.

Setibanya di kantor, dengan seragam kurir dan membawa makanan, Raka berhasil masuk tanpa banyak kecurigaan. Yusuf, yang melihat kurir itu masuk, hanya sekilas memperhatikan sebelum kembali fokus pada tugasnya. Saat Raka tiba di lantai ruang kerja Vivi, dia berhenti sejenak, berusaha menenangkan diri. Misinya jelas: temukan Anton, dan hancurkan dia sebelum lebih banyak nyawa tak bersalah terancam.

Di dalam ruang kerjanya, Anton yang sedang menyeringai senang karena berhasil memanipulasi Roy, tidak menyadari bahwa seseorang sedang mendekatinya.

Raka dengan tenang melangkah memasuki gedung perusahaan Lim, menyamar sebagai kurir pengantar makan siang. Dengan seragam dan kotak makanan di tangannya, dia terlihat seperti kurir biasa. Tak ada kecurigaan dari petugas keamanan maupun Yusuf, bodyguard Vivi yang setia. Setelah berhasil naik ke lantai ruang kerja Vivi, Raka mengetuk pintu dengan ringan.

Di dalam ruangan, Anton yang kini menghuni tubuh Vivi sedang berbincang dengan Roy, pria gemuk yang tadi ditemuinya. Roy terlihat puas dengan kesepakatan yang baru saja mereka buat, senyum licik tergambar jelas di wajahnya. Anton, meski merasa jijik dengan pria itu, tetap bermain peran, mencoba memanfaatkan Roy untuk rencananya yang lebih besar.

Ketika pintu terbuka, Raka yang menyamar sebagai kurir masuk membawa paket makan siang. "Permisi, pesanannya sudah sampai," ucap Raka dengan suara datar, berusaha menyembunyikan emosinya. Anton, dengan wajah Vivi yang tenang, hanya mengangguk sambil mengarahkan Raka ke meja.

Raka meletakkan paket makan itu di meja, memperhatikan situasi sejenak. Matanya sempat bertatapan langsung dengan Vivi, namun dia tetap berusaha tenang. Setelah mengantar makanannya, Raka segera pergi tanpa banyak bicara, menyembunyikan rasa puasnya. Dia tahu bahwa paket makan siang itu telah dicampuri ramuan khusus yang akan membuka celah bagi rencana Pak Rahman malam ini.

Tak lama setelah itu, Roy pamit, meninggalkan ruangan dengan senyum kemenangan. Anton, yang merasa lelah dengan semua sandiwara ini, akhirnya duduk dan memandangi paket makan siangnya. Perutnya mulai terasa lapar, dan tanpa berpikir panjang, dia membuka kotak makanan itu dan mulai menyantapnya. Rasa puas mulai memenuhi pikirannya—ia merasa di atas angin, mengendalikan kehidupan yang sebelumnya tak pernah bisa ia impikan. Namun, tanpa dia sadari, racikan ramuan yang dikirimkan Raka bersama makan siang itu mulai bekerja dalam tubuhnya.

Di tempat lain, Raka segera menghubungi Pak Rahman. "Pak, target sudah memakan umpan," ucapnya singkat namun tegas.

Malamnya, Pak Rahman, sang ahli supranatural, mulai mempersiapkan ritual pengusiran roh dari jarak jauh. Ruangan di rumahnya gelap, hanya diterangi oleh cahaya lilin yang berkedip-kedip. Di hadapannya, terdapat ramuan-ramuan mistis yang telah dipersiapkan. Pak Rahman menutup matanya, memusatkan seluruh kekuatannya pada ritual yang akan menyentuh langsung entitas yang saat ini merasuki tubuh Vivi.

Melalui perantara ramuan yang tanpa sadar telah dikonsumsi oleh Vivi, Pak Rahman mencoba terhubung dengan jiwa Anton. Di dalam dunia gaib, pertempuran mulai terjadi. Anton, yang awalnya merasa aman dalam tubuh barunya, tiba-tiba merasakan kegelisahan yang hebat. Tubuh Vivi menggigil, keringat dingin mulai bercucuran. Anton yang biasanya penuh kendali, kini merasa sesuatu sedang mengganggunya.

Namun, hal yang tak diduga muncul. Saat Pak Rahman hampir berhasil mengusir jiwa Anton dari tubuh Vivi, muncul sebuah kekuatan yang jauh lebih mengerikan dari balik kegelapan. Entitas ini tidak terlihat, namun kehadirannya begitu kuat, melindungi jiwa Anton dari usaha pengusiran tersebut. Kekuatan itu menyerang balik Pak Rahman, membuatnya terdorong mundur dalam dimensi gaib.

Pak Rahman mencoba berkonsentrasi lebih keras, memanggil seluruh kekuatan spiritualnya untuk melawan entitas tersebut. Namun, setiap kali dia mendekat, entitas itu menyerang dengan kekuatan yang lebih besar. Pak Rahman tersentak, merasa energi tubuhnya semakin terkuras. Usahanya untuk mengusir Anton selalu gagal, terhalang oleh sosok misterius yang berada di balik semua ini.

Akhirnya, dengan tubuh yang lelah dan jiwa yang hampir terkuras habis, Pak Rahman terpaksa mundur. "Ini... lebih dari yang kita duga," ucapnya dengan napas terengah-engah. "Anton... hanyalah boneka. Ada kekuatan lain yang jauh lebih besar melindunginya."

Pak Rahman tahu bahwa pertarungan ini belum selesai. Entitas yang melindungi Anton bukanlah sembarang makhluk. Pertarungan baru saja dimulai, dan kekuatan yang mereka hadapi lebih berbahaya dari yang pernah mereka bayangkan.

Pria Cabul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang