Raka mulai menyadari ada yang aneh dengan Hana. Wanita yang biasanya lembut dan penuh perhatian tiba-tiba berubah menjadi dingin dan kasar. Telepon dan pesan-pesannya tidak dijawab seperti biasa, dan ketika mereka bertemu, Hana tampak tidak seperti dirinya. Tatapannya kosong namun penuh seringai licik yang tak pernah dilihat Raka sebelumnya.
Malam itu, Raka memutuskan untuk mengunjungi Hana di rumahnya, dengan harapan bisa membicarakan perubahan sikap tunangannya.
“Sayang, aku datang. Kita harus bicara,” panggil Raka sambil mengetuk pintu.
Pintu terbuka, dan di sana berdiri Hana, mengenakan pakaian yang sama sekali berbeda dari biasanya. Gaun yang ia kenakan terlalu berani, dengan riasan tebal dan bibir merah menyala. Mata Hana memandangnya tanpa cinta, hanya tatapan sinis.
“Ada apa, Raka? Kenapa kamu terlihat khawatir seperti itu?” tanya Hana dengan nada malas, seolah-olah dia tidak lagi peduli.
Raka merasakan sesuatu yang salah, sangat salah. “Hana, kamu baik-baik saja? Kamu terlihat… berbeda. Apa yang terjadi?”
Hana tertawa kecil, tawa yang dingin. “Berbeda? Mungkin aku hanya bosan menjadi gadis baik yang selalu kamu inginkan. Aku butuh perubahan, Raka. Mungkin kamu tidak menyadarinya, tapi aku bukan Hana yang dulu lagi.”
Raka merasa semakin bingung. “Apa maksudmu? Kita akan menikah minggu depan. Ini sudah kita rencanakan lama, Hana. Ada apa denganmu? Apa ada sesuatu yang tidak kamu ceritakan padaku?”
Hana menyeringai lagi, seringai yang membuat Raka merasa tak nyaman. “Pernikahan? Mungkin aku tidak ingin menikah lagi, Raka. Aku sudah berubah. Aku bukan gadis yang siap menjadi istri penurut yang kau inginkan. Aku ingin lebih dari itu. Aku ingin kebebasan.”
Raka terkejut dengan kata-kata Hana yang tajam. “Tapi, Hana... kita sudah bertunangan. Kita saling mencintai, ingat? Apa ini semua tentang kebebasan? Apa kamu tidak lagi mencintaiku?”
Hana mendekatkan wajahnya ke Raka, matanya memandang dalam-dalam ke arah tunangannya. “Cinta? Cinta itu lemah, Raka. Aku ingin sesuatu yang lebih... kuat. Mungkin aku tidak butuh kamu lagi. Mungkin pernikahan ini... tidak akan pernah terjadi.”
Raka mundur selangkah, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Apa maksudmu, Hana? Apa kamu ingin membatalkan pernikahan kita?”
Hana tersenyum dingin, lalu mengangguk pelan. “Ya, Raka. Aku tidak ingin menikah. Aku tidak ingin menjadi bagian dari kehidupan yang kamu bayangkan untukku. Jadi, aku membatalkannya. Pertunangan kita berakhir.”
Raka merasa dadanya sesak, seperti ada yang menghantam hatinya keras-keras. Seluruh dunia seolah runtuh di hadapannya. “Kamu tidak serius, kan? Ini bukan Hana yang kukenal. Kamu tidak seperti ini. Apa ada yang salah? Tolong, Hana, bicaralah padaku.”
Namun, Hana mengalihkan pandangannya, terlihat tidak peduli dengan rasa sakit yang jelas terlihat di wajah Raka. “Kamu tidak paham, Raka. Aku sudah berubah. Aku bukan Hana yang kamu cintai. Semakin cepat kamu menerimanya, semakin cepat kita bisa melanjutkan hidup masing-masing.”
Raka berdiri dalam keheningan, matanya memandang Hana dengan kebingungan dan kekecewaan yang dalam. Dia mencoba berbicara, tetapi lidahnya terasa kelu. Akhirnya, dia hanya bisa menggelengkan kepala sebelum pergi dari rumah Hana, meninggalkan wanita yang pernah dicintainya dengan penuh harapan.
Di dalam dirinya, pria cabul yang kini menguasai tubuh Hana tertawa puas. “Lihat betapa mudahnya. Sekarang, Hana sepenuhnya milikku,” pikirnya. Mengusir Raka dari hidup Hana adalah langkah pertama untuk menghancurkan kehidupan wanita itu.
Dengan pernikahan yang batal dan tunangan yang hancur, rencana selanjutnya sudah menunggu. Pria cabul itu tidak hanya ingin menghancurkan pernikahan Hana, tetapi juga mengubah dirinya secara total. Dia bertekad untuk menggantikan setiap elemen kehidupan Hana dengan sesuatu yang mencerminkan dirinya—menciptakan sosok baru yang tidak pernah dikenal oleh dunia.
Setelah memastikan Raka tidak akan kembali, pria itu mulai merombak seluruh aspek hidup Hana. Dia membuang pakaian lama Hana dan menggantinya dengan yang lebih sesuai dengan seleranya. Gaun-gaun yang dulunya lembut dan sederhana kini tergantikan oleh busana yang penuh godaan, memperlihatkan sisi sensual yang bukan Hana.
Dia membuka laci-laci kamar, membuang kosmetik Hana yang dianggap terlalu ‘polos’ dan menggantinya dengan warna-warna mencolok yang lebih agresif. “Hidupmu yang lama sudah berakhir, Hana. Sekarang, kamu adalah milikku, sepenuhnya.”
Hana, yang masih terjebak dalam alam bawah sadarnya, hanya bisa merasakan ketakutan dan keputusasaan. Dia berusaha melawan, tetapi tubuhnya tidak merespon keinginannya. Hanya tawa mesum dan perintah-perintah jahat yang memenuhi pikirannya.
Dengan pertunangan yang dibatalkan, Raka merasa hancur dan kebingungan, sementara pria cabul semakin kuat dalam kendalinya atas tubuh Hana. Perubahan besar dalam hidup Hana baru saja dimulai, dan arwah jahat itu belum selesai dengan rencananya untuk menghancurkan semua yang tersisa dari kehidupan Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Cabul
EspiritualBrengsek...! gara-gara mengejar wanita ini, aku jadi mengalami kecelakaan hingga dinyatakan tewas ditempat..! untung saja keberuntungan berada di pihak ku, entah kenapa aku masih diberikan kesempatan untuk bisa merasakan hidup sekali lagi, dan yang...