Bab 14. Identitas pria cabul

277 6 0
                                    

Clara, atau lebih tepatnya jiwa pria cabul yang bersemayam dalam tubuh gadis polos ini, melangkah dengan santai di tengah hiruk-pikuk kota. Pagi sudah beranjak siang, dan matahari menerpa jalan-jalan yang dipenuhi orang. Tempat ini adalah pusat perbelanjaan di kota, penuh dengan kios-kios kecil dan kerumunan orang yang bergerak cepat, berbelanja, atau sekadar menikmati suasana.

Dengan tubuh mungil dan wajah yang lugu, Clara melangkah masuk ke pasar itu. Wajahnya, yang masih menunjukkan kepolosan seorang gadis muda, tampak tidak mencurigakan bagi siapa pun. Tapi di balik senyum tipisnya, terselip kelicikan seorang pria cabul yang sekarang sepenuhnya mengendalikan Clara.

"Sempurna," gumam pria cabul dalam tubuh Clara. "Tempat ini penuh dengan orang-orang bodoh yang bisa dimanfaatkan."

Clara mulai mendekati kios-kios kecil yang menjual barang-barang mahal seperti perhiasan dan aksesoris. Dia memilih sasarannya dengan cermat-penjaga toko yang kurang waspada, pelanggan yang sibuk dengan barang-barang belanjaan mereka, dan dompet yang tergantung sembarangan. Dengan cepat dan tanpa ada yang menyadari, Clara mencuri beberapa dompet dan perhiasan. Setiap gerakannya cepat dan tepat, seperti tangan seorang profesional yang sudah terbiasa melakukan aksi licik ini.

"Pak, maaf ya tadi saya nggak sengaja nyenggol barang di meja," Clara berkata dengan nada memelas sambil menunjuk rak yang seolah dia tabrak. Si penjaga kios, seorang pria tua bernama Pak Darto, hanya tersenyum lembut. "Oh, nggak apa-apa, Dek. Hati-hati ya lain kali."

Sementara itu, tangan Clara dengan cepat mengambil beberapa cincin emas dari meja tanpa disadari. Begitu selesai, Clara pergi dengan langkah ringan, seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Di sudut lain, tanpa Clara sadari, ada sepasang remaja yang sedang berfoto dengan ponselnya, tanpa disengaja mengambil gambar Clara yang sedang melancarkan aksinya, mencuri di sebuah toko perhiasan.

Beberapa jam kemudian, Clara sudah berhasil menipu dan mencuri dari beberapa korban. Uang tunai dan perhiasan yang berhasil dikumpulkannya cukup untuk memasuki hotel mewah di pusat kota. Hotel "Grand Lux" berdiri megah, dengan desain arsitektur modern dan dikelilingi oleh taman-taman yang terawat indah. Clara berjalan mendekat, menyadari bahwa ini adalah tempat yang sempurna untuk melanjutkan rencananya.

"Selamat sore, Nona. Ada yang bisa kami bantu?" tanya resepsionis hotel dengan senyum ramah, walaupun yang dihadapannya gadis muda usia belasan tahun. Clara tersenyum lembut. "Aku butuh kamar untuk semalam, yang paling nyaman," jawabnya dengan nada manis, membuat pria di meja resepsionis terpesona. Setelah menyelesaikan pembayaran dengan uang hasil curiannya, Clara diantar menuju kamar di lantai paling atas, dengan pemandangan kota yang menakjubkan.

Saat sudah berada di dalam kamar, pria cabul yang mengendalikan tubuh Clara mulai merenung. "Tubuh gadis kecil ini memang mudah digunakan untuk menipu dan mencuri, tapi tidak cukup kuat untuk apa yang ingin aku lakukan." Dia menatap ke cermin besar di dinding kamar hotel. "Aku butuh tubuh yang lebih kuat, lebih dewasa."

Di sebuah restoran eksklusif dalam hotel tersebut, Clara, yang tubuhnya masih dikuasai oleh jiwa pria cabul, duduk sendirian di meja yang menghadap jendela besar dengan pemandangan gemerlap kota.

Jiwa pria cabul yang kini dalam tubuh Clara, sedang merencanakan langkah selanjutnya. Saat dia sedang memperhatikan sekitar dengan mata Clara, seorang wanita muda keturunan Tionghoa yang tampak kaya dan anggun melintas di depan meja Clara. Wanita itu mengenakan gaun mahal berwarna hitam, kulitnya putih bersih, rambut hitamnya disanggul rapi, dan ia membawa tas desainer yang berkilau dengan logo me

 Wanita itu mengenakan gaun mahal berwarna hitam, kulitnya putih bersih, rambut hitamnya disanggul rapi, dan ia membawa tas desainer yang berkilau dengan logo me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pria Cabul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang