Bab 26. Jejak Kelam Anton Sukarya

108 7 0
                                    

Vivi menghembuskan asap rokok tebal, matanya menerawang ke arah lampu-lampu kasino yang berkelap-kelip. Anton Kini sudah begitu nyaman dalam wujud Vivi. Dulu, Vivi Lim, gadis Tionghoa yang anggun dan lembut. Kini, ia adalah sosok yang jauh berbeda: liar, pemberontak, dan penuh tato.

Seulas senyum merekah di bibirnya yang merah merona. Dulu, ia tak pernah berani menatap seorang pun dengan tatapan menantang seperti ini. Namun sekarang, ia merasa berkuasa. Tubuh Vivi ini bagaikan kanvas kosong yang telah ia lukis dengan warna-warna gelap.
Ingatan tentang masa lalunya sebagai Anton Sukarya kembali menghantuinya. Semua kemewahan, kekuasaan, dan wanita-wanita yang pernah ia miliki. Namun, kecelakaan itu telah merenggut semuanya.

Kini, ia Telah terjebak dalam siklus kehidupan di tubuh wanita berkat Kemampuan berpindah tubuh saat melakukan ciuman dengan lawan mainnya.

"Hei, cantik! Mau minum bareng?" sapa seorang pria bertato dengan suara berat, menghampiri Vivi.
Vivi tertawa kecil, "Lo kira gue cewek murahan?" tanyanya dengan nada menantang.
Pria itu terdiam sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Gue suka cewek yang berani kayak lo," ujarnya sambil mengedipkan sebelah mata.

Vivi hanya diam, pikirannya melayang jauh. Ia merindukan sensasi saat menggoda wanita, saat melihat mereka bergetar ketakutan di bawah ancamannya. Namun, dalam tubuh Vivi, rasanya berbeda. Ia tak lagi merasa superior, justru merasa seperti sedang memainkan peran.

"Kenapa bengong?" tanya pria itu, sedikit heran.

Vivi tersadar dari lamunannya. "Nggak penting," jawabnya singkat, lalu bangkit dan berjalan menjauh.
Ia menuju ke bar, memesan segelas wiski. Sambil meneguk minumannya, Vivi kembali merenung.

Flashback....

Malam itu di pinggir kota, awan kelabu menggantung berat di langit, menambah aura suram yang membalut tempat di mana arwah Anton Sukarya berkeliaran. Suara samar dari kendaraan lalu-lalang terdengar jauh di kejauhan, tapi di sini, di antara gang-gang sempit yang dipenuhi bayangan, Anton merasa seperti raja tanpa takhta. Dia mengingat masa-masa kejayaannya sebelum semuanya berubah.

---

Anton Sukarya, ketika masih hidup, adalah sosok yang ditakuti. Bukan hanya di kalangan dunia gelap, tapi juga oleh masyarakat yang hanya mendengar namanya. Di sudut-sudut kota, orang berbisik tentangnya, berusaha menghindari konfrontasi dengan ketua mafia yang kejam ini. Badannya besar dan kekar, otot-ototnya berlekuk di bawah kulit yang dipenuhi tato. Tato di lengannya menggambarkan perjalanan kekuasaan dan kejayaannya di dunia kejahatan. Tindik di wajahnya hanya menambah kesan brutal, sementara rambut pendeknya yang acak-acakan membuatnya terlihat liar dan tak terkendali.

Di sebuah bar yang gelap dan pengap, Anton duduk di sudut ruangan dengan sebotol minuman keras di tangannya. Beberapa anggota kelompoknya berdiri berjaga di sekelilingnya, memberikan kesan bahwa siapa pun yang mencoba mendekat tanpa izin akan berakhir dengan kepala pecah.

"Bos, rencana untuk pengiriman barang minggu depan sudah siap. Kita hanya perlu lampu hijau dari Anda," salah satu anak buahnya, Rudi, melapor sambil merunduk rendah.

Anton meneguk minumannya dengan santai, menatap Rudi dengan tatapan tajam yang membuat siapapun gemetar. "Kirim barang seperti biasa. Gw nggak mau ada kesalahan, Rudi. Lo tau apa yang terjadi sama orang yang berani mengacaukan urusan ini, kan?"

Rudi mengangguk cepat, berkeringat dingin. "Tentu, Bos. Ngga akan ada kesalahan."

Anton tersenyum miring, memperlihatkan giginya yang besar. "Bagus. Sekarang pergi, gw mau menikmati malam ini."

Setelah Rudi dan anak buahnya pergi, Anton berdiri, menggeliatkan otot-ototnya. Malam itu terasa berbeda. Ada keinginan dalam dirinya yang tidak bisa dipuaskan hanya dengan bisnis atau kekerasan. Seperti biasa, ketika rasa lapar itu muncul, Anton tahu ke mana harus pergi.

Anton suka menghabiskan waktu luangnya mengejar wanita. Baginya, wanita hanyalah permainan yang menyenangkan, bukan untuk dicintai, tapi untuk dimiliki dan dihancurkan.

Malam itu, dia berjalan ke taman kota, tempat biasanya dia mencari mangsa. Di bawah cahaya remang-remang lampu taman, Anton melihat seorang gadis berjalan sendirian. Wajahnya cantik, rambut hitamnya panjang terurai, dan tubuhnya anggun. Gadis itu berjalan dengan santai, tampak tak menyadari bahwa seorang predator mengincarnya dari kejauhan.

"Ini malam yang bagus," gumam Anton sambil menyeringai. Dia mulai melangkah mendekati gadis itu, tubuh kekarnya bergerak dengan mantap.

Gadis itu tampak sadar bahwa seseorang sedang mendekat. Dia mempercepat langkahnya, tetapi Anton tetap mengejarnya. "Hei, Cantik, mau kemana? Mau di temani?" suaranya terdengar seperti racun yang menetes, licin dan berbahaya.

Gadis itu menoleh sekilas, ketakutan melintas di matanya. "Maaf, saya sedang terburu-buru," jawabnya sambil mempercepat langkahnya. tetapi Anton tak peduli. Bagi Anton, penolakan hanya menambah kesenangan dalam pengejaran.

"Ayo, jangan takut. Gw cuma mau ngobrol." seru Anton, suaranya menjadi lebih tegas.

Namun, gadis itu semakin mempercepat langkahnya. Melihat hal itu, Anton mulai berlari, mengejar gadis tersebut melewati gang-gang kecil yang sepi. Kakinya yang besar menghentak aspal dengan kekuatan yang menggetarkan tanah, tetapi gadis itu ternyata lebih cepat dari yang dia kira. Dia melompati pagar kecil, berlari di antara pepohonan, membuat Anton semakin frustrasi.

"Berhenti! Jangan membuatku marah!" Anton berteriak, tapi gadis itu tetap tak peduli.

Saat gadis itu mencapai tepi jalan, semuanya terjadi dalam sekejap. Ketika Anton berusaha mengejar, dia tak melihat mobil yang melaju kencang dari arah kiri. Dalam sekejap, mobil itu menghantam tubuh besarnya dengan keras, melemparkannya ke udara sebelum jatuh terkapar di aspal. Darah Anton membanjiri jalan, matanya terbuka lebar, tapi hidupnya sudah berakhir. Tubuhnya tak lagi bergerak, tertinggal dalam kesunyian malam.

Anton tiba-tiba terbangun. Dia berdiri di tengah kegelapan tanpa batas, kesadarannya masih ada, tapi tubuhnya tak lagi terasa. "Apa ini?" dia bergumam. Dia tahu dia telah mati, tapi entah bagaimana, jiwanya masih tersangkut di antara dunia.

"Gadis itu... semua gara-gara dia!" teriak Anton marah. Dendam membara di dalam dirinya.

Di tengah kegelapan, tiba-tiba muncul asap tebal yang menyelimuti arwah Anton. Asap itu menggulung, mengelilingi dirinya seperti jaring-jaring gaib. Dari dalam asap, suara berbisik terdengar, seakan menawarkan kekuatan dan kebebasan.

"Kau tidak harus berakhir di sini, Anton," bisik suara itu. "Kau bisa kembali... tapi dengan cara yang berbeda."

Anton, yang dipenuhi kebencian dan dendam, tak berpikir panjang. Dia menerima tawaran itu. Asap semakin tebal, menyelimuti arwahnya, dan perlahan-lahan, Anton merasakan sesuatu yang aneh. Dia melayang-layang, tubuhnya seperti bayangan yang bisa bergerak di mana saja.

Ketika dia keluar dari kegelapan itu, Anton mendapati dirinya melayang di atas kota yang pernah menjadi wilayah kekuasaannya. Malam masih berlangsung, lampu-lampu jalan berpendar, dan suara kota masih terdengar dari kejauhan. Namun, sekarang Anton bukan lagi bagian dari dunia itu. Dia hanya bayangan, roh yang tak terikat pada tubuh.

Saat dia melayang tanpa arah, tiba-tiba dia melihat sosok yang dikenalnya. Di sebuah apartemen kecil di pinggir kota, seorang gadis keluar dari pintu, wajahnya masih segar dalam ingatan Anton. Gadis yang menyebabkan kematiannya. Gadis yang membuatnya terjebak dalam keadaan ini.

"Jadi, Lo tinggal di sini," gumam Anton, suaranya penuh kebencian. "Baiklah. Lo udah buat Gue mati, sekarang Guee mau memastikan Lo nggak akan hidup bahagia lagi."

Dengan itu, Anton mulai merancang rencananya. Dia akan menghancurkan hidup gadis itu, dan dia akan melakukannya dengan cara yang paling kejam. Merusak masa depannya dan memasuki dunia gelap dengan tubuhnya, Anton tahu satu hal-dia tak akan pernah berhenti sampai dendamnya terbalas.

Flashback berakhir...

Gadis itu bernama Hana, yang sekarang sedang bersama Raka, pak Rahman dan Yusuf, mengendarai mobil sedang menuju suatu tempat dan ingin menjalankan rencana mereka untuk mengusir dan membinasakan Anton dari tubuh Vivi.

Pria Cabul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang