Keesokan harinya, setelah mendengar pengakuan dari Hana tentang semua yang terjadi, Raka tidak bisa tinggal diam. la segera berkumpul dengan keluarga besar Hana di rumah rehabilitasi, membawa berita yang mengguncang dan sulit dipercaya oleh siapa pun.
Di ruang keluarga yang luas, Pak Gunawan, Bu Santi, serta paman dan bibi Hana duduk dalam keheningan. Raka, yang berdiri di tengah, memandang mereka dengan wajah serius. la baru saja menceritakan kejadian aneh yang melibatkan Hana dan Wina, serta dugaan adanya campur tangan kekuatan jahat yang tak terlihat.
"Apa yang kamu katakan, Raka?" tanya Pak Gunawan, ayah Hana, dengan nada berat. "Apakah kamu benar-benar yakin ini bukan hanya... trauma Hana saja? Mungkin dia masih terguncang dan butuh waktu."
Raka menggeleng tegas. "Tidak, Pak. Saya yakin ada sesuatu yang tidak wajar. Hana menceritakan semuanya. Tentang pria cabul yang meninggal setelah mengejarnya dan... dan bagaimana jiwanya masih mengendalikan Hana. Dan sekarang, dia menguasai Wina."
Bu Santi yang duduk di sebelah suaminya tampak bingung, matanya berkaca-kaca mendengar cerita itu. "Tapi... ini terdengar mustahil... bagaimana mungkin jiwa orang mati bisa..."
Sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, paman Hana, Pak Andi, yang sejak tadi diam, tiba-tiba angkat bicara. "Sepertinya kita sedang menghadapi sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan logika biasa," ucapnya dengan tenang namun penuh keyakinan. "Saya pernah mendengar tentang kejadian-kejadian seperti ini, tentang arwah gentayangan yang merasuki tubuh orang lain. Mungkin... mungkin kita perlu bantuan dari orang yang lebih paham."
Semua mata tertuju pada Pak Andi, yang merupakan paman tertua di keluarga Hana. Pria itu dikenal memiliki banyak pengalaman hidup, dan sering kali menjadi tempat keluarga besar meminta nasihat.
"Apa maksud Paman?" tanya Raka.
Pak Andi menghela napas, pandangannya jauh seperti tengah mengingat sesuatu dari masa lalunya. "Aku kenal seseorang... seorang ahli spiritual yang mungkin bisa membantu kita. Dia bisa melihat dan berinteraksi dengan dunia gaib. Jika memang benar ada roh jahat yang sedang bersemayam di tubuh Wina, orang ini pasti bisa menemukannya."
Pak Gunawan dan Bu Santi saling berpandangan dengan ekspresi khawatir. Ini adalah situasi yang tak pernah mereka bayangkan akan terjadi pada anak mereka.
"Siapa orang itu, Pak Andi?" tanya Bu Santi.
"Namanya Pak Rahman," jawab Pak Andi. "Dia tinggal di pinggiran kota. Aku akan menghubunginya secepat mungkin. Jika memang ada arwah yang sedang membuat kekacauan ini, dia bisa membantunya pergi."
Tanpa banyak keraguan, keluarga Hana setuju untuk memanggil Pak Rahman. Mereka tahu, ini bukan lagi soal kesehatan mental Hana semata, tetapi ada kekuatan jahat yang harus segera diatasi.
Tak butuh waktu lama, Pak Rahman, seorang pria tua yang tampak bijaksana dengan pakaian serba putih, tiba di rumah rehabilitasi Hana. la disambut oleh keluarga besar yang menaruh harapan besar padanya.
Pak Rahman duduk dengan tenang di ruang tamu bersama Raka, Pak Gunawan, dan Pak Andi. Mereka mulai menjelaskan kejadian-kejadian aneh yang terjadi pada Hana.
"Saya mengerti," kata Pak Rahman sambil mengusap janggut putihnya yang panjang. "Dari cerita kalian, saya bisa merasakan ada campur tangan energi negatif. Sepertinya ada roh yang tidak tenang. Saya akan mencoba melihat lebih dalam siapa dia dan apa yang diinginkannya."
Pak Rahman mulai melakukan meditasi. Matanya terpejam, dan suasana di ruangan itu menjadi hening. Semua menunggu dengan penuh harap. Setelah beberapa saat, Pak Rahman membuka matanya, dan raut wajahnya tampak serius.
"Roh ini adalah pria yang memiliki hasrat buruk semasa hidupnya," katanya pelan, tetapi tegas. "Dia meninggal secara tidak wajar, dengan banyak hasrat kotor yang belum terselesaikan. Itu sebabnya dia tidak bisa tenang dan memilih untuk mengendalikan tubuh orang lain demi melampiaskan keinginannya yang belum tercapai."
Pak Andi mengangguk, sementara Pak Gunawan dan Bu Santi semakin khawatir. "Apa yang bisa kita lakukan, Pak Rahman?" tanya Bu Santi cemas.
"Kita harus tahu lebih banyak tentang pria ini. Siapa dia saat masih hidup, dan apa yang membuatnya begitu penuh dendam dan keinginan cabul. Tanpa mengetahui latar belakangnya, akan sulit untuk melepaskan cengkeramannya dari tubuh Wina."
Raka kemudian teringat sesuatu. "Pria itu... Hana bilang dia adalah pria yang mengejarnya di gang sebelum meninggal. Dia tewas tertabrak mobil."
Pak Rahman menatap Raka dengan penuh perhatian. "Apakah ada informasi lain tentangnya? Namanya, pekerjaannya, atau di mana dia tinggal?"
Raka menggeleng. "Hana tidak tahu banyak. Tapi mungkin kita bisa mencari tahu melalui catatan kepolisian atau berita tentang kecelakaan itu."
Pak Andi mengangguk setuju. "Aku akan coba menggunakan koneksi di kepolisian untuk mendapatkan informasi tentang kecelakaan itu."
Dengan rencana yang mulai terbentuk, Pak Rahman berjanji akan melakukan upaya untuk melacak dan mengetahui lebih dalam tentang arwah pria cabul itu, sementara Pak Andi akan mencari catatan terkait kecelakaan yang menewaskannya.
Sementara Raka, Pak Andi, dan Pak Rahman berusaha mencari tahu lebih banyak tentang pria cabul yang kini merasuki tubuh Wina, di kos-kosan Wina, sang pria cabul terus menikmati tubuh barunya. la tersenyum melihat dirinya di cermin, mengenakan pakaian seksi yang baru ia beli. Rencana jahatnya terus berkembang, dan ia semakin berani dengan tubuh barunya.
Semenjak pria cabul berada di tubuh Wina, beberapa hari terakhir Wina mulai introvert. Sering izin tidak masuk kerja, berbohong karena kurang enak badan, dan diam-diam mulai menghambur--hamburkan uangnya untuk berbelanja barang yang tidak perlu, seperti koleksi pakaian seksinya yang terus bertambah, seks toys, dan kalo sedang bosan, dengan handphonenya Wina mulai sering membuka situs judi slot.
"Besok... sepupu Wina akan datang," gumamnya sambil seringai. "Saatnya bersenang-senang lagi." Wina mulai menikmati kesendiriannya didalam kamar kostnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Cabul
EspiritualBrengsek...! gara-gara mengejar wanita ini, aku jadi mengalami kecelakaan hingga dinyatakan tewas ditempat..! untung saja keberuntungan berada di pihak ku, entah kenapa aku masih diberikan kesempatan untuk bisa merasakan hidup sekali lagi, dan yang...