Malam itu, suasana di rumah Pak Rahman terasa mencekam. Lilin-lilin menyala di sekeliling ruangan gelap tempat Pak Rahman duduk, bersila dengan tenang, mencoba mengakses kekuatan spiritual yang dimilikinya. Aroma dupa membumbung di udara, sementara Raka dan keluarga Hana duduk menunggu dengan penuh kecemasan. Mereka tahu bahwa malam ini akan menjadi pertempuran berat bagi Pak Rahman.
Di sisi lain, di kamar pribadi Vivi, Anton merasa ada sesuatu yang aneh terjadi dalam tubuh yang ia huni. Tanpa disadari, tubuh Vivi mulai menunjukkan gejala kegelisahan, jantung berdegup kencang, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Anton merasakan kehadiran sesuatu yang asing, sesuatu yang berusaha menembus masuk ke dalam tubuh Vivi—usaha Pak Rahman untuk mengusirnya.
Pak Rahman menutup matanya, memfokuskan pikirannya. Perlahan-lahan, ia memasuki dimensi gaib, di mana jiwanya berhadapan langsung dengan entitas yang merasuki tubuh Vivi. Sosok Anton muncul dalam bentuk bayangan hitam, wajahnya kabur, sementara di belakangnya tampak sesuatu yang jauh lebih besar, lebih gelap, dan lebih menakutkan—entitas yang melindunginya.
Pertempuran dimulai dengan Pak Rahman menyerang jiwa Anton, mencoba memisahkannya dari tubuh Vivi dengan mantra-mantra dan kekuatan spiritualnya. Namun, setiap kali serangannya mendekati Anton, bayangan besar di belakangnya maju, menangkis serangan itu dengan kekuatan yang luar biasa. Pak Rahman tersentak. Sosok ini tidak hanya melindungi Anton, tapi juga memiliki energi yang jauh lebih kuat dari dirinya.
Sosok gelap itu mulai melingkari Pak Rahman, melontarkan serangan balik yang membuatnya terdorong mundur dalam alam gaib. Di sini, waktu tidak berlaku seperti di dunia nyata. Setiap detik terasa seperti jam. Kekuatan Pak Rahman mulai terkuras saat ia terus diserang tanpa henti oleh entitas misterius itu.
Tubuh fisik Pak Rahman di dunia nyata bergetar hebat, peluh deras mengucur dari dahinya. Raka dan keluarga Hana menyaksikan dengan ketakutan. "Pak Rahman...," bisik Raka, khawatir. Namun, mereka tahu, mereka tak bisa melakukan apa pun untuk menolongnya saat ini.
Di dalam dimensi gaib, Pak Rahman akhirnya terjatuh, terhantam oleh kekuatan besar entitas itu. Ia menyadari bahwa sosok ini bukan sembarang makhluk, melainkan entitas kuno yang memiliki kekuatan jauh di atas rata-rata. "Anton bukan pelaku utama...," gumam Pak Rahman dengan kesadaran yang kian pudar. "Dia hanya boneka..."
Dengan tubuh yang kelelahan, Pak Rahman akhirnya mundur dari pertempuran. Kembali ke dunia nyata, ia terbangun dengan nafas terengah-engah, wajahnya pucat. “Aku... gagal,” ucapnya dengan suara parau. "Ada sesuatu yang jauh lebih besar di balik ini."
Raka dan keluarga Hana segera merawat Pak Rahman, memberikan air dan menyelimuti tubuhnya yang lemah. Kecemasan terlihat di wajah mereka. “Apa yang harus kita lakukan sekarang, Pak?” tanya Raka, suaranya dipenuhi kekhawatiran.
Pak Rahman terdiam sejenak, menatap kosong ke depan. “Kita harus mencari tahu lebih dalam tentang entitas ini. Ini bukan hanya soal Anton... ada sesuatu yang lebih berbahaya, dan kita tidak bisa melawannya dengan kekuatan biasa.”
---
Keesokan paginya, di kediaman keluarga Lim, suasana terlihat tenang. Ayah Vivi, Budi Lim, baru saja tiba dari perjalanan bisnisnya di luar negeri. Setibanya di rumah, ia disambut hangat oleh sang istri, ibu Vivi, Veronica Lim. Namun, kebahagiaan mereka segera terganggu ketika Budi menyadari bahwa Vivi belum terlihat. “Di mana Vivi? Biasanya dia menyambutku di pintu.”
Veronica juga merasa heran. “Mungkin dia masih tidur, aku akan melihat ke kamarnya,” ujarnya, bergegas menuju kamar anaknya.
Di kamar Vivi, Anton yang menempati tubuhnya baru saja terbangun dengan kondisi lemas. Efek dari ritual Pak Rahman semalam masih terasa, membuatnya kehilangan sebagian energi. Ketika mendengar suara ketukan pintu, Anton berusaha mengendalikan diri. Ia tahu, dia harus menjaga agar semuanya terlihat normal di hadapan keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Cabul
SpiritueelBrengsek...! gara-gara mengejar wanita ini, aku jadi mengalami kecelakaan hingga dinyatakan tewas ditempat..! untung saja keberuntungan berada di pihak ku, entah kenapa aku masih diberikan kesempatan untuk bisa merasakan hidup sekali lagi, dan yang...