03. Hobi Memasak

14 3 5
                                    

Setelah peristiwa perlombaan memasak yang mengubah pandangannya, Monala mulai menyalurkan segala perasaannya ke dalam dunia memasak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah peristiwa perlombaan memasak yang mengubah pandangannya, Monala mulai menyalurkan segala perasaannya ke dalam dunia memasak. Dapur menjadi tempat pelarian, tempat di mana ia bisa mengekspresikan diri dan menemukan kedamaian. Ia menghabiskan berjam-jam di dapur, bereksperimen dengan berbagai resep, dan merasakan kebahagiaan ketika aroma masakannya memenuhi rumah.

Pagi itu, setelah menyelesaikan tugas sekolah, Monala memutuskan untuk mencoba membuat kue kukus. Ia teringat ketika kecil, mamanya sering membuat kue ini saat ada acara keluarga. Ia ingat betapa senangnya semua orang ketika mencicipi kue buatan mamanya, dan saat itu, Monala merasa ingin merasakan kembali kebahagiaan itu.

Dengan semangat yang baru, Monala mengumpulkan semua bahan yang diperlukan: tepung, gula, telur, dan santan. Ia memilih resep sederhana agar tidak membuatnya merasa tertekan. Begitu semua bahan siap, Monala mulai mengukur dan mencampurkan, merasakan setiap langkah yang dilakukannya.

Selama proses memasak, Monala merasakan kebebasan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Setiap kali ia mengaduk adonan, ia membayangkan setiap rasa dan kenangan yang terkandung di dalamnya. Ia menyalurkan segala rasa cemas dan kesedihannya ke dalam kue yang sedang ia buat.

Setelah kue selesai dikukus, aroma manisnya memenuhi dapur. Monala tidak sabar untuk mencicipinya. Ia memotong sepotong kue dan merasakan kelembutannya. Ketika kue itu meleleh di mulutnya, ia tersenyum.

"Ini enak!" serunya dalam hati. Rasa manis yang sempurna dan kelembutan kue membuatnya merasa bahagia.

Dengan semangat yang menggebu, Monala membagikan kue tersebut kepada keluarganya. Ia mengamati ekspresi wajah mereka saat pertama kali mencicipi. Mamanya tersenyum lebar, dan Riko serta Raisa terlihat menikmati setiap gigitan.

"Mon, kue ini enak sekali! Kamu harus membuatnya lagi," puji Riko, membuat Monala merasa bangga.

"Terima kasih, Riko! Aku akan berusaha lebih baik lagi," jawab Monala, merasakan kehangatan dalam hatinya.

Malam itu, Monala tidur dengan perasaan puas. Ia sadar bahwa memasak bukan hanya tentang menciptakan makanan, tetapi juga tentang menyampaikan cinta dan kebahagiaan. Dia mulai merasa bahwa hobi memasak ini adalah cara untuk menemukan suaranya yang hilang.

Keesokan harinya, Monala memutuskan untuk membuat berbagai jenis kue untuk dibawa ke sekolah. Ia ingin berbagi kebahagiaannya dengan teman-teman sekelasnya. Dalam perjalanan ke sekolah, ia membawa kotak kue dengan penuh kebanggaan. Setiap langkahnya terasa lebih ringan.

Di sekolah, saat waktu istirahat tiba, Monala mengeluarkan kue-kue yang telah ia buat. Rina yang selalu mendukungnya, terlihat bersemangat.

"Ayo, kita bagikan kue-kue ini! Pasti teman-teman akan suka," seru Rina.

Monala merasa sedikit gugup, tetapi Rina menariknya ke tengah kelompok teman-teman.

"Ini adalah kue yang aku buat. Semoga kalian suka." Ucap Monala Dengan suara lembut.

Sang Anak Tengah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang