18. Rina Menyemangati

1 1 0
                                    

Hari-hari setelah Monala berusaha untuk menemukan kembali semangatnya terasa berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari setelah Monala berusaha untuk menemukan kembali semangatnya terasa berat. Meskipun dia telah bertekad untuk tidak menyerah, setiap langkah terasa dipenuhi keraguan dan rasa takut yang menggerogoti hatinya. Dia sering kali merasa terjebak dalam bayang-bayang kegagalan yang terus menghantuinya, dan meskipun dia mencoba untuk mengalihkan perhatian dengan memasak, hasilnya tidak selalu memuaskan.

Satu sore, saat Monala duduk di kamarnya, memandangi bahan-bahan yang tergeletak di meja dapurnya, dia mendengar suara ketukan di pintu.

"Mon, bolehkah aku masuk?" suara Rina, sahabatnya, terdengar di luar.

"Ya, Rina. Silakan masuk," jawab Monala, mencoba memberikan senyum meskipun hatinya masih terasa berat.

Rina masuk dengan wajah ceria, memegang sebungkus kue kecil yang dibelinya di toko roti.

"Aku bawa sesuatu untukmu! Kue cokelat favoritmu," ucapnya sambil tersenyum lebar.

Melihat kue tersebut, hati Monala sedikit terangkat.

"Terima kasih, Rina. Itu terlihat enak," jawabnya, berusaha mengubah suasana hatinya.

Rina duduk di samping Monala dan membuka bungkus kue.

"Kamu tahu, aku khawatir tentangmu. Beberapa minggu terakhir ini, kamu terlihat sangat sedih. Apa ada yang ingin kamu bicarakan?" tanya Rina, menatap Monala dengan penuh perhatian.

Monala menghela napas, lalu mengangguk. "Aku merasa bingung, Rina. Semua orang terlihat bergerak maju dengan rencana masa depan mereka, sedangkan aku hanya merasa terjebak tanpa arah. Aku tidak tahu apakah aku benar-benar memiliki bakat dalam memasak atau tidak," ungkapnya dengan suara pelan.

Rina menggigit kue cokelat dan memandang Monala. "Jangan berpikir seperti itu! Kamu memiliki bakat yang luar biasa. Kamu ingat waktu kita memasak bersama di dapur? Makanan yang kamu buat selalu lezat! Dan setiap kali kamu memasak, terlihat jelas betapa kamu menikmatinya," ucap Rina, berusaha meyakinkan sahabatnya.

"Ya, tetapi itu tidak cukup, Rina. Aku tidak pernah merasa seperti itu. Aku tidak pernah menang dalam kompetisi atau mendapatkan pengakuan seperti teman-temanku," jawab Monala dengan nada putus asa.

Rina menarik napas dalam-dalam. "Mon, tidak semua orang bisa menjadi juara atau mendapatkan pengakuan dalam waktu yang sama. Yang terpenting adalah perjalanan yang kamu lalui dan seberapa banyak kamu belajar dari setiap pengalaman. Kamu harus memberi diri kamu kesempatan untuk tumbuh."

Kata-kata Rina membuat Monala terdiam. Dia tahu sahabatnya memiliki sudut pandang yang positif, tetapi hatinya masih merasa berat.

"Tapi aku merasa aku tidak cukup baik. Aku tidak ingin mencoba lagi jika aku hanya akan gagal," ungkap Monala, air mata mulai mengalir.

Rina segera meraih tangan Monala dan menggenggamnya erat. "Kamu tidak bisa berpikir seperti itu. Setiap orang mengalami kegagalan. Bahkan chef-chef terkenal pun pernah gagal sebelum mereka mencapai kesuksesan. Yang penting adalah bagaimana kamu bangkit kembali dan terus berjuang."

Sang Anak Tengah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang