Hari-hari di sekolah telah berlalu dengan cepat, dan saatnya bagi Monala untuk menghadapi ujian akhir. Semua teman sekelasnya merasa tegang dan khawatir. Ujian akhir bukan hanya tentang nilai, tetapi juga tentang masa depan mereka. Monala merasa campur aduk, antara rasa cemas dan semangat yang baru.
Setiap malam, dia belajar dengan tekun, berusaha memahami semua pelajaran yang telah diajarkan selama setahun. Namun, di balik semua itu, Monala merasakan ketidakpastian. Dia tahu bahwa dia tidak secerdas teman-temannya dan sering kali merasa tersisih. Namun, dia juga menyadari bahwa dia telah melakukan yang terbaik dan belajar dari pengalaman memasak yang telah memberinya keyakinan baru.
***
Hari pertama ujian akhir tiba. Monala bangun pagi dengan perasaan cemas. Dia mencoba mengatur napasnya dan mengingat semua yang telah dia pelajari. Dengan langkah penuh harapan, dia berangkat ke sekolah. Ketika tiba di kelas, Monala melihat teman-temannya sudah berkumpul, wajah-wajah mereka dipenuhi ekspresi cemas dan tegang.
"Iya, sudah siap?" tanya Dika, sahabatnya, yang duduk di sebelahnya.
"Entahlah, aku berharap semuanya berjalan lancar," jawab Monala sambil mengusap tangannya yang berkeringat.
Setelah beberapa saat menunggu, guru mereka masuk dan menjelaskan aturan ujian. Monala mengatur posisinya, mengingat kembali pelajaran yang telah dia pelajari. Dia berusaha tetap tenang saat kertas ujian dibagikan.
"Mulailah!" perintah guru. Monala menatap kertas ujian di depannya. Soal-soalnya tampak sulit, tetapi dia berusaha untuk tetap fokus. Dia mulai mengerjakan soal dengan hati-hati, berusaha menjawab semua pertanyaan yang dia bisa.
Namun, semakin dia mengerjakan, semakin dia merasa tertekan. Beberapa soal terasa sulit, dan Monala mulai merasa putus asa.
"Apa aku akan gagal lagi?" pikirnya. Pikiran-pikiran negatif mulai menghantuinya, dan dia merasa air mata ingin mengalir.
***
Sambil mengerjakan ujian, Monala teringat kembali pada momen-momen indah di dapur bersama mamanya. Setiap kali dia merasa tertekan, dia mengingat pelajaran yang dia dapatkan—bahwa setiap kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Dia menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk tetap fokus.
Akhirnya, setelah dua jam yang penuh ketegangan, ujian selesai. Monala merasa campur aduk antara lega dan cemas. Dia tahu dia telah melakukan yang terbaik, meskipun ada beberapa soal yang tidak dia jawab.
Saat pulang ke rumah, Monala merasa sangat lelah. Namun, dia juga merasakan dorongan untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan. Dia memutuskan untuk memasak sesuatu yang manis sebagai bentuk penghargaan untuk dirinya sendiri.
"Aku akan membuat kue coklat!" pikirnya.
Di dapur, Monala mulai mengumpulkan bahan-bahan. Dia merasa lebih baik saat merasakan aroma vanila dan coklat. Memasak membuatnya merasa tenang. Saat mencampurkan bahan-bahan, dia teringat akan neneknya yang selalu mengajarkan bahwa makanan manis bisa membuat hari-hari terasa lebih cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Anak Tengah
Teen FictionMonala, seorang siswi SMP yang pemalu dan pendiam, tumbuh sebagai anak tengah dalam sebuah keluarga sederhana. Hidupnya dipenuhi dengan bayang-bayang kakak yang selalu berprestasi dan adik yang ceria dan penuh percaya diri. Monala, yang tidak terlal...