Setelah semua kesibukan dan kegembiraan di sekolah, Monala merasakan kelegaan yang mendalam. Dia dan Lila telah berhasil mengadakan acara memasak sehat yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga membawa banyak teman bersama. Namun, di balik kebahagiaan itu, ada perasaan rindu yang menggelayuti hati Monala. Rindu kepada keluarganya.
Monala adalah anak tengah dalam keluarganya, memiliki dua saudara perempuan yang lebih tua. Keluarga mereka sangat dekat, tetapi belakangan ini, Monala merasa ada jarak yang mulai terbentuk di antara mereka. Kesibukan sehari-hari, sekolah, dan kegiatan lainnya membuatnya jarang menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarganya. Dia sangat merindukan suasana hangat di rumah, tempat di mana mereka bisa berbagi cerita dan tawa.
***
Suatu sore, saat pulang dari sekolah, Monala memutuskan untuk mengunjungi rumah neneknya. Neneknya tinggal tidak jauh dari sekolah, dan setiap kali Monala merasa rindu keluarga, dia selalu mengunjungi neneknya untuk mendapatkan kenyamanan. Neneknya selalu tahu bagaimana menghiburnya dengan cerita-cerita indah dan makanan lezat.
Ketika Monala tiba di rumah nenek, pintu terbuka lebar. Neneknya, dengan senyum lembut dan penuh kasih sayang, menyambutnya.
"Mon, cucuku! Apa kabar? Nenek rindu kamu!" ucap nenek sambil memeluknya erat.
"Rindu nenek juga, Nek! Aku merasa sangat senang bisa datang ke sini," jawab Monala, merasa hangat di dalam hatinya.
Mereka masuk ke dalam rumah, dan aroma masakan nenek yang sedang dimasak di dapur memenuhi udara. Monala bisa mencium bau sup sayur yang merupakan favoritnya.
"Apa yang sedang nenek masak?" tanyanya sambil melangkah ke dapur.
"Nenek membuat sup sayur dan kue pisang. Ayo, bantu nenek!" Nenek tersenyum, memberikan Monala tugas untuk mengupas sayuran.
Saat mereka berdua memasak bersama, Monala menceritakan semua yang terjadi di sekolah dan betapa bahagianya dia setelah kompetisi memasak. Nenek mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali tertawa dan memberikan pujian.
"Kau memang hebat, Mon! Nenek selalu percaya bahwa kamu memiliki bakat yang luar biasa."
"Terima kasih, Nek. Tapi aku merasa kadang aku kurang berbakat dibandingkan kakak-kakakku. Mereka selalu mendapatkan nilai bagus di sekolah, sementara aku... yah, aku hanya bisa memasak," ungkap Monala, merasakan sedikit kesedihan di hatinya.
"Nak, setiap orang memiliki bakat masing-masing. Yang penting adalah bagaimana kita menggunakannya. Dan memasak adalah sesuatu yang istimewa! Kau bisa membuat orang lain bahagia dengan makananmu," kata nenek dengan bijak.
Mendengar kata-kata nenek, Monala merasa lebih baik. Neneknya selalu bisa menghiburnya dan memberinya semangat. Sambil mengaduk sup di panci, Monala mulai bercerita tentang cita-citanya. “Aku ingin membuka kafe suatu hari nanti. Tempat di mana orang bisa berkumpul dan menikmati makanan enak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Anak Tengah
Teen FictionMonala, seorang siswi SMP yang pemalu dan pendiam, tumbuh sebagai anak tengah dalam sebuah keluarga sederhana. Hidupnya dipenuhi dengan bayang-bayang kakak yang selalu berprestasi dan adik yang ceria dan penuh percaya diri. Monala, yang tidak terlal...