23. Kecewa Lagi

1 0 0
                                    

Setelah kegagalan kompetisi memasak sebelumnya, Monala berpikir bahwa ia telah mengatasi semua kekecewaan yang pernah menghalangi jalannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kegagalan kompetisi memasak sebelumnya, Monala berpikir bahwa ia telah mengatasi semua kekecewaan yang pernah menghalangi jalannya. Ia yakin bahwa dengan dukungan keluarga, terutama ibunya, serta sahabat barunya, Rina, ia bisa menghadapi apa pun yang datang. Namun, hidup sering kali penuh kejutan, dan kali ini, kejutan itu datang dalam bentuk yang Monala tak pernah duga.

Hari itu terasa berbeda. Ada sesuatu yang menghantui pikirannya sejak ia membuka mata di pagi hari. Monala mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya, tetapi perasaan gelisah terus menghantui setiap langkah yang ia ambil.

"Mungkin aku hanya lelah," gumamnya kepada diri sendiri sambil merapikan buku-buku sekolahnya dan bersiap untuk hari baru.

Di sekolah, Rina langsung menghampirinya seperti biasa. "Mon, nanti kita ke perpustakaan, ya? Aku mau pinjam buku resep baru, kamu mau ikut?" ajaknya sambil tersenyum.

Monala mengangguk, tetapi ada rasa berat di hatinya. Biasanya, ia akan senang dengan ajakan itu, tetapi hari ini, semangatnya seakan hilang.

"Iya, nanti aku ikut," jawabnya singkat.

Di kelas, pelajaran berlalu begitu saja. Monala berusaha fokus, tetapi pikirannya terus melayang. Ia merasa ada sesuatu yang salah, meskipun ia tidak tahu pasti apa itu. Saat bel tanda istirahat berbunyi, Monala merasa lega bisa keluar sejenak dari ruang kelas yang terasa begitu menyesakkan.

"Kamu baik-baik saja, Mon?" tanya Rina ketika mereka duduk bersama di kantin. Rina menatap Monala dengan penuh perhatian, jelas menyadari bahwa sahabatnya sedang tidak seperti biasanya.

Monala tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kegelisahannya.

"Aku baik-baik saja, cuma sedikit capek," jawabnya, berharap itu cukup untuk menenangkan Rina.

Namun, Rina bukanlah tipe orang yang mudah dibohongi. "Kalau ada yang mengganggu pikiranmu, kamu bisa cerita, Mon. Aku tahu kamu kadang suka memendam sendiri," ucapnya lembut.

Monala terdiam sejenak, mencoba menimbang-nimbang apakah ia harus membagikan perasaannya kepada Rina atau tidak. Akhirnya, ia memutuskan untuk jujur.

"Aku nggak tahu, Rina. Hari ini aku merasa ada yang nggak beres. Sejak bangun tadi pagi, aku merasa gelisah, tapi aku nggak tahu kenapa."

Rina mengangguk, mendengarkan dengan penuh perhatian. "Mungkin kamu hanya butuh istirahat, Mon. Setelah kompetisi kemarin, kamu mungkin terlalu lelah secara emosional. Menghadapi kekecewaan seperti itu memang nggak mudah, apalagi kalau kamu sudah berusaha keras."

Monala tersenyum tipis, merasa bersyukur memiliki teman seperti Rina. Namun, meskipun kata-kata Rina benar, Monala masih merasa ada sesuatu yang lebih besar di balik kegelisahannya. Ia hanya belum bisa memahami apa itu.

Hari-hari berikutnya berlalu dengan perasaan yang sama. Monala mencoba menjalani rutinitasnya seperti biasa, tetapi rasa cemas terus menghantuinya. Suatu pagi, ketika sedang sarapan, ia menerima kabar dari ibunya yang membuat hatinya terasa semakin berat.

Sang Anak Tengah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang