Hari yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Monala dan Lila bangun lebih pagi dari biasanya, penuh semangat dan sedikit cemas. Mereka telah bekerja keras mempersiapkan diri untuk kompetisi memasak yang akan diadakan di sekolah, dan kini saatnya untuk menunjukkan kemampuan mereka di depan juri dan teman-teman sekelas.
"Apakah kamu sudah siap, Mon?" tanya Lila sambil mengikat rambutnya dengan rapi. Monala melihat ke cermin, memperhatikan penampilannya. Dia mengenakan apron favoritnya yang berwarna cerah dan memiliki gambar cupcake lucu.
"Aku rasa sudah. Kita telah berlatih dengan baik,” jawab Monala dengan suara penuh keyakinan. Namun, di dalam hatinya, dia masih merasa sedikit cemas.
Mereka berdua telah merencanakan menu spesial untuk kompetisi ini: cupcake vanila dengan hiasan berwarna-warni, serta kue coklat dengan saus karamel. Kombinasi ini tidak hanya menarik secara visual tetapi juga menggugah selera. Monala bertekad untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa mereka bukan hanya beruntung, tetapi benar-benar memiliki bakat.
Sesampainya di sekolah, suasana terasa berbeda. Aula telah didekorasi dengan berbagai spanduk dan balon, menciptakan suasana perayaan. Para siswa berkumpul, terlihat bersemangat, sementara beberapa guru bersiap di sisi panggung untuk menjadi juri.
"Lihat, Mon! Semua orang sangat antusias!" seru Lila, menunjuk ke kerumunan yang berdesakan.
Monala merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Dia dan Lila melangkah ke area kompetisi, di mana meja-meja telah disiapkan lengkap dengan bahan-bahan yang diperlukan. Mereka memiliki waktu tiga jam untuk menyelesaikan semua hidangan mereka, dan Monala tahu bahwa setiap detik sangat berharga.
"Selamat datang di kompetisi memasak pertama kita!" teriak Lila kepada teman-teman sekelas mereka. "Kami siap untuk memberikan yang terbaik!"
Setelah beberapa saat, ketua juri mengumumkan pembukaan kompetisi.
"Selamat datang, semua! Hari ini kita akan menyaksikan bakat-bakat luar biasa dari teman-teman kita. Mari kita mulai!"
Setelah pengumuman, Monala dan Lila langsung berfokus pada persiapan mereka. Mereka membagi tugas: Lila bertanggung jawab untuk membuat adonan cupcake, sementara Monala akan menyiapkan kue coklat.
"Siap, Mon? Ayo kita lakukan!" kata Lila dengan semangat, dan Monala mengangguk, merasa terinspirasi oleh energi Lila.
Mereka mulai dengan mengukur bahan-bahan dengan hati-hati. Monala mencampur cokelat, mentega, dan gula ke dalam mangkuk, mengaduknya hingga semuanya tercampur dengan baik. Lila terlihat sangat terampil saat dia memasukkan telur dan tepung ke dalam adonan cupcake.
"Pastikan untuk mengaduknya dengan lembut, jangan sampai terlalu keras," ingat Monala, mengingat semua tips yang mereka pelajari selama latihan.
Saat waktu berlalu, Monala merasakan tekanan semakin meningkat. Dia bisa melihat siswa-siswa lain bekerja dengan giat, dan beberapa dari mereka tampak sangat percaya diri. Dia merasa sedikit ragu pada dirinya sendiri, tetapi Lila selalu ada untuk memberinya semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Anak Tengah
Teen FictionMonala, seorang siswi SMP yang pemalu dan pendiam, tumbuh sebagai anak tengah dalam sebuah keluarga sederhana. Hidupnya dipenuhi dengan bayang-bayang kakak yang selalu berprestasi dan adik yang ceria dan penuh percaya diri. Monala, yang tidak terlal...