Malam itu, Monala duduk di meja belajarnya, dikelilingi oleh tumpukan buku dan catatan pelajaran. Namun, pikirannya melayang jauh dari pelajaran yang harus ia pelajari. Ia teringat akan masa kecilnya, saat masa-masa yang penuh dengan kebahagiaan dan tawa bersama keluarganya. Dapur mama adalah tempat favoritnya, di mana semua kenangan manis itu tersimpan.
Ia ingat bagaimana mamanya akan memanggilnya setiap kali ada acara memasak.
"Mon, ayo bantu mama di dapur!" kata mamanya dengan suara lembut. Monala kecil akan berlari dengan semangat, merasa seperti seorang chef profesional meskipun hanya membantu mengaduk adonan atau mencuci sayuran.
"Dulu, kita sering membuat kue bersama, ya, Ma?" Monala mengingat kembali saat-saat itu dan tersenyum. Kue ulang tahun pertamanya adalah kenangan yang paling ia ingat. Mama mengajarinya cara mencampurkan bahan-bahan dengan tepat, dan saat kue itu keluar dari oven, aroma manisnya membuat seluruh rumah terasa hangat.
Kenangan manis itu membuat Monala merasa hangat di dalam hatinya. Meskipun saat itu ia masih kecil dan tidak sepenuhnya memahami, memasak bersama mamanya adalah cara mereka berbagi cinta dan kebahagiaan.
Hari-hari berlalu dan Monala sering menemukan dirinya teringat pada momen-momen itu, terutama ketika ia berlatih memasak di dapur. Setiap kali ia mengaduk adonan atau menciptakan resep baru, ia merasakan kehadiran mamanya, seolah ia sedang diawasi dan didukung. Kenangan itu memberi Monala kekuatan dan motivasi untuk terus mencoba.
Suatu sore, saat menyiapkan adonan untuk kue cokelat, Monala merasa terinspirasi untuk meniru resep kue favorit keluarganya. Ia mengingat betapa senangnya semua orang saat kue tersebut keluar dari oven.
"Aku akan membuat kue ini untuk mereka!" pikirnya dengan semangat.
Ia mulai menyiapkan semua bahan dengan hati-hati, mengukur tepung dan gula dengan tepat. Setiap langkah terasa seperti kembali ke masa lalu, dan ia membayangkan mamanya tersenyum bangga saat melihatnya memasak.
Ketika adonan kue siap, Monala memasukkan kue ke dalam oven dan menunggu dengan sabar. Aroma manis mulai tercium di seluruh dapur, membuat hatinya bergetar penuh harapan. Saat kue matang, ia segera mengeluarkannya dan membiarkannya dingin.
Setelah kue dingin, Monala menyiapkan butter cream dan potongan cokelat. Ia ingin menghias kue tersebut dengan penuh cinta, seperti yang pernah ia lakukan bersama mamanya. Ketika mengoleskan butter cream, ia tidak dapat menahan senyumnya. "Ini kue terbaik yang pernah aku buat!" serunya dalam hati.
Saat kue selesai dihias, Monala merasa bangga. Dia membungkus kue itu dengan rapi dan berencana memberikannya kepada keluarganya saat mereka berkumpul malam itu. Ia merasa excited sekaligus sedikit gugup.
"Apakah mereka akan menyukainya?" pikirnya.
Ketika malam tiba, keluarga Monala berkumpul di meja makan. Ibu, Ayah, Riko, dan Raisa semua hadir, dan suasana menjadi hangat. Monala mempersembahkan kue yang ia buat dengan penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Anak Tengah
Teen FictionMonala, seorang siswi SMP yang pemalu dan pendiam, tumbuh sebagai anak tengah dalam sebuah keluarga sederhana. Hidupnya dipenuhi dengan bayang-bayang kakak yang selalu berprestasi dan adik yang ceria dan penuh percaya diri. Monala, yang tidak terlal...