Part 15

122 20 5
                                    

Bastian meregangkan otot-otot nya setelah selesai mengerjakan tugas nya yang memakan waktu dua jam lebih.

Dia memandang ke arah sang adik, ternyata pemuda itu sudah tertidur di kasurnya, dengan laptop yang sudah mati.

Dia tersenyum sambil mendekati sang adik, membelai rambut hitam itu, kemudian menyimpan laptop dan earbuds nya ketempat semula.

Bastian memandang jam dinding besar dikamarnya, yang sudah menunjukkan pukul setengah satu siang.

"Pasti makan siang sudah selesai," gumamnya.

Dia memandang wajah damai yang tertidur itu, membuatnya tidak tega jika ingin membangunkan.

Tapi mau bagaimana lagi? Sekarang sudah saatnya makan siang. Adiknya tidak boleh melewatkan makan siang, apalagi tujuannya saat ini adalah mengubah bentuk tubuh sang adik yang kurus itu untuk menjadi berisi.

"Dek..." Bastian mulai membangunkan Gamaliel, hingga beberapa saat setelah itu sang empu terganggu dari tidurnya.

"Makan siang dulu, yuk! Tidurnya dilanjut nanti!" Ucap Bastian.

"Masih ngantuk, kak..." Ucap Gamaliel dengan suara seraknya.

"Makan dulu, ya?" Gamaliel memandang sayu kearah kakaknya, tempat tidur sang kakak terasa sangat nyaman hingga membuatnya tidak bisa berpaling. Sangat berbeda dengan tempat tidurnya yang tidak empuk.

Gamaliel terbatuk kecil, kemudian memperbaiki posisi nya menjadi duduk.

"Ayo makan..." Bastian menggenggam tangan kurus itu, menuntunnya keluar dari kamar.




🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾




"Mau lanjutin tidurnya?" Tanya Bastian, saat ini mereka berdua sudah selesai makan siang.

"Tidak kak, udah hilang ngantuk nya. Lagian masa habis makan langsung tidur lagi," jawab Gamaliel.

"Terus sekarang pengen ngapain dong?" Tanya Bastian sambil melirik arloji ditangannya.

"Nggak tau," jawab Gamaliel.

"Main PS yuk!" Ajak Bastian, namun dibalas gelengan kepala oleh Gamaliel.

"Aku nggak tau main, kak!" Jawab Gamaliel.

"Nanti kakak ajarin!" Bastian meraih pergelangan tangan sang adik, yang masih duduk di kursinya yang berada didepan meja makan, namun secara halus anak itu menolak.

"Enggak deh kak! Takut rusak..." Ucap Gamaliel, dia takut jika benda kakaknya ada yang rusak, apalagi dia yang tidak tau memfungsikan benda tersebut. Bisa-bisa dihukum daddy, dia.

"Enggak akan," ucap Bastian meyakinkan, namun Gamaliel kembali menolak dengan gelengan kepala.

Bastian menghembuskan nafas kasar melihat respon sang adik yang seperti orang takut.

"Yasudah, sekarang mau apa?" Tanya Bastian dengan lembut, sambil membelai rambut sang adik, membuat Gamaliel tersentak kaget, namun hanya sementara sebelum dia mengubah ekspresi nya menjadi tersenyum.

"Aku mau tidur saja," Gamaliel mencoba menjauh dari Bastian, sebenarnya bohong jika dia bilang ingin tidur, dia hanya ingin menghindar dari sang kakak, takut jika kakaknya mengajaknya melakukan sesuatu yang akan merugikannya nanti.

Perkataan Rivai selalu tiba-tiba saja teringat olehnya, tentang jangan terlalu menaruh harapan lebih terhadap sang kakak yang tiba-tiba berubah ini.

Rivai benar, sesayang apapun dia terhadap sang kakak, dia perlu berhati-hati. Jangan sampai suatu saat dia terluka karena hal ini.

 Son Of A MurdererTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang