Seokjin, Namja itu tersenyum manis.
Mengantarkan siswi terakhirnya yang
dijemput orang tuanya."Sampai jumpa, Jinnie." Ujar gadis kecil itu semangat.
"Sampai jumpa, Yora." Jawab Seokjin
tersenyum hangat ikut membalas
lambaian gadis kecil itu."Kau manis sekali Jin" Gumam
sahabatnya, Namjoon."Kenapa kau tidak menikah saja dan
mendapatkan satu yang sepertinya."
Lanjut Namjoon lagi.Seokjin memutar bola matanya. Namjoon Sahabatnya itu mulai lagi menggodanya.
"Kau tahu aku tidak bisa." Jawabnya cemberut.
"Oh, ayolah kau bukannya tidak bisa.
Hanya tidak mau. Kurasa jujur lebih baik." Jawabnya sedikit menyindir.Kali ini Seokjin tidak menghiraukan nya.
"Jin kau bisa ikut kencan buta. Namjoon akan mengenalkanmu dengan koleganya." Kali ini Hoseok ikut membela Namjoon yang adalah suaminya.
Ya, Namjoon dan Hoseok sudah menikah. Hanya dirinya yang belum menikah dan masih asik menjomblo.
"Tidak mau, Hobi. Aku tahu niat
kalian baik. Tapi bisakah aku memilih
pasanganku sendiri" Ucapnya mencoba
membuat sahabatnya mengerti.Keduanya memutar bola matanya. Mereka tahu itu tidak akan pernah terjadi. Entah pria mana yang beruntung bisa mendekati Seokjin, jika ingat Namja itu bahkan tidak pernah mau keluar jauh dari rumahnya. Kehidupan Seokjin yang monoton.
Terlebih setelah ia tinggalnsendiri.
Seokjin tidak pernah mau repot-repot
mendekatkan diri dengan terlalu banyak orang, baginya sudah cukup memiliki beberapa teman yang mengerti dirinya.Seokjin dan Hoseok adalah guru sekaligus pemilik taman kanak-kanak disana. sebenarnya Seokjin bukan guru tetap disana, ia hanya akan berkunjung diakhir pekan jika tidak sibuk dengan pekerjaannya.
Seokjin sangat menyukai anak-anak, karena itulah dirinya bersama dua temannya. itulah dirinya bersama dua temannya mendirikan taman kanak-kanak yang cukup sukses di kotanya.
Meski sejujurnya yang diinginkan Seokjin adalah menjadi seorang pelukis. Namun sudah lama ia melupakan hobinya itu, mengingat melukis hanya bisa mengingatkannya pada peristiwa buruk di hidupnya.
Sebagai gantinya kini ia mengganti
hobinya dengan menulis. Seokjin seorang penulis dongeng anak-anak dan penulis cerpen majalah tetap. Karena pekerjaan itulah Seokjin tidak pernah keluar dari rumahnya. Dan jika ia mulai bosan ia akan bergabung untuk mengajar di TK."Kau yakin tidak ingin ikut kencan buta
itu?" Namjoon kembali bicara setelah berhasil mengikuti Seokjin."Tidak. Dan tidak akan berubah." Tegasnya yang membuat Namjoon mencibir.
Seokjin kembali merapikan peralatannya
Untuk bergegas pulang.***
Yah... Disinilah Seokjin berakhir. Dengan balutan pakaian hitam pekat yang begitu kontras dengan kulit putihnya. Di sebuah restoran dengan. Hoseok berhasil membujuknya. tidak..Lebih tepatnya memaksanya.
Akhirnya ia mengikuti acara kencan buta itu.
Hoseok berjalan dengan anggun
disamping Namjoon. Mereka bergandengan tangan. dan, tentu. Mereka sepasang suami-isteri."Dia belum datang." Tanya Hoseok
setelah sampai di hadapan Seokjin.Seokjin terkekeh.
"Sepertinya ia memiliki jam terbang yang cukup tinggi." Sindir Seokjin.
"Oh, ayolah Jin. Kau tidak berpikir untuk pulang bukan?" Tanya Hoseok seolah tahu isi kepala Seokjin.
"Sedikit." Gumam Seokjin dengan kekehnya.
Mereka tertawa. Dering telepon milik Namjoon menghentikan tawa mereka. Namjoon sedikit berbisik pada istrinya. Hoseok mengangguk paham.
"Wah. sepertinya pangeranmu akan
datang. Nikmati waktumu, sweety. Aku
tidak sabar mendengar kabar baik
darimu." Senyum Hoseok sebelum
akhirnya ia dan suaminya meninggalkan Seokjin sendiri disana.Seokjin mendengus. Ia hanya perlu
mengobrol sebentar bukan. Seperti yang biasa ia lakukan. Memberikan obrolan membosankan hingga pria itu jenuh dan acara selesai. Seokjin tidak tahu siapa pria yang dikenalkan kali ini padanya. Tapi yang ia dengar pria ini berprofesi sebagai seorang pilot.Profesi yang cukup menantang.
Sebenarnya Seokjin cukup mempertimbangkannya. Jika pria ini lumayan baik untuknya mungkin Seokjin mau menikahinya.Pria pintar dan tampan cukup untuk menghasilkan keturunan yang unggul. Apalagi dia adalah seorang pilot. Bukankah artinya akan jarang melihatnya. Dan jika saatnya tiba mereka akan bercerai baik-baik.
Seokjin tidak akan tahan berlama-lama
berdekatan dengan makhluk yang
namanya laki-laki penuh kelicikan dan modus.. Kecuali anak-anak.Seokjin mendengar Suara sepatu yang beradu dengan lantai mewah itu. Dan Seokjin tidak berniat mengangkat kepalanya sama sekali.
"Apa sekarang kau menjajahkan tubuhmu dengan mengikuti kencan buta?" Mata Seokjin melebar meski ia belum mengangkat wajahnya. Tapi ia mengenali Suara itu.
"Angkat kepalamu Seokjin."
Tidak! Seokjin tidak mau mengulangi
kesalahan yang sama. Atau lebih tepatnya ia tidak mau kembali pada mimpi buruknya."Jin.."
Hmm kira-kira siapa ya...🤔
book ini mungkin tidak jauh dari cerita obsesi..dimana itu antara Jungkook dan seokjin sama-sama terobsesi satu sama lain. Tapi Ego mereka yang mengalahkan semua itu.