Seokjin mendengar suara sepatu yang beradu dengan lantai mewah itu. Dan Seokjin tidak berniat mengangkat kepalanya sama sekali.
"Apa sekarang kau menjajahkan tubuhmu dengan mengikuti kencan buta?"
Mata Seokjin melebar meski ia belum
mengangkat wajahnya. Tapi ia sangat mengenali Suara itu."Angkat kepalamu Seokjin."
Tidak! Seokjin tidak mau mengulangi
kesalahan yang sama. Atau lebih tepatnya ia tidak mau kembali pada mimpi buruknya."Jin." Suara itu mulai terdengar geram.
Seokjin tersenyum getir. Mereka tinggal di kota yang sama. Sudah pasti mereka akan bertemu. Tapi tidak di waktu yang tidak tepat seperti ini. Tapi....
Tunggu!
Bukankah teman kencannya adalah
seorang pilot. Apa teman kencannya
adalah..."Angkat kepalamu Seokjin... Aku tidak mau mengulangi perintahku lagi" Geramnya.
Seokjin melihat ujung sepatunya. Dalam hitungan ketiga ia harus segera kabur... Entah bagaimana caranya.
Satu....
Dua..
"Angkat kepalamu atau aku akan
mencium mu disini!" Seperti biasa suara itu tidak pernah terdengar main-main.Tanpa pikir panjang Seokjin mengangkat kepalanya. Kini ia dapat melihat jelas wajah laki-laki yang terburuk yang pernah ia kenal setelah Appa nya, dia....
Jungkook...
Jungkook tersenyum miring yang menjadi ciri khasnya. Seokjin benci senyum itu. Sementara Jungkook tersenyum puas.
Seokjin-nya masih sama. Terlalu mudah ia takuti.. Dan ia masih begitu dominan terhadap Seokjin.
Jungkook memperhatikan setiap jengkal ditubuh Seokjin. Tidak ada yang berubah
dari namja itu. Semua masih sama. Wajah polos Seokjin, raut wajah terintimidasi nya. Seokjin bisa dikatakan awet muda..Tanpa tahu malu tangannya sudah mulai membelai wajah Seokjin."Ternyata benar, tadinya kupikir aku salah." Ucap Jungkook.
Jungkook tidak bodoh. Lima tahun ini ia
selalu tahu dimana Seokjin. Apa yang
dikerjakan namja itu. Atau siapa saja
yang sedang dekat dengan namja itu.Dan selama lima tahun ini ia berusaha
melupakan namja ini. Tapi kenapa ia mulai menampakkan diri...Karna Seokjin sudah berani membuka diri pada pria lain. namja itu bahkan dengan berani menjalani kencan buta dan menerima hadiah dari laki-laki.
Semua ini bukan karena ia cemburu.la hanya berpikir Seokjin tidak pantas untuk itu. Namja sok suci seperti Seokjin
harusnya terus berlagak sok suci dan
hidup dengan kesendirian.Semua itu lebih baik. Itu adalah hukumannya karena pernah menolak nya.
Seokjin menelan rasa gugupnya. Sudah lima tahun... Kenapa masih Segugup ini.
"Aku harus pergi." Ucapnya dan dengan segera berdiri.
"Maaf menyinggung... Kupikir kita tidak
bisa melanjutkan kencan buta ini. Dan aku rasa kita sama sekali tidak cocok." Seru Seokjin senormal mungkin."Permisi."
Jungkook tidak menahan Seokjin. Ia
membiarkan Seokjin nya pergi."Kau harus biarkan mangsamu merasa.aman di sekitarmu sehingga saat ia lengah. Kau bisa melahapnya."
Jungkook tersenyum miring."Permisi. Dimana meja yang dipesan atas nama Kim Seokjin?"
Jungkook menoleh saat mendengar suara yang menyebut nama Seokjin.
Seorang pria dengan setelan kemeja biru dan rambut tertata rapi bertanya pada seorang pelayan.
