Setelah yakin, Seokjin menghirup nafasnya sebelum berucap.
"Aku dan Jungkook, kami sudah menikah." Kata Seokjin dengan sekali tarikan nafas.
"Kau apa?! Astaga!" Hoseok menepuk dahinya, ia segera menjauhkan diri dari Seokjin.
Sementara Namjoon memilih memejamkan matanya lalu membuka matanya perlahan.
"Bagaimana bisa?" Tanyanya tidak percaya.Seokjin meringis sebelum membujuk kedua temannya duduk terlebih dahulu sebelum menceritakan semuanya.
"Dia memaksamu?" Tanya Hoseok sinis.
Seokjin menghela nafasnya dan menggeleng.
"Tidak"
"Jelas itu memaksa!" Seru Namjoon tidak suka Seokjin membela Jungkook.
"Aku yang memutuskannya. Aku ingin berbohong tapi aku tidak bisa." Katanya tertawa kecil.
"Jauh di dalam diriku. Aku memang
menginginkannya sekeras apa pun aku menolak."Seokjin menghela nafasnya
"Jika aku hanya menyalahkan Jungkook sama saja dengan bersembunyi di balik dosa sendiri.""Dan jika aku tidak mau maka sekeras apa pun ia memaksa aku pasti bisa menolak atau lebih memilih mengakhiri hidupku yang membosankan ini. Tapi aku menerimanya itu karena aku memang menginginkannya juga." Seokjin memalingkan wajahnya. Bertahun-tahun ia menutupi perasaannya dan menolaknya, pengakuan nya kali ini benar-benar membuatnya malu.
Hoseok dan Namjoon hanya bisa diam. Mereka tidak berkomentar apa-apa sekarang.
"Saat mendengar pertunangannya. Aku
yang mendatanginya. Aku yang menariknya. Berkata pada diriku sendiri aku hanya meminjamnya sebentar. Tapi aku menjadi serakah. Aku menginginkan nya." Seokjin menatap dua temannya."Aku selalu.menyuruhnya menceraikanku dan kembali pada tunangannya, tapi jauh di dalam hatiku aku ingin ia melepaskan semuanya dan memilihku."
Seokjin mengerjapkan matanya dan tersenyum miris.
"Maaf mengecewakan kalian karena keegoisanku."Namjoon menarik tangan Seokjin dan
menggenggamnya."Setiap orang berhak egois untuk kebahagiannya. Tapi Jin... Apa kau bahagia?" Tanya Namjoon.
Seokjin menggeleng kemudian menghela nafasnya.
"Aku tidak tau." Jawabnya pasrah.
"Kau mengecewakanku." Ucap Hoseok setelah lama diam.
"Tapi aku tidak bisa melarang jika kau benar-benar menginginkannya. Kau berhak atas hidupmu."
Hoseok menghela nafasnya. Hoseok berpindah duduk di samping Seokjin dan merangkulnya.
"Kalian sendiri yang membuatnya serumit ini. Kau harus siap dengan segala resikonya. Jika Jungkook tetap mempertahankan Jimin, apa keputusanmu?"
Pertanyaan Hoseok adalah pertanyaan yang selalu ia pikirkan selama ini. Dan Seokjin adalah namja egois.
"Aku tidak bisa berbagi." Seokjin
menggelengkan kepalanya. "Tapi aku
juga tidak bisa pergi. Sekeras apa pun aku mencoba aku pasti kembali dan aku sendiri tidak bisa menahan diriku sendiri."***
Jimin memandang wajah Jungkook yang sudah sudah terlelap. Tangannya menulusuri hidung mancung Jungkook dan berhenti di bibir pria itu. Ia mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir itu, membuat Jungkook yang terlelap membuka matanya dan menatap Jimin sejenak.
"Kau belum tidur?" Tanya Jungkook.
Jimin menatapnya sendu.
"Aku takut. Takut..jika aku tidur dan saat bangun kau tidak ada." Jelas Jimin tidak berbohong.
