chapter 18

825 159 36
                                    

Seokjin masih duduk. Matanya terus menatap pintu yang berada tepat didepannya. Deru nafasnya tidak teratur. Jelas ia sedang gugup tapi tetap memaksakan dirinya. ia sudah mempersiapkan dirinya. la sudah berdandan sebaik mungkin.

Sejak pernikahannya dan Jungkook yang digelar tadi siang dan hanya dihadiri tidak sampai sepuluh orang. Seokjin sudah mempersiapkan mentalnya untuk malam ini.

Suara derit pintu terdengar. la masih masih tetap tenang. Dan pintu terbuka. Jungkook disana.

Sejenak pria itu tampak terkejut tapi
dengan cepat raut wajahnya berubah dan memamerkan senyum sinisnya seperti biasa.

Matanya menilai istrinya dan ia terlihat puas.

"Kau menungguku?" Tanya Jungkook dengan nada menyindir.

la tidak tahu apa yang direncanakan istrinya. Tidak seperti bayangannya Yang berpikir Seokjin akan ketakutan atau memohon padanya. Kini Seokjin malah duduk dengan anggun seolah menunggu kedatangannya.

Tidak tanggung-tanggung namja itu bahkan berdandan dan memakai lingerie yang entah istrinya itu dapat dari mana. Apa istrinya sedang menggodanya?

"Kemarilah." Seokjin tersenyum menawan.

Jungkook tertawa mengejek. Oh, ia menyukai ini. Seokjin yang nakal adalah pribadi yang baru ia ketahui. Setelah mengangkat satu alisnya dengan kesan angkuh ia berjalan ke arah Seokjin hingga berdiri di depan Seokjin tanpa meninggalkan kesan angkuhnya.

"Aku tidak bisa melihat wajahmu." Seokjin kembali berucap dengan mata masih memandang ke depan.

Jungkook memutar bola matanya. Ah,
Sebenarnya ini menyebalkan. Tapi, ia
penasaran dan dengan dalih penasaran ia menuruti semua permintaan tidak langsung itu. Masih dengan segala keangkuhannya Jungkook berlutut di depan Seokjin, membuat matanya langsung menatap Seokjin.

"Kau bisa melihatku sekarang?" Jungkook tersenyum menawan, seolah memamerkan semua pesonanya.

Seokjin hanya tersenyum dan membelai
helaian rambut milik Jungkook dengan lembut.

"Kau punya senyum yang menggoda." Puji Jungkook.

Seokjin tidak menjawab. la masih memainkan helaian rambut itu dan menelusuri wajah Jungkook. Menelusuri garis wajah pria itu dan berhenti di bibir tipis merah tanpa polesan itu.

"Sejak dulu aku menyukai bibir ini." Puji
Seokjin.

"Cium aku." Katanya dengan nada
memerintah.

Jungkook tersenyum Sombong sebelum ia mengikuti perintah Seokjin dan menciumnya. Manis, ia selalu suka menyecap bibir manis milik Seokjin yang tampak menggoda malam ini.

Seokjin menjauhkan wajahnya saat Jungkook lebih menuntut. Binar gairah terpapar di kedua bola mata milik Jungkook.

"Apa ini?" Tanya Seokjin dengan nada sendu.

la membelai wajah Jungkook.

"Kau begitu menginginkanku ya?" Nadanya mulai sedikit angkuh dan mengejek.

"Kau mengikuti semua perintahku dengan mudah... Ahhh."

Seokjin menutup mulutnya, raut wajahnya dibuat seolah ia terkejut. la mendekatkan wajahnya ke arah Jungkook dengan wajah penasaran. Mengabaikan ekspresi wajah Jungkook  yang mulai berubah.

"Apa kau begitu mendambakanku dan
memujaku... Oh, bagaimana ini? Apa setelah ini kau akan menjadi budakku?"

"Diam!" Perintah Jungkook mulai terpancing emosi.

Seokjin menggeleng. "Bukan kau yang
memerintah. Tapi aku." Kedua tangannya membelai wajah Jungkook.

"Cium aku lagi" Perintahnya lembut.

Melihat Jungkook yang tidak menurut membuatnya tersenyum masam.

"Apa yang kau tunggu? Kau bahkan berlutut untukku. Kenapa tidak mencium ku!" ucap nya terlihat kesal.

Jungkook masih diam, tapi siapa pun yang melihatnya sekarang pasti tau bagaimana pria itu sedang menahan emosinya. Matanya menajam dan kedua tangannya terkepal erat. Jelas ia merasa terhina.

"Tidak apa-apa." Seokjin tersenyum
lembut. "Kita sudah menikah. Kau bebas
melayaniku." Ia mengelus kedua bahu
Jungkook.

"Kau boleh melepas jubah tipis
milikku sekarang." Perintahnya lagi.

"Jungkook." Panggilnya menatap Jungkook dengan wajah polosnya.

Masih dengan wajah dinginnya dan setia mengunci mulutnya, ia balas menatap Seokjin.

"Kau benar-benar..." Gertak Jungkook dengan kesal sebelum akhirnya mengangkat tubuh Seokjin dan membantingnya di atas kasur kemudian mengukungnya di bawahnya.

Seokjin tertawa heboh.

"Ya, ya kau akan melayaniku malam ini." Teriaknya dengan riang.

Matanya menatap dingin tepat ke mata
Seokjin, kemudian kedua tangannya mengunci kedua tangan Seokjin. Meski halus ia merasa jika kulit halus itu tersentak dan sedikit gemetar.

"Lihat betapa tidak berdayanya dirimu. Ku akui kau memang paling tau aku benci diperintah." Ucap Jungkook.

"Dan aku memerintahmu." Jawab Seokjin  tegas. "Layani aku." Seolah tidak takut suaranya semakin meninggi.

Jungkook tertawa.
"Apa kau menilai dirimu terlalu tinggi!"

"Oh, ayolah. Aku berharga. Tentu aku merasa tinggi. Kau yang membuatku berpikir begitu. Tatapanmu, tingkahmu. Apa kau masih belum sadar, Jungkook. Aku berharga di matamu..Bagimu aku berlian." Jelas Seokjin.

"Cobalah untuk bercermin saat kau
menatapku. Jelas itu lebih dari tatapan
mendamba!" Seokjin menatapnya dengan tatapan sayu. "Aku mencintaimu." Ada binar dimatanya dan Jungkook hampir saja merasa dunianya berhenti dan merasa terpesona jika saja kalimat selanjutnya tidak ada.

"Layani aku." Perintah Seokjin lagi.

"Kau pikir aku gigolo." Kesal Jungkook yang akhirnya tidak bisa ia tahan.

"Dengar Seokjin. Kau yang akan melayaniku. Kau yang akan bersujud dan memohon untukku. Sejujurnya, apa kau berpikir aku akan menyentuhmu malam ini?" Tanyanya marah.

"Kau sudah mencium ku. Apa kau sesulit ini? Aku tahu kau menginginkanku. Kenapa kau munafik sekali." Nadanya terdengar bosan.

Dan Jungkook benar-benar tidak bisa
membendung emosinya lagi. Dengan kesal ia segera berdiri dan berjalan meninggalkan kamar itu dengan perasaan kesal. Pintu kamar yang tidak bersalah pun tidak luput
dari emosinya. Jelas Seokjin mendengar suara pintu yang dibanting dengan kasarnya.

Masih menatap langit-langit, Seokjin menghela nafasnya. Air matanya keluar sedikit, mengalir lewat ujung matanya.

Pria dengan sejuta ego seperti Jungkook harus dilawan dengan melukai egonya. Meski dunia ini hancur, Seokjin sangat yakin. Jungkook akan tetap mempertahankan egonya.

Setelah ini, Seokjin yakin hidupnya akan lebih sulit.

Yah setidaknya ia selamat malam ini dan untuk beberapa malam ke depan.

Seokjin memperhatikan sekitarnya. la
benar-benar sendiri disini. Tadi ia sudah mengelilingi tempat ini dan tidak ada akses untuk kabur, jika pun bisa ia hanya akan berakhir tersesat di hutan.







Musim hujan enak nya up berapa kali nih mumpung senggang 😅

Hostility becomes LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang