Seokjin mendengus. Ia duduk di kursi kafe yang sedikit lebih tinggi hingga membuat kakinya berayun. Matanya menatap ujung sepatunya dan sesekali mengerjap kemudian diakhiri dengan helaan nafasnya
kembali.Sebenarnya apa yang dilakukannya? Dari tempatnya duduk, ia dapat dengan jelas melihat gedung pencakar langit milik Jungkook yang ada di seberang kafe itu. Sejak pagi tadi ia sudah menjadi penunggu kafe itu, membiarkan matanya menangkap para pegawai kantoran berlalu-lalang keluar masuk gedung itu.
Seokjin tertawa miris. la bahkan tidak diundang ke pertunangan Jungkook. Tapi entah kenapa ia ingin memberi hadiah, padahal biasanya ia ingin sekali menghindari pria itu. Sampai sekarang saat mendengar atau melihat Jungkook, respon tubuhnya pasti akan kaku. Jantungnya akan berdebar dan keringat dingin akan membasahi tubuhnya. Nyatanya ia masih setakut itu. Karena itulah sejak tadi ia masih menggantungkan kado itu untuk
dikirimkan.Sebenarnya kau hanya ingin mengirim kado itu atau ingin bertemu dengan Jungkook? batinnya seolah tertawa mengejek. Seokjin menampik pikiran gila itu dan mengangguk tegas bahwa ia hanya ingin memberi kado agar terkesan ikut bahagia dan meyakinkan diri bahwa ia sudah terbebas dari pria itu.
bukankah ia kecewa karena ternyata
setelah Jungkook menciumnya tempo hari ternyata sampai sekarang ia masih tidak lebih dari mainan seorang Jungkook..la akui sejak kemarin ia selalu merasa sesak saat mengingat Jungkook dan pertunangannya. la tidak perduli apakah ia masih menyukai pria itu atau tidak. Nyatanya pria itu selalu mempermainkan nya. la juga heran kenapa ia berniat memberi kado pertunangan pada orang yang sudah mempermainkannya.
Seokjin melirik sinis pada kado itu dan berjalan keluar kafe. Seokjin tersenyum puas saat kesadarannya telah kembali. Hampir saja ia menjadi orang bodoh dengan pergi dan memberikan kado itu pada orang yang tidak pantas.
"Tuan, maaf" Seorang pelayan kafe
menghampirinya dan menahannya
yang sudah berada di depan pintu kafe."Barangmu tertinggal." Ucap pelayan kafe itu tersenyum tulus dan memberikan kado itu pada Seokjin kembali.
Seokjin termenung. la baru saja ingin
membuang kado itu tapi kado itu sekarang kembali padanya.Sambil menghela nafas akhirnya Seokjin putuskan memberanikan diri untuk memberi kado itu.
ini kado terakhir. Kado perpisahan!
tekadnya pada diri sendiri.Seokjin menatap nanar pada kado itu. Lagi pula sayang kado yang sudah ia bungkus dengan rapi di buang percuma.
"Saya ingin menitipkan kado ini untuk Mr.Jeon jungkook." Seokjin tersenyum canggung setelah mengatakan itu.
Wanita dibalik meja itu tersenyum sopan.
"Maaf tuan, apakah anda mengenal
Mr. Jeon. Karena kami tidak bisa
memberikan sesuatu pada Mr.Jeon."Seokjin menunduk lesu. Seharusnya ia
memang membuang kado itu. Oh,
terkutuk lah dirinya yang plin-plan ini."Tapi jika anda bersedia mengkonfirmasi data diri anda mungkin kami bisa mengkonfirmasi pada sekretaris Mr. Jeon" Tawar wanita itu setelah melihat wajah lesu Seokjin.
Sebenarnya Seokjin ingin menarik kado itu kembali dan membawanya pulang. Tapi ia sudah terlanjur malu dan takut dianggap orang aneh akhirnya ia mengkonfirmasi data dirinya. la menyerahkan tanda pengenalnya dan wanita itu segera menghubungi seseorang.
***
Jungkook memutar kursinya sendiri hingga berputar ke belakang. Sekarang matanya tidak lagi melihat tumpukan kertas itu. Tapi memang pada dasarnya kepalanya sudah penuh dengan pekerjaan bahkan
pemandangan langit biru pun tidak
berkesan sama sekali untuknya.