Dalam usahanya kabur. Seokjin hanya bisa mengandalkan kakinya. Tidak ada ponsel karena Jungkook menyitanya. la juga tidak memiliki uang tunai karena terbiasa menggunakan kartu kemana-mana. Disini juga tidak ada ATM atau sejenisnya. Hampir semua rumah terlihat kosong, mungkin karena mereka pergi berlibur mengingat ini
musim panas. Hanya butuh waktu 10 menit dan seharusnya ia sudah berada di dalam bus menuju bandara.Ya, seharusnya begitu jika saja sebuah mobil hitam tidak berhenti tiba-tiba dan menghalangi jalannya. la tidak bisa menebak siapa yang ada didalam
mobil itu karena kaca mobil itu tidak
membiarkannya mengintip.Seokjin panik saat melihat Jungkook keluar dari mobil itu dengan tatapan marah. Dengan cepat ia berbalik dan yah... tubuhnya diangkat tiba-tiba dari belakang. Seokjin berteriak histeris dan memberontak. Tentu saja ia tahu itu Jungkook.
"Rasa takut itu penting, Seokjin" Desis Jungkook.
Tidak perduli dengan Seokjin yang berontak. Jungkook memasukkan Seokjin ke dalam mobilnya dengan kasar.
"Seharusnya jangan menyulut emosiku."
Geram Jungkook. Kedua tangannya mengoyak kaos yang Seokjin pakai hingga kaos tipis itu robek tak beraturan.Seokjin berteriak histeris.
"Keluar jika kau berani!" Ancam Jungkook.
Jungkook menutup mobil itu kasar dan
memutarinya. Setelah duduk di kursi kemudi dengan cepat ia menjalankan mobilnya. Disampingnya Seokjin hanya diam, menangis pun percuma. Yang dilakukan Seokjin hanya mencengkram seat belt yang menahan tubuhnya."Kemana?" Tanya Seokjin gemetar saat mereka.sudah berjalan cukup jauh.
Merasa Jungkook tidak akan menjawabnya Seokjin kembali bersuara.
"Jungkook"
Jungkook memutar setirnya dan berbelok ke sebuah hotel. Napas Seokjin memburu. la tidak tahu bagaimana nasibnya setelah ini. la ingin meminta tolong tapi dengan siapa?
Jungkook membuka kemeja yang ia pakai dan memakaikannya pada Seokjin. Membiarkan dirinya sendiri hanya memakai kaos tipis yang ia gunakan sebagai dalaman.
"Kau punya dua pilihan, menikah denganku atau kau bisa menolak tapi kupastikan kau akan tetap jadi simpananku."
Seokjin menggelengkan kepalanya. Kedua pilihan sama buruknya untuknya, tidak ada yang menguntungkan untuknya.
"Aku tidak mau keduanya." Jawab Seokjin.
"Jadi kau menolak?" Tanya Jungkook dan
Seokjin langsung menggeleng."Kau harus tahu Jin. Menolak ku sama saja kau menyerahkan dirimu padaku malam ini." Peringat Jungkook.
"Keduanya tidak menguntungkan ku." Jawab Seokjin setelah menenangkan dirinya. la harus bisa bernegosiasi dan mendapatkan hasil yang membuatnya aman.
Jungkook cukup terkejut Seokjin berani bernegosiasi dengannya.
"Apa yang kau inginkan?"
"Lepas darimu." Jawab Seokjin spontan dan membuat Jungkook menggeram marah.
"Maka kau harus memilih. Menjadi
simpananku dan aku jamin tidak akan
pernah melepasmu... Atau menikah
denganku dan jika kau tidak hamil dalam satu tahun, aku akan melepasmu."Seokjin diam memikirkan apa yang harus ia katakan lagi agar ia tidak terjebak di kedua pilihan itu.
"Jin." Panggil Jungkook tidak sabar.
"Aku butuh waktu." Jawab Seokjin masih sibuk dengan pemikirannya.
Jungkook tertawa. "Kau tidak punya waktu Seokjin..." la menghentikan tawanya dan menatap Seokjin dingin. "Jawab sekarang atau aku akan menganggap kau menolakku. Dan kau tahu artinya apa?"
Seokjin menggeram.
"Fine! Ayo kita menikah!" Jawabnya kesal.
Jungkook tersenyum penuh kemenangan.
"As you wish." Senandungnya. Mobil yang tadinya sudah terparkir rapi kini berjalan meninggalkan parkiran tersebut.
Seokjin menghela nafasnya. la tahu ia bodoh. la bisa saja melaporkan kegilaan Jungkook atau meminta tolong entah pada siapapun. Tapi ia sangat tau, pria itu mungkin akan melakukan hal yang lebih gila. Seokjin menatap kaca mobil yang kini dihiasi beberapa tetes air.
Di luar hujan.
Seokjin lelah. la menoleh kesamping dan
melihat Jungkook masih sibuk dengan setirnya.Apa yang terjadi pada hidupnya sekarang
ataupun nanti. Seokjin sudah tidak perduli.
la sudah lelah. Dan juga ia yakin cepat atau
lambat pria itu akan bosan padanya. Sama
seperti kedua orang tuanya dulu. Menikah karena cinta dan akhirnya tetap gagal, apalagi pernikahannya nanti.Berapa lama umur pernikahannya? Satu bulan? Dua bulan? Enam bulan? Seokjin tidak yakin akan berlangsung lebih dari satu tahun.
"Bagaimana pertunanganmu?" Tanya Seokjin setelah sadar ia melupakan sesuatu.
"Aku akan mengurusnya?" Jawab Jungkook.
"Kau akan tetap menikahi Jimin, bukan?" Pertanyaan Seokjin membuat Jungkook menggertakkan giginya.
"Tidak apa-apa. Aku tahu pada akhirnya akan seperti apa?" Nada bicaranya terdengar putus asa.
Jungkook merasa marah. Entah apa yang membuatnya marah. Semua berjalan seperti yang ia inginkan. Hanya saja mendengar ucapan Seokjin membuatnya merasa benar-benar tidak berharga.
"Kau tidak boleh mengundang siapa pun ke acara pernikahan itu."
Mendengar itu membuat Seokjin merasa sangat miris.
"Yah, aku pun tidak berniat melakukan itu." Kalau dipikir-pikir, untuk apa juga ia merepotkan orang-orang terdekatnya hanya untuk menghadiri pernikahan konyol miliknya.
Sudah jelas mereka akan cepat bercerai.
"Kita akan menikah besok. Aku sudah
mengurus semuanya."Seokjin hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Jungkook menghela nafasnya. la tahu keluarga Seokjin tinggal di Busan. dan tidak butuh waktu lama untuk sampai ke Seoul.
Tapi biar bagaimanapun ia tidak bisa mengulur waktu, namja itu bisa saja berubah pikiran dan kembali nekat. Dan yang harus ia pastikan kedua sahabat Seokjin tidak boleh ikut campur, mereka hanya mempersulitnya. Ya.., Jungkook harus menjauhkan Seokjin dari dua sahabatnya itu.
Oke...kita liat selanjutnya..dimohon sabar ya para readers 😂😌