Dari kejauhan Seokjin melihat seorang wanita paruh baya yang terlihat kerepotan dengan belanjaannya. Beberapa kantung belanja di kedua tangannya membuat wanita itu terlihat sangat kewalahan. Jangan berharap Seokjin akan membantunya karena bagaimanapun dirinya memang bukan orang yang perduli.
Meski sudah bersikap cuek pada akhirinya Seokjin menghela nafasnya saat salah satu kantung buah wanita itu rusak dan membuat semua buah yang ditampung kantong itu berhamburan di jalan.
Seperti dirinya kebanyakan orang malah terlihat kesal karena jalannya terganggu dan beberapa lainnya hanya menatap wanita itu prihatin.
"Oh, sungguh?! Tidak ada yang mau
membantu wanita itu?" Gumam Seokjin
Sendiri, entah kenapa ia merasa sedikit
kesal.Setelah membeli tas ramah lingkungan tidak jauh dari tempatnya berdiri kemudian Seokjin berinisiatif membantu memungut buah-buah yang masih tertolong.
"Maaf merepotkanmu." Wanita itu tersenyum malu. Beberapa kerutan
dimatanya membuat sinar di matanya
tampak lelah."Tidak apa-apa." Jawab Seokjin singkat
masih ikut memungut buah dan terakhir
memberikan tas itu pada wanita itu."Terima kasih. Kau sangat baik." Kali ini
wanita itu tersenyum tulus."Oh, ya aku Jeon Hanna." Wanita itu memperkenalkan diri.
"Kim Seokjin." Jawab Seokjin dengan senyum hangat.
***
Rumah dengan nuansa putih gading itu terlihat sederhana sekaligus nyaman untuk ditinggali. Mungkin saat tua nanti Seokjin akan membangun rumah seperti ini agar ia
nyaman di hari tuanya nanti."Putraku sudah dewasa. Pria matang yang siap menikah. Mungkin kalian sepantaran." Jeon Hanna membuka suara setelah keduanya meletakkan belanjaan yang tadi mereka bawa.
"Sebenarnya aku menyukaimu,
sayang aku hanya memiliki satu putra. Mungkin jika punya putra yang lain aku akan menjodohkanmu."Seokjin meringis mendengar penuturan itu. Terlihat sekali jika ia tidak nyaman.
"Oh, maaf aku hanya bercanda. Putraku sudah memiliki tunangan." Kekehnya menepuk bahu Seokjin.
Seokjin hanya membalas dengan tertawa sopan.
"Tidak apa-apa." Sebenarnya baru
kali ini ia berinteraksi terlalu banyak dengan orang yang baru ia temui. Apalagi sampai datang kerumah orang tersebut. Karena itulah ia jadi sedikit canggung."Aku akan memasak, kau bisa menungguku dengan duduk disana." Jeon Hanna menunjuk kursi di dekat Seokjin berdiri.
"Aku bisa membantu jika bibi mau. Tapi sejujurnya aku sama sekali tidak bisa memasak." Tawar Seokjin. la sedikit tidak nyaman untuk sekedar duduk disana tanpa melakukan sesuatu.
Jeon Hanna tersenyum lembut.
"Aku bisa mengajarimu."
Setelah mencuci tangannya sendiri ia mulai menyiapkan sayur dan bahan lainnya yang akan ia olah.
"Kemarilah, cuci tanganmu dan bantu aku memotong sayur ini. Perhatikan potongannya seperti ini." Jeon Hanna mulai memberikan contoh pada Seokjin.
"Bagaimana? Kau bisa?" Tanya Jeon Hanna
yang diangguki Seokjin semangat."Ehm, bibi sejujurnya kau memang
terlihat muda dan cantik." Puji Seokjin jujur.Jeon Hanna hanya tersenyum lalu berkata.
" Aku sudah tua dan keriput mana mungkin masih cantik."Mereka pun terkekeh bersama lalu melanjutkan kegiatan masak mereka hingga selesai dan siap dihidangkan.
***
