Jimin menatap nanar Mansion yang
dulu tampak akrab dengan dengannya kini terasa asing. Mengabaikan semua yang ada disekitarnya dimana semua orang menikmati pesta resepsi pernikahan Seokjin dan Jungkook. Pesta yang seharusnya adalah miliknya. Jimin tersenyum kecut mengingat hal itu.Suara derap langkah seseorang mendekatinya Jimin bisa menebak siapa yang menghampirinya.
"Kau tidak harus menunjukkan senyum kecutmu itu." Seokjin mulai membuka obrolan. Masih berjalan perlahan mendekati Jimin.
"Kenapa menemuiku?" Tanya Jimin
karena seharusnya Seokjin bersama Jungkook di dalam pesta, tidak perlu mengikutinya yang memilih keluar ruangan.Seokjin memilih diam dan ikut berdiri di
samping Jimin. Letak mansion yang
berada di daratan yang cukup tinggi
membuat keduanya bisa menikmati sunset yang indah."Aku belum menyerah pada Jungkook." Gumam Jimin sementara Seokjin masih memilih diam.
"Kau bisa merebutnya dariku, tentu aku bisa merebutnya kembali." Pernyataan Jimin benar-benar tidak mengusik Seokjin.
"Hey, kau dengar aku!" Gertaknya kesal.
Seokjin menghela nafasnya. Ia menoleh
kesamping, menatap Jimin yang terlihat
cantik seperti biasanya."Aku tidak merasa merebut Jungkook darimu jika itu yang kau pikirkan." Seokjin menjeda ucapannya.
"Aku juga masih tidak percaya atas semua kejadian yang ku alami karena sejujurnya ku pikir aku tidak akan menikah seumur hidupku. Semua yang ada padaku sekarang terasa sangat baru."
"Tapi kau menikahinya dan aku masih ingat bagaimana kau menghinaku." Kesal Jimin mengungkit masa lalu.
Seokjin terkekeh.
"Kau yang menantangku jika kau lupa.""Oh, aku benar-benar kesal denganmu." Jimin menggeram.
"Aku tidak akan melarangmu untuk
mendapatkan Jungkook kembali." Jimin
sontak menoleh mendengar penuturan
Seokjin."Jungkook mungkin akan sulit mendapat
keturunan jika menikahiku atau memilih tetap bersamaku. Aku sudah
mengingatkannya berkali-kali dan
memberinya kesempatan untuk pergi
dariku.""Kau apa?!" Jelas Jimin tersentak dengan ucapan Seokjin yang terkesan bohong karena yang Jimin tau selama ini Seokjin yang selalu menggoda Jungkook, setidaknya itulah yang ia bisa pikirkan.
"Sudah ku katakan. Aku tidak pernah merasa merebutnya darimu. Sejak dulu. Aku lah yang mendorongnya menjauh dariku, tapi aku tidak bisa mengelak kadang kala aku juga lupa diri dan berbalik mengikutinya." Seokjin melangkah ke depan, meninggalkan Jimin disana.
Seokjin menghentikan langkahnya sebentar dan berbalik, sinar matahari menerpa wajahnya ikut menghiasi wajahnya selain Senyumnya yang menawan. Jimin melihat namja itu lebih hidup dari sebelumnya seolah ia terlahir kembali.
"Jika ingin merebut Jungkook dariku. Aku
tidak akan pernah menyalahkan mu. Kau tau, perasaan memang sulit dikendalikan Itu seperti kutukan." Seokjin tersenyum lepas membiarkan beberapa helai rambutnya menari tertiup angin.Jimin membuang wajahnya dengan
angkuh. Menyadari dirinya sempat
terpesona oleh namja didepannya."Kau tau apa yang kupikirkan."
Seokjin diam menunggu lanjutannya.
"Untuk kedepannya aku tidak mau
berurusan dengan pria yang belum selesai dengan masa lalunya." Ucap Jimin menahan sesak di dadanya. Ia benci
menyadari ini, tapi ia tau sekeras apa pun ia berusaha Jungkook memang bukan takdirnya. Dirinya hanya semakin sakit jika masih memaksakan keadaan yang tidak mungkin.